“Sangat sulit bagi
kita untuk melawan kekuatan pikiran suamimu itu Ranti. Nampaknya dia begitu
penasaran dan berpikir keras untuk mengingat jalan masuk ini. Satu-satunya cara
yang mungkin bisa membuat dia melupakan jalan ini hanyalah dengan menjaga jalan
ini setiap hari dari pengaruh pikiran suamimu yang semakin hari semakin membuka
terang jalan ini”
“Caranya, Yah?”
“Kita harus setiap
hari datang dan membacakan mantera ke sini. Disamping itu kamu juga harus
berusaha membaca pikiran dan mengendalikan pikiran suamimu itu”
“Sudah aku coba, Yah.
Tapi nampaknya butuh waktu lama untuk mengembalikan kemampuanku membaca pikiran
Sahrul. Tentu aku harus membuang perasaanku dulu sebelum aku bisa lebih jernih
membaca pikirannya. Sedang untuk membuang perasaan yang terlanjur ada ini
sangat sulit bagiku” keluh Ranti.
“Kalau memang kita
sudah menyerah betul, sebaiknya kita minta bantuan yang mulia Sang Ratu Datuk
Puti agar dia juga bisa turun tangan membantu kamu mengembalikan kemampuan kamu
membaca pikiran suamimu itu dan mengendalikannya”
“Susah, Yah. Aku malu
pada Puteri Mayang karena tidak terkendalinya kelakuan suamiku ini adalah
karena kesalahan aku semata. Lebih baik kita coba usahakan sendiri jalan apa
yang patut kita tempuh untuk mencegah dia mengingat jalan ini. Kalau memang
tidak bisa betul baru kita meminta bantuan yang mulia Sang Ratu”
“Ya. Dia memang harus
menghilangkan ingatannya akan jalan ini. Kalau dia tahu jalan ini adalah pintu
masuk yang kamu gunakan sewaktu membawanya masuk kesini dulu, tanpa
dibersihkannyapun jalan ini akan terbuka sendiri dan dia dengan leluasa bisa
saja kembali ke kampungnya”
“Itu yang aku
takutkan, yah” kata Ranti merinding membayangkan suaminya akan meninggalkan dia
begitu saja.
Berbagai bacaan-bacaan
magic diucapkan Bandri yang entah karena apa nampaknya kali ini sangat sulit
untuk melakukannya. Biasanya untuk melakukan sesuatu yang bertujuan membuat
Sahrul melupakan hal-hal yang pernah dialaminya sangat gampang bagi Ranti
karena selama ini pengendalian atas apa yang dipikirkan Sahrul sepenuhnya
berada ditangan Ranti. Namun semenjak dia begitu mengagungkan dan mencintai
suaminya itu, perasaan sayang dan cintanya telah memperngaruhi kemampuannya
untuk membaca apa yang terlintas dalam pikiran Sahrul.
Malam itu, ketika Sahrul
menyampaikan berita ditemukannya jalan itu, kendati kecewa, namun Ranti
berusaha untuk menunjukkan kemarahannya. Sebenarnya dia memang tengah
bersiap-siap untuk pergi ke jalan itu bersama ayahnya. Hanya saja untuk
menunjukkan ketidaksenangannya itu, dia pura-pura marah karena suaminya yang masih
juga berusaha mencari jalan itu. Kalau saja Sahrul tahu bahwa istrinya itu telah
bersiap-siap untuk pergi ke jalan itu, tentu dia akan curiga akan maksud Ranti
merusak jalan itu dengan kekuatan magic yang dimilikinya dan digabungkan dengan
kekuatan ayahnya.
Akan halnya bayangan
mereka yang membawa suluh yang nampak dari kejauhan oleh Sahrul sama sekali
tidak diketahui oleh Sahrul bahwa bayangan itu adalah bayangan Ranti dan
Bandri. Untung saja waktu itu Sahrul tidak berani mendekati mereka. Kalau saja Sahrul
nekad mendekati mereka tentu dia akan sangat kaget karena istri dan mertuanya itu
telah merusak jalan yang baru saja ditemukannya kembali.
Sepulangnya dari
pengabdiannya di istana Sahrul kembali melewati jalan yang kemarin di
temukannya. Jalan itu masih nampak jelas oleh Sahrul. Namun sebagian ujung
jalan yang pendek itu seakan tertutup belukar yang telah lama tumbuh.
“Aneh sekali. Baru
kemarin aku menyianginya, sekarang jalan itu sudah hampir tertutup kembali.
Kenapa begitu cepat pepohonan ini tumbuh?” kata hatinya tak habis pikir.
Dicobanya untuk
kembali melanjutkan pekerjaan merambah belukar itu. Kendati belukar ini sudah
memenuhi badan jalan, tetap saja ketika Sahrul menguakkannya tidak mengalami
kesulitan. Apalagi dilhatnya tidak banyak belukar yang tumbuh di badan jalan.
Sebagian besar dari belukar itu justru tumbuh dipinggir jalan dan condong ke
arah jalan sehingga jalanan tertutup.
Tak ingin mebuat istri
dan mertuanya bertanya-tanya akan keterlambatannya, Sahrul hanya sebentar saja
menyiangi jalan itu. Dibenaknya sudah tersusun rencana untuk menyiangi jalanan
ini hanya pada waktu dia pulang dari istana saja. Sedang dihari-hari lain dia
bermaksud untuk tidak melakukannya agar istrinya tidak curiga lagi dan
mengadukannya kepada Sang Ratu. Apalagi Sang Ratu telah berpesan melalui Mayang
agar dia benar-benar membahagiakan istrinya agar tidak lagi melaporkan hal-hal
yang terjadi diantara mereka kepada Sang Ratu.
“Kok terlambat
pulangnya, Bang?” sapa Ranti lembut. Tidak tampak lagi kemarahan di wajahnya.
“Mayang meminta
pelayanan lebih. Oh, ya... kapan adik pulang. Kemarin abang cari-cari sampai
larut malam tapi adik tidak tampak. Kemana kemarin itu?” tanyanya penasaran.
“Biasalah, Bang. Ayah minta
ditemani menemui kerabat di kampung seberang”
“Kok enggak bilang
dulu sama abang? Masih marah ya?”
“Ah.. tidak juga. Cuman
memang kebetulan ayah perlunya mendadak”
“Ya, sudah. Abang capek,
nih. Kita istirahat dulu, yuk” katanya tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang
bisa-bisa malah menimbulkan pertengkaran baru. Dirangkulnya istrinya itu
kekamar. Ranti hanya menurut. Diapun tidak ingin memperpanjang masalah. Apalagi
rasa rindu untuk segera merengguk kenikmatan duniawi sudah tidak bisa
dibendungnya.
Hari-hari berlalu.
Tidak satu patah katapun yang disampaikan Sahrul menyangkut keberadaan jalan
atau apa yang disampaikan Mayang kepada Ranti. Rantipun tidak ingin
mempersoalkan jalan yang selalu menjadi bahan pikiran suaminya. Kendati demikian
setiap pulang dari istana Sahrul berusaha untuk membersihkan jalan yang masih
mebuat dia penasaran itu. Setiap saat juga dicobanya untuk memikirkan ikhwal
jalan itu dan apa hubunganya dengan dirinya sehingga dia begitu merasa terikat
akan keberadaan jalan itu.
Ranti sendiri juga
kendati tidak pernah mendengar cerita dari suaminya akan keberadaan jalan itu,
namun dia masih menaruh curiga karena setiap pulang dari istana suaminya selalu
terlambat. Segala upaya dilakukannya untuk menutup jalan itu dari pikiran
suaminya. Namun tetap saja jalan itu secara magic tak mampu ditutupnya. Memang ada
pengurangan jarak jalan. Namun tetap saja jarak jalan itu semakin jauh karena
disamping otot Sahrul yang selalu membersihkannya setiap seminggu sekali,
pikirannya pun selalu diarahkannya kesana sehingga sangat menyulitkan Bandri
dan Ranti yang dengan diam-diam berusaha menutup jalan setiap kali Sahrul berusaha
membukanya.
Dalam kesehariannya,
anatara Sahrul dengan Ranti seakan tidak terjadi apa-apa dan hubungan mereka
semakin mesra saja. Namun dibalik itu masing-masing mereka menyimpan rahasia. Dimana
Sahrul merahasiakan masalah pekerjaannya membersihkn jalan, sedang Ranti dan Bandri
yang mengetahui akan usaha Sahrul itu juga berusaha menutup jalan namun tidak
berhasil.
Hari-hari terakhir ini
Ranti sering kali keluar rumah. Bahkan kepergiannya dengan ayahnya itu hampir
seiap hari. Bahkan terkadang mereka bermalam ditempat yang tidak pernah diketahui
oleh Sahrul. Kontan saja kesibukan Ranti dan ayahnya itu memberi kesempatan
yang sangat luas kepada Ratih untuk menikmati cumbuan maut Sahrul yang dulunya
hanya sekali seminggu didapatkannya. Setiap Ranti dan Bandri pergi, tak ayal
lagi Ratih sudah meluruk ke kamar anaknya untuk segera menjumpai Sahrul. Sahrul
yang semakin lama semakin berusaha untuk tidak menunjukkan perubahan pada
dirinya itu dengan senang hati melayani keinginan nakal Ratih yang seakan-akan
tidak ada puasnya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar