Didiamkannya saja ketika
Sang Ratu meremas tangannya untuk melepas hasrat kerinduannya akan belaian
seorang lelaki yang seakan tak pernah didapatkannya. Sopan santun dan
kharismanya selaku ratu yang disembah semua warga sudah tidak nampak lagi. Yang
dipertontonkan Sang Ratu pada saat itu hanyalah gairah seekor kuda betina yang
berusaha mereguk kenikmatan dari lawan yang selama ini didambakannya. Belaian
dan cumbuan yang diberikannya pada Sahrul tak terbendung lagi sehingga hasrat
birahi Sahrul yang sedari tadi semenjak dipijit oleh Mayang tidak memperoleh
pelepasan akhirnya dengan garang diarahkannya pada Sang Ratu yang sudah
kehilangan akal sehatnya. Lama mereka bercumbu diruang tamu itu, akhirnya Sang
Ratu dengan manja mengajak Sahrul untuk melanjutkan pengabdiannya itu ditempat
yang memang sudah disediakan untuknya, bilik peraduan milik Sang Ratu yang
tentu saja jauh lebih indah dan wangi dibanding kamar pengantennya di rumah
Ranti.
Dengan membopong Sang Ratu
sesuai kehendak wanita itu, Sahrul berjalan tegap. Tak dirasakannya beban tubuh
Sang Ratu yang tergolek mesra sambil merangkulnya. Memang tak ada seorangpun
dilorong menuju bilik peraduan itu. Sehingga dengan leluasa mereka masuk kamar
Sang Ratu untuk melanjutkan apa yang sudah dikehendaki Sang Ratu sebagai bentuk
pengabdian seorang penganten yang telah diberkatinya.
Tidak terpikir sedikitpun
oleh Sahrul bahwa pengabdian yang diminta Sang Ratu adalah kerelaan dirinya
melayani nafsu birahi Sang Ratu. Bahkan Sahrul sendiri menganggap bahwa saat
ini apa yang diminta Sang Ratu adalah suatu kebetulan yang bisa saja terjadi
bagi seorang wanita normal yang juga membutuhkan kasih sayang dan cumbu rayu
seorang lawan jenis untuk melampiaskan hasratnya. Itu pula sebabnya dalam hati
Sahrul berjanji untuk tidak membuka aib ini kepada Ranti. Betapa murkanya Ranti
jika tahu kalau suaminya telah berhubungan badan dengan Sang Ratu yang menjadi
sesembahan semua warga. Bagi Sahrul saat ini hanyalah perasaan beruntung dia mendapatkan
kesempatan bertemu dengan seorang wanita cantik yang sedang kesepian yang
kebetulan saja berkedudukan sebagai seorang ratu.
Dikamar Sang Ratu yang
sangat indah itu, surga dunia kembali mereka ciptakan berdua. Ada suatu
keanehan yang dirasakan Sahrul dimana dia tidak pernah mencapai orgasme yang final
dalam berhubungan dengan Sang Ratu. Entah sudah berapa kali disaksikannya Sang
Ratu mengejang badannya menahankan kenikmatan yang direguknya. Namun dia masih
juga sanggup melayani tanpa ada perasaan lelah dan istirahat sedikitpun. Apakah
memang ini sebagai hasil dari pijatan yang dilakukan Mayang terhadap dirinya
tadi sebelum bertemu dengan Sang Ratu ataukah akibat dari membaranya hasrat dia
begitu ketemu dengan Sang Ratu. Namun Sahrul lebih berpikir kalau dirinya
memang dipersiapkan Mayang untuk memuaskan nafsu birahi Sang Ratu yang memang
menginginkan itu darinya.
Menjelang pagi kedua insan
itu telah tertidur lelap. Entah apa yang telah membuat mereka bagitu bahagia,
namun dalam lelapnya kedua insan itu menyunggingkan seulas senyum kepuasan yang
mengandung banyak arti. Baru ketika Mayang masuk membawakan pakaian merekalah
kedua insan itu terbangun. Alangkah kagetnya Sahrul ketika Mayang masuk ke
kamar itu. Namun dilihatnya baik Mayang maupun Sang Ratu seakan sudah biasa
dengan keadaan itu sehingga Sahrul kendati sedikit malu, berusaha untuk tampil
biasa-biasa saja.
“Pakaian sudah siap, Yang
Mulia” katanya menundukkan kepalanya.
“Bawa kesini” jawab Sang Ratu.
Dia berdiri dalam keadaan telanjang dan dengan penuh kelembutan dan kesopanan
Mayang mengenakan pakaian Sang Ratu bagaikan seorang ibu mengenakan pakaian
kepada anaknya. Satu stel pakaian mandi telah dipakaikannya kepada Sang Ratu
yang nampaknya akan segera mandi setelah melewati malamnya yang panjang itu.
“Bawa tamuku keluar dan
beritahu dia apa yang harus dilakukannya” kata Sang Ratu kembali berwibawa.
Ciut juga nyali Sahrul
seketika melihat kewibawaan Sang Ratu yang kembali dinampakkannya ketika
berbicara dengan Mayang. Sementara Mayang hanya menunduk dan membiarkan Sang Ratu
berlalu dari kamar itu.
“Mari ikut saya” katanya
lirik pada Sahrul yang sebenarnya masih belum mengenakan pakaiannya.
Sahrul berusaha mengedarkaan
pandangannya mencari posisi pakaiannya yang tadi malam dilepas dan
dilemparkannya begitu saja entah dimana. Tak lama berselang matanya dapat
melihat pakaian itu terletak tak jauh dari tempat Mayang berdiri.
“Ng... tolong...” katanya.
Mayang mengambilkan pakaian
itu dan memberikannya pada Sahrul. Dibantunya lelaki itu mengenakan pakaiannya.
Tak berselang lama, mereka berlalu dari kamat tidur Sang Ratu menuju ruang tamu
dimana Sahrul kemarin dipijat oleh
Mayang.
Disebelah ruang tamu,
terdengar Mayang menyiapkan air mandi
hangat-hangat kuku untuk Sahrul. Diraihnya tangan Sahrul dan ditariknya
kekamar mandi itu.
“Mandilah dulu” katanya.
“Biar aku mandi sendiri”
kata Sahrul sungkan begitu melihat Mayangpun ikut masuk kekamar mandi itu.
“Sudah kewajiban saya untuk
melayani tamu Sang Ratu dalam segala hal. Biarkan saya mengerjakannya sebagai
bentuk pengabdian saya pada Sang Ratu” kata gadis itu.
Sahrul tak kuasa menolak
permintaan Mayang. Dbiarkannya gadis itu memandikannya dengan gosokan-gosokan
sabun yang sangat menyentuh sisi-sisi sensitifnya. Hasratnya untuk bercumbu
kembali membara. Namun apakah mungkin dia harus melampiaskannya juga pada
Mayang. Apakah mungkin Mayang mau melayaninya mengingat dia adalah tamu Sang Ratu
yang begitu dihormati Mayang. Namun sentuhan-sentuhan jemari Mayang yang sibuk
memandikannya seakan memancing dirinya untuk bertindak agresif. Tak tahan
dengan perlakuan Mayang, Sahrul mencoba untuk mengulang kembali ajakannya
kemarin. Apalagi sekarang Mayang sudah mengetahui seluruh sisi tubuhnya yang
tak perlu ditutupi lagi.
“Sayapun berhak
mendapatkannya seizin Sang Ratu” kata Mayang ketika Sahrul mengutarakan
hasratnya mencumbu Mayang. Gayung bersambut akhirnya episode kedua kisah
permainannya di istana dilakukannya juga. Kali ini dengan orang kepercayaan
Sang Ratu yang katanya memang mendapat izin dari Sang Ratu.
Entah berapa kali mereka
melakukannya. Namun usai melakukan permainan itu mereka berdua mandi. Tak lupa
Mayang memberikan pijatan-pijatan tertentu yang bisa membuat Sahrul kembali
pulih tenaganya dalam sekejap.
“Ada beberapa hal yang harus
saya sampaikan menyangkut pengabdian kamu kepada Sang Ratu sebelum kamu pulang”
kata Mayang ketika mereka kembali keruang tamu.
“Apa itu?”
Setiap hari Minggu kamu harus
datang kesini menemui Sang Ratu untuk melanjutkan pengabdian kamu”
“Apa yang harus aku lakukan
dalam pengabdian itu?” tanya Sahrul begitu dia sadar bahwa dia disuruh menemui
Sang Ratu sebenarnya untuk mengabdi. Namun belum dirinya mengabdi, dia sudah
terjebak pada permainan yang memabukkan dengan Sang Ratu sehingga baik dia
maupun Sang Ratu lupa akan bentuk pengabdian yang harus dilakukannya.
“Ya.. kamu harus melayani
Sang Ratu seperti malam tadi dimana kamu telah mengabdi kepadanya”
“Jadi itu adalah bentuk
pengabdian aku kepada Sang Ratu?” tanya Sahrul kaget. Betapa tidak, dia
menganggap kalau dirinya akan diberitahu tentang apa pekerjaan yang harus
dilakukannya namun ternyata dia dibawa kesurga dunia yang begitu menggairahkan.
“Ya... itu yang harus kamu
lakukan mengingat Sang Ratu menginginkannya” jelas Mayang. “Namun sebelum kamu
menghadap Sang Ratu, saya harus mempersiapkan kamu dulu agar siap tempur dan
tidak mengecewakan Sang Ratu” tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar