“Kemana? Bagaimana dengan
ini?” tanyanya sambil menunjuk kearah selangkangannya yang sedari tadi tidak
mau turun dan mengendur. “Tanggungjawablah” tambahnya.
“Tugasku hanya mempersiapkan
kamu menghadapi Sang Ratu. Selanjutnya terserah kamu mau kamu apakan punyamu
itu” jawabnya sambil tersenyum menggoda.
Mayang berlalu dari ruang
tamu itu. Sementara baju yang tadi dipakai Sahrul dibawanya. Tentu saja Sahrul
amat kebingungan. Betapa tidak. Birahinya memuncak hebat akibat pijatan yang
dilakukan Mayang kepadanya tadi. Dicobanya untuk mengendalikan diri, namun
keinginannya untuk menyalurkan hasrat birahinya semakin tinggi.
“Bahaya. Jangan-jangan ini
jebakan dari Mayang agar aku terangsang ketika menghadap Sang Ratu. Kalau aku
menghadap dalam keadaan begini, bisa kacau nih. Bisa-bisa aku dianggap kurang
ajar oleh Sang Ratu” pikirnya keras.
Otaknya yang pas-pasan
dicobanya untuk diperas. Namun tetap tidak ada tanda-tanda sedikitpun kalau
birahinya itu akan menurun. Bahkan semakin meninggi dan seakan-akan mencapai
orgasme.
Sementara Mayang yang
ditunggu tak kunjung muncul. Padahal pakaian Sahrul tadi juga dibawanya. Apakah
pakaian itu memang dibawa untuk diganti atau memang permainan Mayang sendiri,
mulai menimbulkan keraguan dihati Sahrul. Jangan-jangan memang Mayang sengaja
menjebaknya agar terlihat kurang ajar dihadapan Sang Ratu yang sangat dijunjung
tinggi oleh warga kampung itu. Bukan hanya masalah birahinya yang memuncak yang
membuat Sahrul merasa risau, tapi juga keadaan tubuhnya yang tidak mengenakan
pakaian lain selain celana dalam saja. Entah kapan dilakukannya yang jelas
ketika Mayang membuka bajunya tadi, Sahrul tidak merasakan apa-apa sedikitpun.
Dia hanya sadar kalau dia saat ini tanpa busana ketika Mayang berlalu dari
hadapannya membawa pakaian penganten yang tadi masih melekat dibadannya.
Lama ditunggunya kedatangan
Mayang. Dengan perasaan cemas dan takut yang mulai merasuki hatinya, Sahrul
memandang kepintu, kearah mana Mayang tadi berlalu membawa pakaiannya.
Sementara hari sudah mulai senja. Yang ditakutkan Sahrul adalah kalau-kalau ada
orang lain yang masuk dalam ruang tamu itu dan mendapatkan dirinya tidak
berbusana. Alangkah malunya dia kalau ternyata dirinya didapati dalam keadaan
begitu. Sementara kejantanannya tidak terasa berkurang sedikitpun. Bahkan untuk
menahan gejolak ditubuhnya itu, Sahrul harus sekuat tenaga berjuang agar hasrat
birahi yang ditimbulkan dari pijitan Mayang tadi segera berakhir dan tidak lagi
mengganjal diselangkangannya.
Hampir putus asa Sahrul
menunggu kedatangan Mayang, akhirnya gadis cantik itu datang juga. Kali ini
ditangannya tersangkut pakaian indah yang nampaknya akan digunakan menggantikan
pakaian yang digunakan Sahrul tadi.
Dengan senyum manisnya yang
menggoda, Mayang menghampiri Sahrul.
“Lama, ya?” sapanya singkat.
“Wah... hampir mati aku
menunggu kedatangan kamu, mana baju aku juga kamu bawa lagi. Gimana kalau ada
orang lain yang masuk kesini?” sambut Sahrul dengan wajah kesal. Namun nampak
kelegaan dari tatapannya setelah sekian lama menunggu kedatangan Mayang.
“Selama kamu menjadi tamu
Sang Ratu dan berada dibawah tanggungjawab saya, tak ada yang akan berani
datang kesini. Kamu tenang saja”
“Lalu bagaimana dengan yang
ini?” tanya Sahrul penasaran dengan kondisi benda diselangkangannya yang tidak
mau surut dari ereksi. “Apa yang kamu lakukan tadi sehingga dia tidak mau
turun?” tambahnya sembari menunjuk kearah bawah.
“Wah... kalau yang itu saya
tidak tahu. Bukankah sedari tadi saya tidak ada memijit yang itu” goda Mayang.
“Memang tidak kamu pijit,
tapi sejak kamu memijit aku tadi dia tidak mau turun” jawab Sahrul merasa
bingung.
“Makanya kamu jangan
berpikiran ngeres sama aku”
“Jadi bagaimana, lah?” tanya
Sahrul pasrah.
“Kan bagus begitu” goda
Mayang lagi.
“Bagus apanya? Bisa-bisa
Sang Ratu marah sama aku kalau aku terlihat bernafsu menghadapi dia”
“Memangnya kamu tak bernafsu
melihat Sang Ratu?” tanya Mayang menyelidik. “Apa Sang Ratu kurang cantik?”
tambahnya.
“Nafsu memang. Tapi kan tak
mungkin aku perlihatkan pada Sang Ratu. Tolonglah...” pinta Sahrul memelas.
“Bagaimana caranya?” tanya
Mayang.
“Tentunya kamu tahu caranya.
Hasrat ini harus disalurkan” jawab Sahrul yang sedari tadi memang sudah tak
tahan melihat kemolekan tubuh Mayang yang sangat menggiurkannya. Jangan-jangan
kondisi benda diselangkangannya itu memang sengaja dibuat Mayang untuk
memancing Sahrul melakukan hubungan badani dengan dirinya.
“Mana boleh begitu? Kamu kan
disini menjadi tamu Sang Ratu dan aku hanya disuruh mempersiapkan kamu saja.
Jadi kamu harus melaporkan keadaan kamu ini dihadapan Sang Ratu nanti. Kalau Sang
Ratu mengizinkan kamu melakukannya denganku, baru aku mau melakukannya” jawab
Mayang menunduk.
Nampaknya Mayang memang mau
melakukan hubungan badani dengan Sahrul, hanya saja karena takut melanggar
perintah Sang Ratu yang menjadikan Sahrul sebagai tamunya hari ini, membuat
Mayang takut melangkahi perintah Sang Ratu yang dijunjung tinggi oleh semua
warga di Lubuk Lungun itu.
Sahrul kebingungan
mendapatkan kenyataan dirinya yang harus menghadap Sang Ratu dalam waktu dekat
ternyata telah dikerjai oleh Mayang melalui pijatan-pijatannya yang membuat dia
menjadi ereksi dan tak mau turun-turun. Bagaimana mungkin dia harus menghadap
Sang Ratu kalau kondisi tubuhnya seperti ini. Pakaian yang diberikan Mayang
tadi sudah dikenakannya. Pakaian itu memang bagus dan sangat pas ukurannya
dengan tubuh Sahrul. Seakan pakaian itu memang disiapkan untuk dirinya. Namun
bagian celananya agak susah dipakai karena telah terjadi pembengkakan dibagian selangkangan
Sahrul akibat pijatan Mayang tadi disekujur tubuhnya.
Bingung dengan kondisi
birahinya yang tak padam, Sahrul hanya pasrah. Apapun yang terjadi, apakah Sang
Ratu akan marah atau malah mengusirnya karena dianggap kurang ajar, terserah.
Yang jelas dia harus menghadap Sang Ratu sesuai dengan undangan yang
diterimanya dari utusan Sang Ratu tadi. Kalau memang Sang Ratu akan marah dan
murka, Sahrul tidak bisa membayangkan betapa kecewanya istrinya Ranti yang
sedari awal sangat berharap bisa mempersembahkan suaminya untuk mengabdi kepada
Sang Ratu dan Sang Ratu sendiri sudah menyatakan memberkatinya.
“Sahrul, kamu bersiap, ya.
Sebentar lagi kamu akan dijemput kesini untuk menghadap Sang Ratu” kata Mayang
sambil bersiap meninggalkan ruangan itu.
“Mayang.. tolonglah..” kata
Sahrul kembali memelas.
Namun hanya senyuman genit
sambil mengangkat bahu yang diperlihatkan Mayang menjawab permintaan Sahrul
itu. Sahrul menunduk lemas membayangkan betapa kurangajarnya dia nanti kalau
Sang Ratu tahu dia menghadap masih dalam keadaan ereksi. Namun hanya kepasrahan
yang dapat dilakukannya dalam kondisi seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar