Jumat, 06 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 16)



“Kemana? Bagaimana dengan ini?” tanyanya sambil menunjuk kearah selangkangannya yang sedari tadi tidak mau turun dan mengendur. “Tanggungjawablah” tambahnya.
“Tugasku hanya mempersiapkan kamu menghadapi Sang Ratu. Selanjutnya terserah kamu mau kamu apakan punyamu itu” jawabnya sambil tersenyum menggoda.
Mayang berlalu dari ruang tamu itu. Sementara baju yang tadi dipakai Sahrul dibawanya. Tentu saja Sahrul amat kebingungan. Betapa tidak. Birahinya memuncak hebat akibat pijatan yang dilakukan Mayang kepadanya tadi. Dicobanya untuk mengendalikan diri, namun keinginannya untuk menyalurkan hasrat birahinya semakin tinggi.

“Bahaya. Jangan-jangan ini jebakan dari Mayang agar aku terangsang ketika menghadap Sang Ratu. Kalau aku menghadap dalam keadaan begini, bisa kacau nih. Bisa-bisa aku dianggap kurang ajar oleh Sang Ratu” pikirnya keras.
Otaknya yang pas-pasan dicobanya untuk diperas. Namun tetap tidak ada tanda-tanda sedikitpun kalau birahinya itu akan menurun. Bahkan semakin meninggi dan seakan-akan mencapai orgasme.
Sementara Mayang yang ditunggu tak kunjung muncul. Padahal pakaian Sahrul tadi juga dibawanya. Apakah pakaian itu memang dibawa untuk diganti atau memang permainan Mayang sendiri, mulai menimbulkan keraguan dihati Sahrul. Jangan-jangan memang Mayang sengaja menjebaknya agar terlihat kurang ajar dihadapan Sang Ratu yang sangat dijunjung tinggi oleh warga kampung itu. Bukan hanya masalah birahinya yang memuncak yang membuat Sahrul merasa risau, tapi juga keadaan tubuhnya yang tidak mengenakan pakaian lain selain celana dalam saja. Entah kapan dilakukannya yang jelas ketika Mayang membuka bajunya tadi, Sahrul tidak merasakan apa-apa sedikitpun. Dia hanya sadar kalau dia saat ini tanpa busana ketika Mayang berlalu dari hadapannya membawa pakaian penganten yang tadi masih melekat dibadannya.
Lama ditunggunya kedatangan Mayang. Dengan perasaan cemas dan takut yang mulai merasuki hatinya, Sahrul memandang kepintu, kearah mana Mayang tadi berlalu membawa pakaiannya. Sementara hari sudah mulai senja. Yang ditakutkan Sahrul adalah kalau-kalau ada orang lain yang masuk dalam ruang tamu itu dan mendapatkan dirinya tidak berbusana. Alangkah malunya dia kalau ternyata dirinya didapati dalam keadaan begitu. Sementara kejantanannya tidak terasa berkurang sedikitpun. Bahkan untuk menahan gejolak ditubuhnya itu, Sahrul harus sekuat tenaga berjuang agar hasrat birahi yang ditimbulkan dari pijitan Mayang tadi segera berakhir dan tidak lagi mengganjal diselangkangannya.
Hampir putus asa Sahrul menunggu kedatangan Mayang, akhirnya gadis cantik itu datang juga. Kali ini ditangannya tersangkut pakaian indah yang nampaknya akan digunakan menggantikan pakaian yang digunakan Sahrul tadi.
Dengan senyum manisnya yang menggoda, Mayang menghampiri Sahrul.
“Lama, ya?” sapanya singkat.
“Wah... hampir mati aku menunggu kedatangan kamu, mana baju aku juga kamu bawa lagi. Gimana kalau ada orang lain yang masuk kesini?” sambut Sahrul dengan wajah kesal. Namun nampak kelegaan dari tatapannya setelah sekian lama menunggu kedatangan Mayang.
“Selama kamu menjadi tamu Sang Ratu dan berada dibawah tanggungjawab saya, tak ada yang akan berani datang kesini. Kamu tenang saja”
“Lalu bagaimana dengan yang ini?” tanya Sahrul penasaran dengan kondisi benda diselangkangannya yang tidak mau surut dari ereksi. “Apa yang kamu lakukan tadi sehingga dia tidak mau turun?” tambahnya sembari menunjuk kearah bawah.
“Wah... kalau yang itu saya tidak tahu. Bukankah sedari tadi saya tidak ada memijit yang itu” goda Mayang.
“Memang tidak kamu pijit, tapi sejak kamu memijit aku tadi dia tidak mau turun” jawab Sahrul merasa bingung.
“Makanya kamu jangan berpikiran ngeres sama aku”
“Jadi bagaimana, lah?” tanya Sahrul pasrah.
“Kan bagus begitu” goda Mayang lagi.
“Bagus apanya? Bisa-bisa Sang Ratu marah sama aku kalau aku terlihat bernafsu menghadapi dia”
“Memangnya kamu tak bernafsu melihat Sang Ratu?” tanya Mayang menyelidik. “Apa Sang Ratu kurang cantik?” tambahnya.
“Nafsu memang. Tapi kan tak mungkin aku perlihatkan pada Sang Ratu. Tolonglah...” pinta Sahrul memelas.
“Bagaimana caranya?” tanya Mayang.
“Tentunya kamu tahu caranya. Hasrat ini harus disalurkan” jawab Sahrul yang sedari tadi memang sudah tak tahan melihat kemolekan tubuh Mayang yang sangat menggiurkannya. Jangan-jangan kondisi benda diselangkangannya itu memang sengaja dibuat Mayang untuk memancing Sahrul melakukan hubungan badani dengan dirinya.
“Mana boleh begitu? Kamu kan disini menjadi tamu Sang Ratu dan aku hanya disuruh mempersiapkan kamu saja. Jadi kamu harus melaporkan keadaan kamu ini dihadapan Sang Ratu nanti. Kalau Sang Ratu mengizinkan kamu melakukannya denganku, baru aku mau melakukannya” jawab Mayang menunduk.
Nampaknya Mayang memang mau melakukan hubungan badani dengan Sahrul, hanya saja karena takut melanggar perintah Sang Ratu yang menjadikan Sahrul sebagai tamunya hari ini, membuat Mayang takut melangkahi perintah Sang Ratu yang dijunjung tinggi oleh semua warga di Lubuk Lungun itu.
Sahrul kebingungan mendapatkan kenyataan dirinya yang harus menghadap Sang Ratu dalam waktu dekat ternyata telah dikerjai oleh Mayang melalui pijatan-pijatannya yang membuat dia menjadi ereksi dan tak mau turun-turun. Bagaimana mungkin dia harus menghadap Sang Ratu kalau kondisi tubuhnya seperti ini. Pakaian yang diberikan Mayang tadi sudah dikenakannya. Pakaian itu memang bagus dan sangat pas ukurannya dengan tubuh Sahrul. Seakan pakaian itu memang disiapkan untuk dirinya. Namun bagian celananya agak susah dipakai karena telah terjadi pembengkakan dibagian selangkangan Sahrul akibat pijatan Mayang tadi disekujur tubuhnya.
Bingung dengan kondisi birahinya yang tak padam, Sahrul hanya pasrah. Apapun yang terjadi, apakah Sang Ratu akan marah atau malah mengusirnya karena dianggap kurang ajar, terserah. Yang jelas dia harus menghadap Sang Ratu sesuai dengan undangan yang diterimanya dari utusan Sang Ratu tadi. Kalau memang Sang Ratu akan marah dan murka, Sahrul tidak bisa membayangkan betapa kecewanya istrinya Ranti yang sedari awal sangat berharap bisa mempersembahkan suaminya untuk mengabdi kepada Sang Ratu dan Sang Ratu sendiri sudah menyatakan memberkatinya.
“Sahrul, kamu bersiap, ya. Sebentar lagi kamu akan dijemput kesini untuk menghadap Sang Ratu” kata Mayang sambil bersiap meninggalkan ruangan itu.
“Mayang.. tolonglah..” kata Sahrul kembali memelas.
Namun hanya senyuman genit sambil mengangkat bahu yang diperlihatkan Mayang menjawab permintaan Sahrul itu. Sahrul menunduk lemas membayangkan betapa kurangajarnya dia nanti kalau Sang Ratu tahu dia menghadap masih dalam keadaan ereksi. Namun hanya kepasrahan yang dapat dilakukannya dalam kondisi seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar