Minggu, 08 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 18)



Didiamkannya saja ketika Sang Ratu meremas tangannya untuk melepas hasrat kerinduannya akan belaian seorang lelaki yang seakan tak pernah didapatkannya. Sopan santun dan kharismanya selaku ratu yang disembah semua warga sudah tidak nampak lagi. Yang dipertontonkan Sang Ratu pada saat itu hanyalah gairah seekor kuda betina yang berusaha mereguk kenikmatan dari lawan yang selama ini didambakannya. Belaian dan cumbuan yang diberikannya pada Sahrul tak terbendung lagi sehingga hasrat birahi Sahrul yang sedari tadi semenjak dipijit oleh Mayang tidak memperoleh pelepasan akhirnya dengan garang diarahkannya pada Sang Ratu yang sudah kehilangan akal sehatnya. Lama mereka bercumbu diruang tamu itu, akhirnya Sang Ratu dengan manja mengajak Sahrul untuk melanjutkan pengabdiannya itu ditempat yang memang sudah disediakan untuknya, bilik peraduan milik Sang Ratu yang tentu saja jauh lebih indah dan wangi dibanding kamar pengantennya di rumah Ranti.

Dengan membopong Sang Ratu sesuai kehendak wanita itu, Sahrul berjalan tegap. Tak dirasakannya beban tubuh Sang Ratu yang tergolek mesra sambil merangkulnya. Memang tak ada seorangpun dilorong menuju bilik peraduan itu. Sehingga dengan leluasa mereka masuk kamar Sang Ratu untuk melanjutkan apa yang sudah dikehendaki Sang Ratu sebagai bentuk pengabdian seorang penganten yang telah diberkatinya.
Tidak terpikir sedikitpun oleh Sahrul bahwa pengabdian yang diminta Sang Ratu adalah kerelaan dirinya melayani nafsu birahi Sang Ratu. Bahkan Sahrul sendiri menganggap bahwa saat ini apa yang diminta Sang Ratu adalah suatu kebetulan yang bisa saja terjadi bagi seorang wanita normal yang juga membutuhkan kasih sayang dan cumbu rayu seorang lawan jenis untuk melampiaskan hasratnya. Itu pula sebabnya dalam hati Sahrul berjanji untuk tidak membuka aib ini kepada Ranti. Betapa murkanya Ranti jika tahu kalau suaminya telah berhubungan badan dengan Sang Ratu yang menjadi sesembahan semua warga. Bagi Sahrul saat ini hanyalah perasaan beruntung dia mendapatkan kesempatan bertemu dengan seorang wanita cantik yang sedang kesepian yang kebetulan saja berkedudukan sebagai seorang ratu.
Dikamar Sang Ratu yang sangat indah itu, surga dunia kembali mereka ciptakan berdua. Ada suatu keanehan yang dirasakan Sahrul dimana dia tidak pernah mencapai orgasme yang final dalam berhubungan dengan Sang Ratu. Entah sudah berapa kali disaksikannya Sang Ratu mengejang badannya menahankan kenikmatan yang direguknya. Namun dia masih juga sanggup melayani tanpa ada perasaan lelah dan istirahat sedikitpun. Apakah memang ini sebagai hasil dari pijatan yang dilakukan Mayang terhadap dirinya tadi sebelum bertemu dengan Sang Ratu ataukah akibat dari membaranya hasrat dia begitu ketemu dengan Sang Ratu. Namun Sahrul lebih berpikir kalau dirinya memang dipersiapkan Mayang untuk memuaskan nafsu birahi Sang Ratu yang memang menginginkan itu darinya.
Menjelang pagi kedua insan itu telah tertidur lelap. Entah apa yang telah membuat mereka bagitu bahagia, namun dalam lelapnya kedua insan itu menyunggingkan seulas senyum kepuasan yang mengandung banyak arti. Baru ketika Mayang masuk membawakan pakaian merekalah kedua insan itu terbangun. Alangkah kagetnya Sahrul ketika Mayang masuk ke kamar itu. Namun dilihatnya baik Mayang maupun Sang Ratu seakan sudah biasa dengan keadaan itu sehingga Sahrul kendati sedikit malu, berusaha untuk tampil biasa-biasa saja.
“Pakaian sudah siap, Yang Mulia” katanya menundukkan kepalanya.
“Bawa kesini” jawab Sang Ratu. Dia berdiri dalam keadaan telanjang dan dengan penuh kelembutan dan kesopanan Mayang mengenakan pakaian Sang Ratu bagaikan seorang ibu mengenakan pakaian kepada anaknya. Satu stel pakaian mandi telah dipakaikannya kepada Sang Ratu yang nampaknya akan segera mandi setelah melewati malamnya yang panjang itu.
“Bawa tamuku keluar dan beritahu dia apa yang harus dilakukannya” kata Sang Ratu kembali berwibawa.
Ciut juga nyali Sahrul seketika melihat kewibawaan Sang Ratu yang kembali dinampakkannya ketika berbicara dengan Mayang. Sementara Mayang hanya menunduk dan membiarkan Sang Ratu berlalu dari kamar itu.
“Mari ikut saya” katanya lirik pada Sahrul yang sebenarnya masih belum mengenakan pakaiannya.
Sahrul berusaha mengedarkaan pandangannya mencari posisi pakaiannya yang tadi malam dilepas dan dilemparkannya begitu saja entah dimana. Tak lama berselang matanya dapat melihat pakaian itu terletak tak jauh dari tempat Mayang berdiri.
“Ng... tolong...” katanya.
Mayang mengambilkan pakaian itu dan memberikannya pada Sahrul. Dibantunya lelaki itu mengenakan pakaiannya. Tak berselang lama, mereka berlalu dari kamat tidur Sang Ratu menuju ruang tamu dimana  Sahrul kemarin dipijat oleh Mayang.
Disebelah ruang tamu, terdengar Mayang menyiapkan air mandi  hangat-hangat kuku untuk Sahrul. Diraihnya tangan Sahrul dan ditariknya kekamar mandi itu.
“Mandilah dulu” katanya.
“Biar aku mandi sendiri” kata Sahrul sungkan begitu melihat Mayangpun ikut masuk kekamar mandi itu.
“Sudah kewajiban saya untuk melayani tamu Sang Ratu dalam segala hal. Biarkan saya mengerjakannya sebagai bentuk pengabdian saya pada Sang Ratu” kata gadis itu.
Sahrul tak kuasa menolak permintaan Mayang. Dbiarkannya gadis itu memandikannya dengan gosokan-gosokan sabun yang sangat menyentuh sisi-sisi sensitifnya. Hasratnya untuk bercumbu kembali membara. Namun apakah mungkin dia harus melampiaskannya juga pada Mayang. Apakah mungkin Mayang mau melayaninya mengingat dia adalah tamu Sang Ratu yang begitu dihormati Mayang. Namun sentuhan-sentuhan jemari Mayang yang sibuk memandikannya seakan memancing dirinya untuk bertindak agresif. Tak tahan dengan perlakuan Mayang, Sahrul mencoba untuk mengulang kembali ajakannya kemarin. Apalagi sekarang Mayang sudah mengetahui seluruh sisi tubuhnya yang tak perlu ditutupi lagi.
“Sayapun berhak mendapatkannya seizin Sang Ratu” kata Mayang ketika Sahrul mengutarakan hasratnya mencumbu Mayang. Gayung bersambut akhirnya episode kedua kisah permainannya di istana dilakukannya juga. Kali ini dengan orang kepercayaan Sang Ratu yang katanya memang mendapat izin dari Sang Ratu.
Entah berapa kali mereka melakukannya. Namun usai melakukan permainan itu mereka berdua mandi. Tak lupa Mayang memberikan pijatan-pijatan tertentu yang bisa membuat Sahrul kembali pulih tenaganya dalam sekejap.
“Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan menyangkut pengabdian kamu kepada Sang Ratu sebelum kamu pulang” kata Mayang ketika mereka kembali keruang tamu.
“Apa itu?”
Setiap hari Minggu kamu harus datang kesini menemui Sang Ratu untuk melanjutkan pengabdian kamu”
“Apa yang harus aku lakukan dalam pengabdian itu?” tanya Sahrul begitu dia sadar bahwa dia disuruh menemui Sang Ratu sebenarnya untuk mengabdi. Namun belum dirinya mengabdi, dia sudah terjebak pada permainan yang memabukkan dengan Sang Ratu sehingga baik dia maupun Sang Ratu lupa akan bentuk pengabdian yang harus dilakukannya.
“Ya.. kamu harus melayani Sang Ratu seperti malam tadi dimana kamu telah mengabdi kepadanya”
“Jadi itu adalah bentuk pengabdian aku kepada Sang Ratu?” tanya Sahrul kaget. Betapa tidak, dia menganggap kalau dirinya akan diberitahu tentang apa pekerjaan yang harus dilakukannya namun ternyata dia dibawa kesurga dunia yang begitu menggairahkan.
“Ya... itu yang harus kamu lakukan mengingat Sang Ratu menginginkannya” jelas Mayang. “Namun sebelum kamu menghadap Sang Ratu, saya harus mempersiapkan kamu dulu agar siap tempur dan tidak mengecewakan Sang Ratu” tambahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar