Selasa, 03 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 13)




Esok hari yang dikatakan Ranti sebagai hari dimana Sahrul harus menemui Sang Ratu usai pesta hari ketiga itu benar-benar membayangi pikiran Sahrul. Bagaimanapun juga dia sudah menyaksikan kecantikan Sang Ratu yang dinilainya tiada bandingannya. Bahkan dengan istrinya yang baru ini sekalipun. Apalagi kerlingan mata Sang Ratu yang genit yang membuat Sahrul tak kuasa menahan gejolak birahinya. Apa jadinya jika besok malam ternyata dia dipanggil untuk menghadap Sang Ratu dan dia sendiri tak mampu menguasai diri. Perasaan takut berbuat kurang sopan dihadapan Sang Ratu itu membuat Sahrul tak nyenyak tidurnya malam itu. Dalam pertarungannya menghadapi serangan-serangan birahi yang dilancarkan Ranti tadi dia memang menikmatinya. Namun setelah Ranti tertidur pulas , dia sendiri justru tak bisa tidur memikirkan apa yang akan terjadi besok. Dan apa yang akan disampaikan Sang Ratu kepadanya besok. Bingung memikirkan tentang apa yang akan melanda hidupnya besok ketika berhadapan dengan Sang Ratu membuat Sahrul akhirnya tertidur juga menjelang subuh. Itupun setelah Sahrul bisa pasrah pada nasibnya besok. Entah apa yang akan terjadi terjadilah, pikirnya sehingga otaknya yang lelah mengizinkan matanya untuk terpejam dalam dinginnya embun pagi yang mulai mengusik nyenyaknya tidur rerumputan diluar rumah.

Hari ketiga pesta di rumah Bandri masih juga ramai dikunjungi tamu yang entah dari mana datangnya. Selain para tetangga yang membantu di pesta itu, rata-rata dari tamu tersebut belum dikenal oleh Sahrul. Memang menurut Ranti yang datang kali ini adalah para kerabatnya dari kampung sebelah. Namun tetap saja Sahrul tak mengenal mereka satu orangpun. Terasa sekali kalau dirinya sangat asing berada ditempat itu. Namun kebahagian dan service yang diberikan Ranti yang tak henti-hentinya memanjakan dirinya dengan permainan-permainan yang menggairahkan membuat Sahrul lupa diri dan patuh saja pada apa yang dikatakan Ranti.
Berbeda dengan hari pertama dan hari kedua, tamu-tamu yang berdatangan kali ini benar-benar memperhatikan dan selalu membicarakan kedua mempelai. Bahkan diantara mereka juga ada yang secara langsung memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Tidak seperti hari-hari sebelumnya dimana hanya Bandri dan Ratih yang menerima ucapan selamat.
Tentu saja adanya perubahan ini membuat Sahrul agak sibuk menjawab salam dan ucapan yang diberikan tetamunya. Sehingga dalam waktu yang cukup lama Sahrul tidak lagi memikirkan apa yang akan diterimanya dari Sang Ratu nanti malam.
Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan Sahrul dari Sang Ratu karena dia adalah warga pendatang dikampung itu sehingga kalau dia berbuat salah dalam cara menghadapi Sang Ratu mungkin akan dimaafkan atau diberi petunjuk. Namun yang ditakutkan Sahrul adalah kalau-kalau Sang Ratu memberinya kesempatan untuk bertatap muka dan tidak boleh menundukkan kepala sehingga dia harus memandang kearah Sang Ratu. Yang ditakutkannya adalah kenyataan bahwa kecantikan Sang Ratu dipastikan akan membangkitkan gejolak birahi kelaki-lakiannya yang sangat sulit terbendung jika berhadapan langsung. Belum lagi aroma parfume yang digunakan Sang Ratu sangat memancing gairah kelelakian setiap orang yang mencium baunya. Apalagi Sahrul pernah mencium aroma parfume yang dipakai Sang Ratu yang langsung memberikan pengaruh positif bagi organ tubuh bawahnya.
Paling tidak kalau Sahrul harus menemui Sang Ratu malam nanti, tentunya dia harus bersiap-siap mengalihkan pikirannya kearah lain agar pengaruh parfume yang ditimbulkan dari tubuh Sang Ratu tidak terlalu berpengaruh kepadanya.
Namun apa yang bisa diperkirakannya kalau Ranti sendiri yang menyampaikan agar suaminya itu menemui Sang Ratu dengan dijemput para abdi itu juga tidak menyampaikan secara detail apa yang akan disampaikan Sang Ratu dan apa yang harus dilakukannya. Yang disampaikan Ranti kemarin malam hanyalah bahwa Sahrul akan sangat bahagia kalau dipanggil oleh Sang Ratu.
Menjelang pesta hari ketiga usai, para tamu yang sedari tadi hadir tidak juga berpulangan. Padahal dihari pertama dan kedua kemarin, tamu yang hadir menyaksikan kebahagiaan pasangan itu hanya sebentar saja berada di rumah Bandri. Tapi kali ini tamu tidak ada yang pulang sehingga jumlah mereka semakin banyak. Entah apa yang mereka tunggu, namun kehadiran mereka tidak mengganggu tuan rumah selain harus menghidangkan penganan ekstra untuk tamu yang tak kunjung pulang itu.
“Apa yang terjadi? Mengapa para tamu hari ini tidak ada yang pulang?” tanya Sahrul berbisik pada istrinya yang seakan tidak terganggu oleh kehadiran tamu yang begitu banyak.
“Mereka menunggu acara puncak kebahagiaan kita” jawab Ranti singkat.
“Acara puncak? Apa itu?” tanya Sahrul semakin penasaran.
“Abang kan akan menemui Sang Ratu malam ini. Jadi para tamu ingin melepas kepergian abang yang akan dijemput oleh para abdi Sang Ratu sebentar lagi” jelas Ranti.
“Kan biasa saja kalau abang harus pergi ketempat Sang Ratu. Apakah harus mereka lepas kepergian abang?” tanya Sahrul semakin tak mengerti.
“Ya. Mereka ingin melihat kebahagiaan kita yang tentu saja sangat diharapkan oleh semua warga disini. Jadi karena mereka tidak punya kesempatan berbahagia seperti kita, minimal mereka hanya menyaksikan pelepasan abang menemui Sang Ratu” jelasnya.
“Aneh. Abang kan hanya pergi malam ini saja. Apakah sepenting itu kejadiannya?”
“Malam ini sangat menentukan bagi abang dan keluarga kita apakah abang diterima dengan baik oleh Sang Ratu atau tidak. Kalau nanti abang dijemput oleh beberapa orang saja abdi Sang Ratu berarti abang hanya dipanggil Sang Ratu malam ini saja. Namun kalau abang dijemput oleh rombongan abdi Sang Ratu ditambah orang-orang kepercayaannya, itu pertanda baik bahwa abang dan keluarga kita diterima Sang Ratu dan pantas mendapat kehormatan” jelas Ranti. Wajahnya berseri-seri ketika menjelaskan tujuan pemanggilan Sang Ratu yang masih membuat Sahrul bingung.
“Kalau abang dijemput oleh rombongan orang kepercayaan Sang Ratu berarti abang diterima disini?”
“Ya. Kalau abang dijemput oleh rombongan orang-orang kepercayaan Sang Ratu maka abang diterima untuk mengabdi pada Sang Ratu selama berada di Lubuk Lungun ini. Tapi kalau abang hanya dijemput oleh beberapa abdi saja maka abang hanya diterima dalam keluarga kami sehingga suatu saat abang akan disuruh meninggalkan kampung ini. Jadi berbahagialah kalau abang dijemput oleh rombongan orang-orang kepercayaan Sang Ratu” jelas Ranti. Bahagia sekali dia membayangkan penghormatan yang diberikan Sang Ratu kepada suaminya.
Sementara bagi Sahrul sendiri apa yang diinginkan Sang Ratu dan apa yang harus dikerjakannya dalam mengabdi pada Sang Ratu masih tanda tanya besar. Betapa tidak penjelasan yang diberikan Ranti sangat tidak masuk akal dan tidak pernah dialaminya. Bahkan untuk bertemu dengan Sang Ratu saja dia baru sekali. Dan sekarang dia harus memenuhi undangan Sang Ratu walaupun dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Sembari menunggu kedatangan orang-orang suruhan Sang Ratu untuk menjemput Sahrul, sangat jauh sekali perbedaan mimik muka Sahrul dengan Ranti. Dimana Ranti tampak semakin girang sedang Sahrul masih bingung juga. Berbeda halnya dengan para tamu yang berbincang-bincang satu sama lain dengan topik pembicaraan rata-rata tentang keberuntungan Sahrul.
Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Kendati penuh dengan kebingungan dan berbagai macam pertanyaan dibenaknya, Sahrul memang sedari tadi sudah menunggu kedatangan orang-orang kepercayaan Sang Ratu untuk menjemput dirinya guna dihadapkan kepada Sang Ratu.
“Rombongan hulubalang datang berkunjung” teriak seorang lelaki yang sekan memberi aba-aba akan kedatangan orang-orang kepercayaan Sang Ratu diluar rumah.
Semua yang hadir dalam ruangan itu memalingkan mukanya kearah pintu. Bahkan ada diantara mereka yang bergegas menuju pintu untuk melihat langsung kedatangan rombongan orang-orang kepercayaan Sang Ratu tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar