Sabtu, 28 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 33)



Namun betapapun, ada tidaknya Ranti telah memberi kenikmatan tersendiri bagi Sahrul, rasa penasarannya akan rutinitas baru istrinya yang selalu pergi itu membuat dia bertanya-tanya dalam hati. Untuk menanyakan kepada Ratih atau Ranti selalu saja jawabannya untuk mengurus sesuatu urusan di kampung seberang. Rasa penasaran dan curiga itu pulalah yang membuat Sahrul nekad suatu hari mengikuti istri dan mertuanya yang keluar rumah sore itu. Tanpa setahu Ratih dan Ranti, dia juga berlalu dari rumah itu sewaktu Ranti dan Bandri baru saja pergi. Dari kejauhan dicobanya untuk mengintai kepergian istrinya ke kampung seberang. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan, dia berusaha mengikuti mereka dari jarak aman yang cukup jauh.

Jumat, 27 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 32)



“Sangat sulit bagi kita untuk melawan kekuatan pikiran suamimu itu Ranti. Nampaknya dia begitu penasaran dan berpikir keras untuk mengingat jalan masuk ini. Satu-satunya cara yang mungkin bisa membuat dia melupakan jalan ini hanyalah dengan menjaga jalan ini setiap hari dari pengaruh pikiran suamimu yang semakin hari semakin membuka terang jalan ini”
“Caranya, Yah?”
“Kita harus setiap hari datang dan membacakan mantera ke sini. Disamping itu kamu juga harus berusaha membaca pikiran dan mengendalikan pikiran suamimu itu”

Penganten Rang Bunian (Part 31)



Dalam perjalanan pulang, bukan lagi keberadaan istrinya yang entah dimana yang dipikirkan Sahrul. Yang ada di benaknya saat ini adalah keberadaan orang yang terlihat membawa suluh dari kejauhan tadi. Padahal dia sendiri kemarin menelusuri jalan itu dan ternyata jalan itu hanya terbuka beberapa puluh meter saja. Sedang jarak orang yang membawa suluh tadi tidak kurang dari tiga ratus meter dari jarak jalan dimana Sahrul berdiri.
Dirumahpun tidak dihiraukannya lagi belum pulangnya istrinya sedari tadi. Namun untuk tidak menimbulkan kecurigaan Ratih akan perginya anaknya itu, Sahrul menanyakan juga keberadaan Ranti kepada ibunya itu.
“Biar sajalah. Dia sedang pergi dengan suamiku mencari sesuatu yang mungkin saja dibutuhkannya. Besok juga dia pasti akan pulang” jawab Ratih enteng. Nampaknya kepergian Ranti memberi kebahagiaan tersendiri bagi Ratih karena kepergian anaknya itu berarti memberi kesempatan bagi Ratih untuk mengambil jatahnya dengan Sahrul.

Rabu, 25 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 30)



“Ranti harus diperingatkan. Jangan sampai dia lepas kendali terhadap suaminya itu” sabda Sang Ratu.
“Telah hamba sampaikan peringatan itu, Yang Mulia. Saat ini Ranti telah menyadari kekeliruannya dan dia berjanji untuk memendam perasaannya dan bersikap lebih bijak dalam mengendalikan suaminya itu”
“Sampaikan juga kepadanya kalau aku tidak ingin hal-hal buruk menimpa hubungannya dengan suaminya itu. Aku berkepentingan akan keberadaan Sahrul disini” kata Sang Ratu tanpa menjelaskan lebih lanjut apa kepentingan yang dia maksud. Namun tentunya Mayang mengerti apa kepentingan Sang Ratu yang tidak ingin Sahrul lari dari kampung mereka.

Penganten Rang Bunian (Part 29)


Kendati mendengar langsung cerita lama yang memilukan dari Sang Ratu, bukan berarti Sahrul akan melupakan begitu saja rasa penasarannya akan jalan yang pernah ditemuinya dan kemudian hilang dengan tiba-tiba itu. Dihadapan Ranti memang dia seakan telah melupakan jalan yang membuat dia yakin pernah punya kenangan itu, namun kenyataannya bayangan akan jalan yang pernah di tempuhnya sampai tengah hutan masih kuat diingatannya. Tanpa bermaksud menyusahkan istrinya yang juga memikirkan masalah itu. Sahrul secara diam-diam tetap berusaha mengamati jalan yang pernah dilihatnya. Siapa tahu secara tidak sengaja pula dia kembali dapat melihat jalan itu.

Senin, 23 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 28)



“Itulah yang menyakitkan hatiku. Entah apa yang dicarinya, dia meninggalkan aku. Makanya aku tak ingin menikah lagi. Kalaupun aku memerlukan kehangatan seorang lelaki, aku akan mendapatkannya melalui kekuasaanku. Seperti halnya saat ini aku menginginkanmu” katanya seakan menyesali kepergian suaminya tanpa alasan yang jelas.

Lama terdiam, akhirnya tanpa diminta Sang Ratu menceritakan juga kisah menyakitkan yang dialaminya dengan bekas suaminya itu. Entah maksudnya untuk berterus terang kepada Sahrul atau memang Sang Ratu sendiri tengah larut dalam kenangan masa lalu yang pernah direngguknya dengan mantan suaminya dulu.

Penganten Rang Bunian (Part 27)



“Mengapa ada bangunan yang nampaknya sengaja tak dirawat di istana semegah ini” tanya Sahrul begitu tiba-tiba.
Memang tak bisa dia menyembunyikan keterkejutannya.
“Disitu ada sebuah jala tua yang tidak dijadikan sebagai bagian istana” jawab Mayang tanpa bermaksud menjelaskannya.
Namun tentu saja Sahrul semakin penasaran dibuatnya.
“Sebuah jala tua? Kenapa tidak dibuang saja? Kok malah dijaga segala? Bukankah bangunan itu akan mengurangi keindahan istana yang megah ini?” tanyanya.
“Jala itu menjadi simbol musuh bagi kami karena Sang Ratu menaruh dendam kepada pemilik jala itu. Dia bekas suami Sang Ratu” jelas Mayang lebih terbuka dibanding saat-saat Sahrul baru mengenal istana itu.
“Jadi... Jala itu benda kenangan Sang Ratu?” tanya Sahrul semakin penasaran.

Penganten Rang Bunian (Part 26)



Untuk kedua kalinya Sahrul pulang dengan wajah lesu dan langkah gontai. Sangat jelas bagi Ranti kalau suaminya baru saja mengulang kembali mencari jalan yang membuat dia mengingat sesuatu bayangan entah apa. Dengan penuh kasih sayang disambutnya suaminya yang baru pulang itu. Tidak ada banyak kata dan tegur sapa yang disampaikannya. Dia tahu betul kalau suaminya masih kecewa atas kegagalan pencariannya tadi. Dibiarkannya saja suaminya itu istirahat di kamarnya. Namun tak berapa lama, Sahrul yang mengajak Ranti untuk bicara.

Minggu, 15 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 25)



Dengan wajah lesu Sahrul kembali pulang, memasuki rumahnya dilihatnya Ranti telah menyambutnya dengan senyum hangat yang membuat kedukaan dan rasa penasaran dihati Sahrul sedikit terobati. Ranti paham betul nampaknya betapa galaunya hati Sahrul ketika mendapatkan kenyataan kalau dirinya tidak bisa menemukan jalan yang kemarin dirintisnya itu.
Memang sampai saat ini Sahrul tidak tahu apa kenangan yang terlintas dibenaknya dengan jalan itu. Namun perasaannya mengatakan kalau dia kenal jalan itu, tapi dimana dan kapan dia sendiri belum yakin betul.

Sabtu, 14 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 24)



Sahrul hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat mertuanya begitu bahagia bisa menikmati permainan gila itu. Dipikir-pikirkanya kembali, betapa sebenarnya dia harus mengakui hebatnya permainan yang dimainkan mertuanya itu. Memang dari keempat wanita yang digaulinya dikampung itu, Ratih memiliki keistimewaan tersendiri. Terutama mungkin karena mereka baru pertama kali melakukannya. Lagi pula mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi bagaikan seorang pencuri.

Jumat, 13 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 23)



Tangannya sudah memainkan minyak gosok yang diraupnya dari cawan yang dibawanya tadi. Sementara tangannya yang satu lagi menarik-narik baju Sahrul menyuruh dibuka.
“Iyalah, bu. Maaf jadi merepotkan ibu” kata Sahrul. Sementara rangsangan birahinya masih belum juga terkendali. Betapa groginya dia menghadapi mertuanya yang begitu baik sementara kondisi onderdilnya masih belum bisa diajak kompromi.
Pijatan demi pijatan dilakukan ibu mertuanya dipunggung Sahrul. Jangankan hilang rangsangan yang dirasakannya tadi, justru sekarang rangsangan birahi itu semakin kuat terasa. Memang berbeda pijatan yang dilakukan Mayang dengan ibunya Ranti ini. Apa yang dilakukan Ratih benar-benar ditujukan untuk menghilangkan letih yang dirasakan menantunya itu. Namun rangsangan kuat tetap saja dirasakannya.

Kamis, 12 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 22)



“Kenyataan apa? Sudahlah, bang. Lebih baik sekarang abang istirahat dan melalui hidup indah kita sebagaimana selalu kita lakukan” kata Ranti sambil berusaha merayu dan menarik tangan suaminya itu. Namun dibalik bujukannnya untuk melupakan masalah itu, ada suatu ketegasan dan perintah yang diberikannya kepada suaminya untuk tidak mengingat yang macam-macam.
Tanpa berpikir lagi, Sahrul mengikuti bujukan istrinya dan berusaha melupakan apa yang baru saja dipikirkannya. Mungkin juga memang aku hanya berkhayal, pikirnya kembali bersikap sebagaimana biasanya.
Memang setelah puluhan tahun tinggal di kampung itu dengan menghabiskan hari-harinya untuk melayani ketiga wanita haus seks itu, Sahrul tidak ingat sedikitpun kalau dia bukan berasal dari kampung itu dan dia masih memiliki kampung, orang tua, dan istri ditempat lain. Tidak sedikitpun ingatannya tertuju pada kondisi suatu hari dimasa lalu dimana dia adalah warga desa Lubuk Pisang dan masih memiliki istri.

Rabu, 11 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 21)



Memang kebutuhan hidup dan makanan orang kampung itu rata-rata berupa ikan segar yang dimasak dengan berbagai resep dan selera penduduk. Sahrul sendiri sebetulnya merasa aneh dengan adanya makanan yang hanya terdiri dari ikan-ikan segar itu. Namun lama kelamaan akhirnya dia terbiasa dengan hanya memakan ikan tanpa adanya nasi dan lauk pauk lainnya. Memang pernah ditanyakannya hal tersebut kepada istrinya, namun istrinya menjawab dengan ucapan-ucapan yang seakan-akan dia tersinggung atas pertanyaan itu. Akhirnya Sahrul hanya bisa meminta maaf dan tidak pernah menanyakannya lagi.
Di istanapun dia selalu disuguhkan dengan makanan-makanan yang berasal dari sungai, namun rasa dan aroma makanannya jauh lebih enak dan lezat dibanding apa yang didapatnya dirumah Ranti.

Selasa, 10 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 20)



Sesampainya mereka diruang dalam, kembali kedua penganten itu bersanding. Kali ini mereka tidak bisa kemana-mana karena banyaknya tamu yang mengucapkan selamat kepada mereka. Tidak seperti hari-hari kemarin dimana para tamu nampaknya tidak terlalu menghiraukan penganten yang duduk bersanding di pelaminan, hari ini mereka justru antusias mengucapkan selamat kepada kedua penganten.
“Kenapa kemarin mereka tidak mengucapkan selamat? Kok baru sekarang?” tanya Sahrul.
“Mereka mengucapkan selamat setelah mendengar dari kepala rombongan tadi bahwa pengabdian abang diterima dengan baik oleh Sang Ratu. Itu merupakan kehormatan bagi kita yang harus mereka beri selamat”jawab Ranti dengan penuh senyum kebahagiaan.
Sahrul semakin bingung. Apakah orang-orang ini tahu bentuk apa dari pengabdian yang diminta Sang Ratu sehingga mereka merasa mendapat kehormatan?

Senin, 09 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 19)



“Maksud kamu.. pijatan yang membuat aku siap tempur seperti kemarin?” tanya Sahrul.
“Ya... baru setelah itu... gliran kita melakukannya” katanya tersipu.
“Bagaimana dengan istriku, Ranti? Bagaimana kalau dia tahu aku melakukan ini dengan Sang Ratu dan kamu?” tanya Sahrul begitu diingatnya betapa akan marahnya Ranti kalau dia tahu apa yang sudah dilakukan suaminya yang baru saja mengawininya.
“Ranti tahu kamu diberi kehormatan oleh Sang Ratu dan dia juga tahu apa bentuk kehormatan itu. Seorang wanita akan sangat bahagia kalau  suaminya terpakai  oleh Sang Ratu yang menjadi sesembahannya” jelas Mayang.

Minggu, 08 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 18)



Didiamkannya saja ketika Sang Ratu meremas tangannya untuk melepas hasrat kerinduannya akan belaian seorang lelaki yang seakan tak pernah didapatkannya. Sopan santun dan kharismanya selaku ratu yang disembah semua warga sudah tidak nampak lagi. Yang dipertontonkan Sang Ratu pada saat itu hanyalah gairah seekor kuda betina yang berusaha mereguk kenikmatan dari lawan yang selama ini didambakannya. Belaian dan cumbuan yang diberikannya pada Sahrul tak terbendung lagi sehingga hasrat birahi Sahrul yang sedari tadi semenjak dipijit oleh Mayang tidak memperoleh pelepasan akhirnya dengan garang diarahkannya pada Sang Ratu yang sudah kehilangan akal sehatnya. Lama mereka bercumbu diruang tamu itu, akhirnya Sang Ratu dengan manja mengajak Sahrul untuk melanjutkan pengabdiannya itu ditempat yang memang sudah disediakan untuknya, bilik peraduan milik Sang Ratu yang tentu saja jauh lebih indah dan wangi dibanding kamar pengantennya di rumah Ranti.

Sabtu, 07 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 17)



Hari menjelang malam, namun utusan Sang Ratu yang ditunggu-tunggu untuk menjemputnya tak kunjung datang. Sedang kondisi Sahrul sedari tadi tak kunjung berubah. Tak pernah dia mengalami ereksi yang begitu lama seperti ini. Sudah dicobanya untuk melakukan sesuatu secara swalayan sebelum bertemu Sang Ratu. Namun usahanya itu tidak mengurangi hasratnya untuk berhubungan dengan seorang wanita.
Menjelang malam, dimana semua orang sudah banyak yang tertidur, Sahrul dikejutkan oleh bau harum menyengat yang menusuk hidungnya. Diingat-ingatnya bau harum yang menusuk hidungnya itu entah dimana dia pernah merasakannya. Namun selalu gagal. Aroma itu memang pernah singgah dihidungnya, namun sulit bagi Sahrul untuk mengingat situasi yang dialaminya itu.

Jumat, 06 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 16)



“Kemana? Bagaimana dengan ini?” tanyanya sambil menunjuk kearah selangkangannya yang sedari tadi tidak mau turun dan mengendur. “Tanggungjawablah” tambahnya.
“Tugasku hanya mempersiapkan kamu menghadapi Sang Ratu. Selanjutnya terserah kamu mau kamu apakan punyamu itu” jawabnya sambil tersenyum menggoda.
Mayang berlalu dari ruang tamu itu. Sementara baju yang tadi dipakai Sahrul dibawanya. Tentu saja Sahrul amat kebingungan. Betapa tidak. Birahinya memuncak hebat akibat pijatan yang dilakukan Mayang kepadanya tadi. Dicobanya untuk mengendalikan diri, namun keinginannya untuk menyalurkan hasrat birahinya semakin tinggi.

Kamis, 05 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 15)



Tak jauh dari tikungan tadi, mata Sahrul begitu terpana menatap kesatu arah dihadapannya. Langkahnya tanpa sadar terhenti walau hanya untuk beberapa jenak. Tak jauh dihadapannya berdiri megah sebuah bangunan yang pantas dikatakan istana. Memang dibanding dengan bangunan-bangunan di kampungnya Lubuk Pisang, rumah-rumah di Lubuk Lungun ini jauh lebih bagus. Namun istana Sang Ratu yang akan dikunjunginya itu ternyata keindahannya jauh diluar dugaan Sahrul. Bangunan itu berdiri megah dengan hiasan mengkilau bagaikan sisik ikan emas yang mengelilingi seluruh dinding bangunan itu. Sangat sulit bagi Sahrul untuk mengungkapkan kekagumannya dengan kata-kata karena baru kali ini dia menyaksikan kemegahan seperti itu sehingga dia tidak tahu lagi sebutan untuk keindahan yang begitu rupa. Hanya saja dari tatapan matanya, jelas sekali kalau Sahrul sangat terpesona, bahkan terkejut menyaksikan pemandangan dihadapannya.

Rabu, 04 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 14)



Ranti dan Sahrul yang dari tadi menunggu-nunggu kedatangan rombongan penjemput tak ketinggalan berdiri seraya menfokuskan pandangannya kearah pintu. Sinaran mata yang berseri-seri terpancar dari mata Ranti nan indah. Entah apa yang akan diperoleh suaminya dihadapan Sang Ratu nantinya, namun dari mimik mukanya yang menunjukkan kebahagiaan itu nampaknya Ranti sudah mengetahui apa yang akan dialaminya suaminya nanti.

Selasa, 03 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 13)




Esok hari yang dikatakan Ranti sebagai hari dimana Sahrul harus menemui Sang Ratu usai pesta hari ketiga itu benar-benar membayangi pikiran Sahrul. Bagaimanapun juga dia sudah menyaksikan kecantikan Sang Ratu yang dinilainya tiada bandingannya. Bahkan dengan istrinya yang baru ini sekalipun. Apalagi kerlingan mata Sang Ratu yang genit yang membuat Sahrul tak kuasa menahan gejolak birahinya. Apa jadinya jika besok malam ternyata dia dipanggil untuk menghadap Sang Ratu dan dia sendiri tak mampu menguasai diri. Perasaan takut berbuat kurang sopan dihadapan Sang Ratu itu membuat Sahrul tak nyenyak tidurnya malam itu. Dalam pertarungannya menghadapi serangan-serangan birahi yang dilancarkan Ranti tadi dia memang menikmatinya. Namun setelah Ranti tertidur pulas , dia sendiri justru tak bisa tidur memikirkan apa yang akan terjadi besok. Dan apa yang akan disampaikan Sang Ratu kepadanya besok. Bingung memikirkan tentang apa yang akan melanda hidupnya besok ketika berhadapan dengan Sang Ratu membuat Sahrul akhirnya tertidur juga menjelang subuh. Itupun setelah Sahrul bisa pasrah pada nasibnya besok. Entah apa yang akan terjadi terjadilah, pikirnya sehingga otaknya yang lelah mengizinkan matanya untuk terpejam dalam dinginnya embun pagi yang mulai mengusik nyenyaknya tidur rerumputan diluar rumah.

Senin, 02 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 12)



Entah sudah berapa kali Sahrul dan Ranti bermesraan meskipun dihadapan tetamu yang juga sibuk dengan obrolan mereka sendiri-sendiri. Mulanya Sahrul agak grogi untuk meladeni kemesraan Ranti di depan para undangan. Namun setelah dilihatnya Ranti juga tidak begitu hirau, akhirnya Sahrul mulai bersikap acuh akan keadaan disekelilingnya. Sekian lama diacuhkan dan mengacuhkan tamu dengan hanya bermesraan saja membuat Sahrul merasa tak tahan. Dengan sedikit kode melalui kerlingan mata dan gerakan bibir yang dimanyunkan, Sahrul beruasaha mengisyaratkan kepada Ranti bahwa dia sedang ingin meningkatkan kemesraan lebih jauh.

Minggu, 01 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 11)



Lama terdiam dalam lamunannya, Sang Ratu sadar akan apa yang  telah dan harus dia perbuat, segera dia bangkit dan menghadap ke arah altar. Kedua penganten juga segera bangkit dan menundukkan kepalanya ke arah altar.
Sejalan dengan apa yang dilakukan Sang Ratu, warga yang hadir disana dengan segera menjatuhkan diri dan bersujud dengan mengandalkan kekuatan kepala mereka masing-masing sebagai penopang badannya. Sementara tangan mereka terjulur kearah muka dan diam disana. Sementara Ranti dan Sahrul tidak seperti sebelumnya, sekarang mereka tidak perlu lagi bersujud melepas kepergian Sang Ratu. Mereka cukup berdiri dan memandang kepergian Sang Ratu saja.