Sabtu, 28 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 33)



Namun betapapun, ada tidaknya Ranti telah memberi kenikmatan tersendiri bagi Sahrul, rasa penasarannya akan rutinitas baru istrinya yang selalu pergi itu membuat dia bertanya-tanya dalam hati. Untuk menanyakan kepada Ratih atau Ranti selalu saja jawabannya untuk mengurus sesuatu urusan di kampung seberang. Rasa penasaran dan curiga itu pulalah yang membuat Sahrul nekad suatu hari mengikuti istri dan mertuanya yang keluar rumah sore itu. Tanpa setahu Ratih dan Ranti, dia juga berlalu dari rumah itu sewaktu Ranti dan Bandri baru saja pergi. Dari kejauhan dicobanya untuk mengintai kepergian istrinya ke kampung seberang. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan, dia berusaha mengikuti mereka dari jarak aman yang cukup jauh.

Betapa terkejutnya dia ketika dilihatnya istri dan mertuanya itu memasuki jalan yang menurut mereka selama ini tidak ada.
“Berarti dia selama ini tahu akan adanya jalan itu. Bahkan mereka berdua memakai jalan itu untuk kekampung seberang” pikir Sahrul.
Segera dia pulang agar Ratih tidak mencari-carinya. Kalau ternyata Ratih tidak menemukannya di kamar, bisa-bisa Ratih akan melaporkan hilangnya Sahrul kepada Ranti dan Bandri yang tentu saja akan menimbulkan masalah baru. Sedangkan dia ingin sekali merahasiakan apa yang baru saja dilihatnya itu untuk lebih memastikan tujuan sebenarnya istri dan mertuanya yang sering pergi ke kampung seberang tanpa penjelasan yang pasti kepadanya. Apalagi mereka menggunakan jalan itu yang berarti ada jalan tembus yang bisa membawa mereka ke kampung seberang. Tentu saja Sahrul sangat ingin mengetahuinya agar dia tahu apakah dia memang pernah melewati jalan itu dan untuk keperluan apa.
Dirumah, dilihatnya Ratih baru saja keluar dari kamar mereka dengan wajah kecewa karena tidak mendapatkan Sahrul dikamar anaknya itu.
Dengan mengendap-endap Sahrul duduk di ruang tamu. Tentu saja Ratih merasa kaget begitu dilihatnya buruannya sedang duduk santai diruang tamu. Padahal dengan nafsu membara tadi dia sudah mencarinya ke kamar.
“Kemana kamu tadi, sayang? Aku sudah nggak tahan sehingga mencari kamu di kamar. Rupanya kamu disini. Ayolah...” rayunya.
“Lho.. kamu mencari aku tadi?” tanya Sahrul pura-pura tidak tahu.
Segera diikutinya langkah Ratih menuju peraduan. Tidak disia-siakannya kesempatan untuk memuaskan mertuanya yang nakal itu. Apalagi kalau pelayanannya tidak memuaskan akan membuat Ratih merasa curiga sehingga dengan segenap nafsu yang dimilikinya Sahrul berusaha memuaskan Ratih dan mengantarnya pada puncak kenikmatan.
Ratih sudah mengetahui kapan Ranti dan Bandri akan pulang sehingga tanpa harus melihat-lihat lagi keluar dia tahu waktunya harus keluar dari kamar anaknya itu. Sahrul sendiri pada awalnya khawatir kalau-kalau sewaktu mereka melakukannya tiba-tiba Bandri dan Ranti datang. Namun setelah dilihatnya Ratih begitu yakin akan sepak terjang  yang sedang mereka lakukan, akhirnya dia hanya menyerahkan pada Ratih kapan dia akan keluar dari kamar itu dan baru kemudian Sahrul akan mengenakan pakaiannya.
Seperti halnya hari itu, sampai larut malam Ratih tidak juga keluar kamar. Sudah berapa lama Ratih berada di kamar anaknya itu namun tidak ada tanda-tanda dia akan mengenakan pakaiannya dan berlalu dari kamar itu. Tentu saja Sahrul merasa bingung. Bukan saja takut ketahuan, tapi dia sangat ingin mengetahui kapan istrinya akan pulang.
“Mereka akan bermalam disana. Baru besok pagi dia akan sampai sini” jawab Ratih tanpa merasa was-was. Bahkan ditengah lenguhan nafas yang disertai keluarnya keringat yang mengucur deras dari sekujur tubuh, masih diburunya kenikmatan yang tak habis-habisnya diberikan Sahrul itu. Naiknya nafsu Ratih itu bukan saja karena kehangatan yang diberikan Sahrul namun telah ditambah oleh kekhawatiran akan perginya menantunya itu meninggalkan kampung mereka setelah dia mengetahui sejarah masa lalunya yang telah dihapuskan Ranti dari benaknya.
Malam berikutnya, seperti biasanya Ranti dan Bandri kembali pergi untuk tujuan yang tidak mereka sebutkan. Dan seperti halnya kemarin, Sahrul yang pura-pura maklum dengan keperluan mereka itu juga tak merisaukan kepergian istri dan mertua laki-lakinya itu. Tidak hiraunya Sahrul ini dinilai Ranti sebagai bentuk kepuasan Sahrul yang merasa diberi kesempatan bercumbu dengan Ratih, padahal Sahrul sendiri sebenarnya tengah bersiap-siap untuk mengikuti mereka dari kejauhan. Apalagi dilihatnya kali ini banyak bawaan yang disandang Bandri yang menunjukkan bahwa mereka akan melakukan pekerjaan besar yang tidak ingin diberitahukannya.
Penasaran dengan cara mengikuti dari kejauhan seperti itu, Sahrul berusaha mendekati kedua anak beranak itu. Mana tahu dia bisa mendapatkan informasi akan pekerjaan yang sedang dilakukan Ranti dan Bandri dari percakapan mereka berdua.
Benar saja. Samar-samar Sahrul menangkap adanya percakapan serius antara anak dan ayahnya itu, namun topik pembicaraannya sendiri tidak begitu jelas yang membuat Sahrul semakin penasaran untuk mengetahuinya lebih dekat.
“Kita serahkan sajalah masalah ini kepada Yang Mulia Sang Ratu Datuk Puti, Ranti” terdengar suara Bandri lebih jelas. Begitu Sahrul dapat mendengar dengan jelas percakapan itu, jarak aman mengintai anak beranak itu kembali diaturnya.
“Paling-paling yang mulia Sang Ratu akan menyalahkan aku, Yah. Bagaimanapun juga hal ini adalah kesalahanku semata. Kalau saja aku tidak melibatkan perasaan cintaku dalam berhubungan dengan Bang Sahrul tentu hal ini tidak akan terjadi”
Mendengar namanya dikait-kaitkan dalam pembicaraan itu tentu saja Sahrul semakin penasaran untuk mengetahui arah pembicaraan anak dan ayah itu. Kalau tidak ingat sedang mengintai, tentu Sahrul sudah keluar sedari tadi karena rasa penasaran yang tak kuasa dibendungnya akan maksud pembicaraan Ranti tadi. Namun dicobanya untuk menahan rasa ingin tahunya itu. Minimal sampai pembicaraan bisa lebih jelas lagi.
“Ya... mudah-mudahan kita dapat melakukannya dan mencegah malapetaka ini”
“Berusahalah, Yah” pinta Ranti pasrah.
Pembicaraan itu tampaknya tidak memberi penjelasan kepada Sahrul akan masalah yang sedang dihadapi istrinya. Kuat sekali keinginannya untuk urung rembug membantu istrinya memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Namun dia tidak tahu apa masalah yang sedang dihadapi istrinya itu. Untuk ikut nimbrungpun dalam pembicaraan tentunya sangat tidak mugkin bagi dia.
Untuk tidak menimbulkan kecurigaan Ratih akan kepergian Sahrul mengintip istri dan mertuanya yang pergi malam itu, Sahrul hanya mengikuti Ranti dan Bandri sampai mereka memasuki jalan yang menjadi masalah bagi Sahrul. Begitu diyakininya Ranti dan Bandri telah memasuki jalan itu, diapun bergegas pulang untuk menemui mertuanya yang sudah dapat dipastikan sedang berusaha mencarinya. Benar saja, begitu Sahrul sampai di depan pintu, dilihatnya Ratih baru saja keluar dari kamarnya. Dan dengan geliatan manja, begitu melihat menantu kesayangannya itu tengah berdiri di depan pintu dikejarnya Sahrul untuk kemudian dilumatnya sebagaimana malam-malam yang telah lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar