Sabtu, 10 Februari 2018

Penganten Rang Bunian (Part 66)



“Eh... Abang. Pakai ketuk-ketuk pintu segala. Mau menggoda, ya...” sapa Siti yang datang menghampirinya. Diraihnya lengan Sahrul dan membawanya kedalam.
“Ampunkan aku, Siti. Aku telah mengkhianati dan meninggalkanmu begitu lama tanpa kepastian” kata Sahrul dengan deraian air mata di pipinya. Sementara tubuhnya berlutut dan kedua tangannya memeluk kaki Siti yang tentu saja begitu kaget mendapatkan perlakuan yang tak terduga itu.
“Apa-apaan ini, Bang. Kok pakai nangis segala. Sudah ah bercandanya” katanya sembari menarik kakinya yang hampir oleng oleh ulah Sahrul yang begitu tiba-tiba itu.

“Ampunkan abang, Sit. Abang memang keterlaluan telah meninggalkan Siti begitu lama tanpa kepastian dan khabar berita sama sekali. Ampunkan abang, Sit” pinta Sahrul terus menerus dengan deraian air mata penyesalan yang begitu dalam.
“Abang kenapa? Kok tiba-tiba begini? Abang keteguran, ya?” tanyanya. Tapi demi dilihatnya kalau Sahrul menangis tersedu-sedu dan tak mau melepaskan dekapan tangannya dari kaki Siti sambil meminta ampun, Siti merasa ada yang tak beres dengan suaminya itu.
“Sudahkah, Bang. Apapun yang terjadi bisa abang ceritakan. Yang jelas sekarang abang berdiri dulu. Tak enak dilihat sama orang yang lewat” kata Siti lagi begitu disadarinya kalau kelakuan suaminya itu bisa saja terlihat sama orang kampung yang kebetulan lewat karena mereka masih berada dipintu samping rumah itu yang menghadap langsung ke jalan lintas kampung.
Dengan mata yang masih berlinangan, akhirnya Sahrul berdiri juga. Namun wajahnya tertunduk tak berani menatap pada istrinya yang ternyata masih cantik jelita seperti puluhan tahun yang lalu ditinggalkannya.
“Abang kenapa?” tanya Siti lagi berusaha menenangkan suaminya yang dinilainya sudah dirasuki makhluk halus itu.
“Abang telah bersalah telah meninggalkan istri sampai puluhan tahun. Abang tak  bisa juga menyalahkan kalau Siti tak ingat lagi sama abang” kata Sahrul pasrah.
“Abang sudah gila, ya? Kita baru beberapa hari yang lalu menikah, abang bilang pula sudah meninggalkan Siti puluhan tahun. Abang lagi mimpi, ya?” tanyanya lagi.
Alangkah kagetnya Sahrul mendengar apa yang baru saja diungkapkan istrinya itu. Bagaimana mungkin Siti tidak merasa kalau dia selama ini sudah ditinggalkan begitu saja tanpa kabar berita dan kepastian. Atau jangan-jangan Siti menganggap dirinya suaminya yang baru. Bukan Sahrul yang dulu lagi.
“Ini aku, Sit, suamimu yang dulu meninggalkanmu tanpa kabar dan kepastian” katanya berusaha meyakinkan Siti kalau dia adalah suaminya yang dulu.
“Justru abanglah yang perlu diingatkan. Bukan Siti. Tentu Siti tahu kalau abang itu Bang Sahrul suami Siti. Bukan hanya suami yang dulu. Kita baru saja menikah dan selamanya abang adalah suami Siti” katanya mulai tak sabar dengan kelakuan suaminya yang aneh itu. “Sebenarnya ada apa ini, Bang. Kenapa abang menganggap diri abang sudah meninggalkan Siti begitu lama dan sekarang meminta maaf segala?” tanyanya lagi.
Namun Sahrul yang nampaknya benar-benar menyesali perbuatannya itu semakin sedih dalam ratap penyesalannya yang membuat Siti malah menjadi tidak sabar. Bukan penjelasan yang diperolehnya, malah tangisan pilu yang terdengar dari mulut Sahrul. Sementara air matanya terus mengalir.
Kali ini Siti bukan lagi bingung, malah dia menjadi takut akan kelakuan suaminya yang dinilainya sudah melewati batas itu. Dilihatnya Sahrul tidak mau juga berhenti menangis.
“Abang minta ampun dan minta maaf sama Siti. Tapi untuk apa abang minta maf? Bukankah abang tidak salah apa-apa sama Siti. Kalau abang memang merasa bersalah sama Siti, coba abang katakan dulu salah apa abang biar Siti bisa mempertimbangkan untuk memaafkan abang atau tidak” tanya Siti semakin tidak mengerti dengan kelakuan aneh suaminya yang dinilainya sangat aneh dan membingungkan. Betapa tidak membingungkan, baru saja beberapa saat yang lalu suaminya itu pamit untuk pergi mandi kesungai karena dia mau ke rumah ibunya di mudik. Tahu-tahu sekarang pulang mandi, Sahrul malah bertingkah aneh sambil menangis sejadi-jadinya sambil meminta ampun. Tidak mungkin Siti akan memberi maaf begitu saja atas permintaan maaf yang dilontarkan Sahrul tanpa ada penjelasan. Apalagi kalau dalam beberapa saat suaminya pergi mandi itu dia melakukan kesalahan vital yang membuat dia harus bersujud dan meminta maaf.
Tidak juga mendapat penjelasan dari suaminya yang terus menerus menangis sambil meminta ampun, Siti justru jadi curiga kalau-kalau suaminya itu sudah melakukan kesalahan berat. Apa mungkin dia sudah mengganggu gadis-gadis lain di kampung itu sambil mandi tadi? Apakah permintaan maaf yang disertai tangisan yang terus menerus sekarang ini hanya alasan agar dia memaafkannya? Berbagai pikiran negatf mulai merasuki benak Siti yang tadi masih bingung.
“Jangan-jangan abang sudah menggoda gadis-gadis dikampung ini, ya?” pancingnya.
Tersentak Sahrul mendengar pertanyaan istrinya itu.
“Abang minta ampun karena sudah tergoda dengan kecantikan gadis itu dan telah pula menikahinya dan meninggalkan Siti begitu saja tanpa kabar berita. Ampunkan abang,  Sit” pinta Sahrul ditengah isak tangis yang tak henti-hentinya itu. Sementara matanya mulai bengkak karena menangis terus menerus.

Bersambung...........................

4 komentar:

  1. lanjutanya ditunggu kk tdk muncul2 to

    BalasHapus
  2. Lanjutannya lama bener nih bro...

    BalasHapus
  3. Maaf kita tidak bisa membaca lanjutannya karena penulis sudah meninggal pada 27 juli 2018

    BalasHapus