Esok hari yang dikatakan
Ranti sebagai hari dimana Sahrul harus menemui Sang Ratu usai pesta hari ketiga
itu benar-benar membayangi pikiran Sahrul. Bagaimanapun juga dia sudah
menyaksikan kecantikan Sang Ratu yang dinilainya tiada bandingannya. Bahkan
dengan istrinya yang baru ini sekalipun. Apalagi kerlingan mata Sang Ratu yang
genit yang membuat Sahrul tak kuasa menahan gejolak birahinya. Apa jadinya jika
besok malam ternyata dia dipanggil untuk menghadap Sang Ratu dan dia sendiri
tak mampu menguasai diri. Perasaan takut berbuat kurang sopan dihadapan Sang
Ratu itu membuat Sahrul tak nyenyak tidurnya malam itu. Dalam pertarungannya
menghadapi serangan-serangan birahi yang dilancarkan Ranti tadi dia memang
menikmatinya. Namun setelah Ranti tertidur pulas , dia sendiri justru tak bisa
tidur memikirkan apa yang akan terjadi besok. Dan apa yang akan disampaikan
Sang Ratu kepadanya besok. Bingung memikirkan tentang apa yang akan melanda
hidupnya besok ketika berhadapan dengan Sang Ratu membuat Sahrul akhirnya
tertidur juga menjelang subuh. Itupun setelah Sahrul bisa pasrah pada nasibnya
besok. Entah apa yang akan terjadi terjadilah, pikirnya sehingga otaknya yang
lelah mengizinkan matanya untuk terpejam dalam dinginnya embun pagi yang mulai
mengusik nyenyaknya tidur rerumputan diluar rumah.
Hari ketiga pesta di rumah Bandri
masih juga ramai dikunjungi tamu yang entah dari mana datangnya. Selain para
tetangga yang membantu di pesta itu, rata-rata dari tamu tersebut belum dikenal
oleh Sahrul. Memang menurut Ranti yang datang kali ini adalah para kerabatnya
dari kampung sebelah. Namun tetap saja Sahrul tak mengenal mereka satu orangpun.
Terasa sekali kalau dirinya sangat asing berada ditempat itu. Namun kebahagian
dan service yang diberikan Ranti yang tak henti-hentinya memanjakan
dirinya dengan permainan-permainan yang menggairahkan membuat Sahrul lupa diri
dan patuh saja pada apa yang dikatakan Ranti.
Berbeda dengan hari pertama
dan hari kedua, tamu-tamu yang berdatangan kali ini benar-benar memperhatikan
dan selalu membicarakan kedua mempelai. Bahkan diantara mereka juga ada yang
secara langsung memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Tidak seperti
hari-hari sebelumnya dimana hanya Bandri dan Ratih yang menerima ucapan
selamat.
Tentu saja adanya perubahan
ini membuat Sahrul agak sibuk menjawab salam dan ucapan yang diberikan
tetamunya. Sehingga dalam waktu yang cukup lama Sahrul tidak lagi memikirkan
apa yang akan diterimanya dari Sang Ratu nanti malam.
Sebenarnya tidak ada yang
perlu ditakutkan Sahrul dari Sang Ratu karena dia adalah warga pendatang
dikampung itu sehingga kalau dia berbuat salah dalam cara menghadapi Sang Ratu
mungkin akan dimaafkan atau diberi petunjuk. Namun yang ditakutkan Sahrul
adalah kalau-kalau Sang Ratu memberinya kesempatan untuk bertatap muka dan
tidak boleh menundukkan kepala sehingga dia harus memandang kearah Sang Ratu.
Yang ditakutkannya adalah kenyataan bahwa kecantikan Sang Ratu dipastikan akan
membangkitkan gejolak birahi kelaki-lakiannya yang sangat sulit terbendung jika
berhadapan langsung. Belum lagi aroma parfume yang digunakan Sang Ratu sangat
memancing gairah kelelakian setiap orang yang mencium baunya. Apalagi Sahrul
pernah mencium aroma parfume yang dipakai Sang Ratu yang langsung memberikan
pengaruh positif bagi organ tubuh bawahnya.
Paling tidak kalau Sahrul
harus menemui Sang Ratu malam nanti, tentunya dia harus bersiap-siap
mengalihkan pikirannya kearah lain agar pengaruh parfume yang ditimbulkan dari
tubuh Sang Ratu tidak terlalu berpengaruh kepadanya.
Namun apa yang bisa
diperkirakannya kalau Ranti sendiri yang menyampaikan agar suaminya itu menemui
Sang Ratu dengan dijemput para abdi itu juga tidak menyampaikan secara detail
apa yang akan disampaikan Sang Ratu dan apa yang harus dilakukannya. Yang
disampaikan Ranti kemarin malam hanyalah bahwa Sahrul akan sangat bahagia kalau
dipanggil oleh Sang Ratu.
Menjelang pesta hari ketiga
usai, para tamu yang sedari tadi hadir tidak juga berpulangan. Padahal dihari
pertama dan kedua kemarin, tamu yang hadir menyaksikan kebahagiaan pasangan itu
hanya sebentar saja berada di rumah Bandri. Tapi kali ini tamu tidak ada yang pulang
sehingga jumlah mereka semakin banyak. Entah apa yang mereka tunggu, namun
kehadiran mereka tidak mengganggu tuan rumah selain harus menghidangkan
penganan ekstra untuk tamu yang tak kunjung pulang itu.
“Apa yang terjadi? Mengapa
para tamu hari ini tidak ada yang pulang?” tanya Sahrul berbisik pada istrinya
yang seakan tidak terganggu oleh kehadiran tamu yang begitu banyak.
“Mereka menunggu acara
puncak kebahagiaan kita” jawab Ranti singkat.
“Acara puncak? Apa itu?”
tanya Sahrul semakin penasaran.
“Abang kan akan menemui Sang
Ratu malam ini. Jadi para tamu ingin melepas kepergian abang yang akan dijemput
oleh para abdi Sang Ratu sebentar lagi” jelas Ranti.
“Kan biasa saja kalau abang
harus pergi ketempat Sang Ratu. Apakah harus mereka lepas kepergian abang?”
tanya Sahrul semakin tak mengerti.
“Ya. Mereka ingin melihat
kebahagiaan kita yang tentu saja sangat diharapkan oleh semua warga disini.
Jadi karena mereka tidak punya kesempatan berbahagia seperti kita, minimal
mereka hanya menyaksikan pelepasan abang menemui Sang Ratu” jelasnya.
“Aneh. Abang kan hanya pergi
malam ini saja. Apakah sepenting itu kejadiannya?”
“Malam ini sangat menentukan
bagi abang dan keluarga kita apakah abang diterima dengan baik oleh Sang Ratu
atau tidak. Kalau nanti abang dijemput oleh beberapa orang saja abdi Sang Ratu
berarti abang hanya dipanggil Sang Ratu malam ini saja. Namun kalau abang
dijemput oleh rombongan abdi Sang Ratu ditambah orang-orang kepercayaannya, itu
pertanda baik bahwa abang dan keluarga kita diterima Sang Ratu dan pantas
mendapat kehormatan” jelas Ranti. Wajahnya berseri-seri ketika menjelaskan
tujuan pemanggilan Sang Ratu yang masih membuat Sahrul bingung.
“Kalau abang dijemput oleh
rombongan orang kepercayaan Sang Ratu berarti abang diterima disini?”
“Ya. Kalau abang dijemput
oleh rombongan orang-orang kepercayaan Sang Ratu maka abang diterima untuk
mengabdi pada Sang Ratu selama berada di Lubuk Lungun ini. Tapi kalau abang
hanya dijemput oleh beberapa abdi saja maka abang hanya diterima dalam keluarga
kami sehingga suatu saat abang akan disuruh meninggalkan kampung ini. Jadi berbahagialah
kalau abang dijemput oleh rombongan orang-orang kepercayaan Sang Ratu” jelas
Ranti. Bahagia sekali dia membayangkan penghormatan yang diberikan Sang Ratu
kepada suaminya.
Sementara bagi Sahrul
sendiri apa yang diinginkan Sang Ratu dan apa yang harus dikerjakannya dalam
mengabdi pada Sang Ratu masih tanda tanya besar. Betapa tidak penjelasan yang
diberikan Ranti sangat tidak masuk akal dan tidak pernah dialaminya. Bahkan
untuk bertemu dengan Sang Ratu saja dia baru sekali. Dan sekarang dia harus
memenuhi undangan Sang Ratu walaupun dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Sembari
menunggu kedatangan orang-orang suruhan Sang Ratu untuk menjemput Sahrul,
sangat jauh sekali perbedaan mimik muka Sahrul dengan Ranti. Dimana Ranti
tampak semakin girang sedang Sahrul masih bingung juga. Berbeda halnya dengan
para tamu yang berbincang-bincang satu sama lain dengan topik pembicaraan
rata-rata tentang keberuntungan Sahrul.
Saat yang ditunggu-tunggu
akhirnya datang juga. Kendati penuh dengan kebingungan dan berbagai macam
pertanyaan dibenaknya, Sahrul memang sedari tadi sudah menunggu kedatangan
orang-orang kepercayaan Sang Ratu untuk menjemput dirinya guna dihadapkan
kepada Sang Ratu.
“Rombongan hulubalang datang
berkunjung” teriak seorang lelaki yang sekan memberi aba-aba akan kedatangan
orang-orang kepercayaan Sang Ratu diluar rumah.
Semua yang hadir dalam
ruangan itu memalingkan mukanya kearah pintu. Bahkan ada diantara mereka yang
bergegas menuju pintu untuk melihat langsung kedatangan rombongan orang-orang
kepercayaan Sang Ratu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar