Namun betapapun, ada
tidaknya Ranti telah memberi kenikmatan tersendiri bagi Sahrul, rasa
penasarannya akan rutinitas baru istrinya yang selalu pergi itu membuat dia
bertanya-tanya dalam hati. Untuk menanyakan kepada Ratih atau Ranti selalu saja
jawabannya untuk mengurus sesuatu urusan di kampung seberang. Rasa penasaran
dan curiga itu pulalah yang membuat Sahrul nekad suatu hari mengikuti istri dan
mertuanya yang keluar rumah sore itu. Tanpa setahu Ratih dan Ranti, dia juga
berlalu dari rumah itu sewaktu Ranti dan Bandri baru saja pergi. Dari kejauhan
dicobanya untuk mengintai kepergian istrinya ke kampung seberang. Untuk tidak
menimbulkan kecurigaan, dia berusaha mengikuti mereka dari jarak aman yang
cukup jauh.
Betapa terkejutnya dia
ketika dilihatnya istri dan mertuanya itu memasuki jalan yang menurut mereka
selama ini tidak ada.
“Berarti dia selama
ini tahu akan adanya jalan itu. Bahkan mereka berdua memakai jalan itu untuk
kekampung seberang” pikir Sahrul.
Segera dia pulang agar
Ratih tidak mencari-carinya. Kalau ternyata Ratih tidak menemukannya di kamar,
bisa-bisa Ratih akan melaporkan hilangnya Sahrul kepada Ranti dan Bandri yang
tentu saja akan menimbulkan masalah baru. Sedangkan dia ingin sekali
merahasiakan apa yang baru saja dilihatnya itu untuk lebih memastikan tujuan
sebenarnya istri dan mertuanya yang sering pergi ke kampung seberang tanpa
penjelasan yang pasti kepadanya. Apalagi mereka menggunakan jalan itu yang
berarti ada jalan tembus yang bisa membawa mereka ke kampung seberang. Tentu
saja Sahrul sangat ingin mengetahuinya agar dia tahu apakah dia memang pernah
melewati jalan itu dan untuk keperluan apa.
Dirumah, dilihatnya Ratih
baru saja keluar dari kamar mereka dengan wajah kecewa karena tidak mendapatkan
Sahrul dikamar anaknya itu.
Dengan mengendap-endap
Sahrul duduk di ruang tamu. Tentu saja Ratih merasa kaget begitu dilihatnya
buruannya sedang duduk santai diruang tamu. Padahal dengan nafsu membara tadi
dia sudah mencarinya ke kamar.
“Kemana kamu tadi,
sayang? Aku sudah nggak tahan sehingga mencari kamu di kamar. Rupanya kamu
disini. Ayolah...” rayunya.
“Lho.. kamu mencari
aku tadi?” tanya Sahrul pura-pura tidak tahu.
Segera diikutinya
langkah Ratih menuju peraduan. Tidak disia-siakannya kesempatan untuk memuaskan
mertuanya yang nakal itu. Apalagi kalau pelayanannya tidak memuaskan akan
membuat Ratih merasa curiga sehingga dengan segenap nafsu yang dimilikinya Sahrul
berusaha memuaskan Ratih dan mengantarnya pada puncak kenikmatan.
Ratih sudah mengetahui
kapan Ranti dan Bandri akan pulang sehingga tanpa harus melihat-lihat lagi
keluar dia tahu waktunya harus keluar dari kamar anaknya itu. Sahrul sendiri
pada awalnya khawatir kalau-kalau sewaktu mereka melakukannya tiba-tiba Bandri
dan Ranti datang. Namun setelah dilihatnya Ratih begitu yakin akan sepak
terjang yang sedang mereka lakukan,
akhirnya dia hanya menyerahkan pada Ratih kapan dia akan keluar dari kamar itu
dan baru kemudian Sahrul akan mengenakan pakaiannya.
Seperti halnya hari
itu, sampai larut malam Ratih tidak juga keluar kamar. Sudah berapa lama Ratih
berada di kamar anaknya itu namun tidak ada tanda-tanda dia akan mengenakan
pakaiannya dan berlalu dari kamar itu. Tentu saja Sahrul merasa bingung. Bukan saja
takut ketahuan, tapi dia sangat ingin mengetahui kapan istrinya akan pulang.
“Mereka akan bermalam
disana. Baru besok pagi dia akan sampai sini” jawab Ratih tanpa merasa was-was.
Bahkan ditengah lenguhan nafas yang disertai keluarnya keringat yang mengucur
deras dari sekujur tubuh, masih diburunya kenikmatan yang tak habis-habisnya diberikan
Sahrul itu. Naiknya nafsu Ratih itu bukan saja karena kehangatan yang diberikan
Sahrul namun telah ditambah oleh kekhawatiran akan perginya menantunya itu meninggalkan
kampung mereka setelah dia mengetahui sejarah masa lalunya yang telah
dihapuskan Ranti dari benaknya.
Malam berikutnya,
seperti biasanya Ranti dan Bandri kembali pergi untuk tujuan yang tidak mereka
sebutkan. Dan seperti halnya kemarin, Sahrul yang pura-pura maklum dengan
keperluan mereka itu juga tak merisaukan kepergian istri dan mertua
laki-lakinya itu. Tidak hiraunya Sahrul ini dinilai Ranti sebagai bentuk
kepuasan Sahrul yang merasa diberi kesempatan bercumbu dengan Ratih, padahal
Sahrul sendiri sebenarnya tengah bersiap-siap untuk mengikuti mereka dari
kejauhan. Apalagi dilihatnya kali ini banyak bawaan yang disandang Bandri yang
menunjukkan bahwa mereka akan melakukan pekerjaan besar yang tidak ingin
diberitahukannya.
Penasaran dengan cara
mengikuti dari kejauhan seperti itu, Sahrul berusaha mendekati kedua anak
beranak itu. Mana tahu dia bisa mendapatkan informasi akan pekerjaan yang
sedang dilakukan Ranti dan Bandri dari percakapan mereka berdua.
Benar saja. Samar-samar
Sahrul menangkap adanya percakapan serius antara anak dan ayahnya itu, namun
topik pembicaraannya sendiri tidak begitu jelas yang membuat Sahrul semakin penasaran
untuk mengetahuinya lebih dekat.
“Kita serahkan sajalah
masalah ini kepada Yang Mulia Sang Ratu Datuk Puti, Ranti” terdengar suara
Bandri lebih jelas. Begitu Sahrul dapat mendengar dengan jelas percakapan itu,
jarak aman mengintai anak beranak itu kembali diaturnya.
“Paling-paling yang
mulia Sang Ratu akan menyalahkan aku, Yah. Bagaimanapun juga hal ini adalah
kesalahanku semata. Kalau saja aku tidak melibatkan perasaan cintaku dalam
berhubungan dengan Bang Sahrul tentu hal ini tidak akan terjadi”
Mendengar namanya
dikait-kaitkan dalam pembicaraan itu tentu saja Sahrul semakin penasaran untuk
mengetahui arah pembicaraan anak dan ayah itu. Kalau tidak ingat sedang mengintai,
tentu Sahrul sudah keluar sedari tadi karena rasa penasaran yang tak kuasa
dibendungnya akan maksud pembicaraan Ranti tadi. Namun dicobanya untuk menahan
rasa ingin tahunya itu. Minimal sampai pembicaraan bisa lebih jelas lagi.
“Ya... mudah-mudahan
kita dapat melakukannya dan mencegah malapetaka ini”
“Berusahalah, Yah”
pinta Ranti pasrah.
Pembicaraan itu
tampaknya tidak memberi penjelasan kepada Sahrul akan masalah yang sedang
dihadapi istrinya. Kuat sekali keinginannya untuk urung rembug membantu
istrinya memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Namun dia tidak tahu apa
masalah yang sedang dihadapi istrinya itu. Untuk ikut nimbrungpun dalam
pembicaraan tentunya sangat tidak mugkin bagi dia.
Untuk tidak
menimbulkan kecurigaan Ratih akan kepergian Sahrul mengintip istri dan
mertuanya yang pergi malam itu, Sahrul hanya mengikuti Ranti dan Bandri sampai
mereka memasuki jalan yang menjadi masalah bagi Sahrul. Begitu diyakininya
Ranti dan Bandri telah memasuki jalan itu, diapun bergegas pulang untuk menemui
mertuanya yang sudah dapat dipastikan sedang berusaha mencarinya. Benar saja,
begitu Sahrul sampai di depan pintu, dilihatnya Ratih baru saja keluar dari
kamarnya. Dan dengan geliatan manja, begitu melihat menantu kesayangannya itu
tengah berdiri di depan pintu dikejarnya Sahrul untuk kemudian dilumatnya
sebagaimana malam-malam yang telah lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar