Dalam perjalanan
pulang, bukan lagi keberadaan istrinya yang entah dimana yang dipikirkan
Sahrul. Yang ada di benaknya saat ini adalah keberadaan orang yang terlihat
membawa suluh dari kejauhan tadi. Padahal dia sendiri kemarin menelusuri jalan
itu dan ternyata jalan itu hanya terbuka beberapa puluh meter saja. Sedang
jarak orang yang membawa suluh tadi tidak kurang dari tiga ratus meter dari
jarak jalan dimana Sahrul berdiri.
Dirumahpun tidak
dihiraukannya lagi belum pulangnya istrinya sedari tadi. Namun untuk tidak
menimbulkan kecurigaan Ratih akan perginya anaknya itu, Sahrul menanyakan juga
keberadaan Ranti kepada ibunya itu.
“Biar sajalah. Dia
sedang pergi dengan suamiku mencari sesuatu yang mungkin saja dibutuhkannya.
Besok juga dia pasti akan pulang” jawab Ratih enteng. Nampaknya kepergian Ranti
memberi kebahagiaan tersendiri bagi Ratih karena kepergian anaknya itu berarti
memberi kesempatan bagi Ratih untuk mengambil jatahnya dengan Sahrul.
Kendati masih
memikirkan jalan yang diterangi sedikit cahaya suluh nun jauh disana, namun
Sahrul tetap memberikan pelayanan kepada Ratih semalaman itu. Tak ingin dia
mengecewakan wanita-wanita yang selama ini menerima kehangatan darinya. Walau
saat ini keberadaan istrinya sendiri belum diketahuinya secara pasti.
Siang itu, usai
memberikan pelayanan kepada Sang Ratu dan Mayang, Sahrul yang terlihat sedikit
termenung ditegur oleh Mayang.
“Tak biasanya kamu
bertingkah aneh seperti ini?”
“Ah... tidak apa-apa.
Kenapa? Apakah pelayananku kurang memuaskan?”
“Tidak. Justru pelayananmu
sangat memuaskan. Namun kulihat kamu agak sedikit murung. Ada masalah apa?”
“Ratih, istriku. Dia
pergi sejak kemarin malam. Entah kemana, aku sendiri juga tak tahu”
“Nampaknya saya perlu
memberi nasehat sama kamu. Sebelum istrimu pergi, siangnya dia kesini”
“Ranti kesini? Ada
perlu apa dia kesini?” tanya Sahrul kaget. Tak diduganya istrinya begitu nekad
mendatangi istana untuk menanyakan masalah dia dengan Sang Ratu atau dengan
Mayang.
“Dia kesini mengadukan
sikap kamu yang aneh akhir-akhir ini”
“Perasaan selama ini
aku tidak berubah sama dia. Apa yang dilaporkannya?” tanya Sahrul semakin
penasaran.
“Akhir-akhir ini kamu
sering pergi mencari jalan yang menurut kamu mengingatkan kamu pada sesuatu
yang entah apa kamu sendiri juga tidak tahu. Apa betul?”
“Oh, itu. Memang
pernah aku melihat jalan yang entah kapan aku merasa pernah melewatinya. Tapi
entah kapan, aku sendiri juga tak tahu. Dan hal itu aku ceritakan pada istriku”
kata Sahrul berusaha untuk tidak menceritakan semuanya kepada Mayang. Dia
sendiri merasa yakin kalau apa yang dilihatnya akan jalan itu kemarin juga
tidak diketahui oleh istrinya.
“Entah ceritamu itu
betul atau tidak, sebetulnya saya tak ingin mencampuri urusanmu dengan istrimu.
Tapi kalau boleh saya menasehati, apalagi Sang Ratu juga menyuruh saya untuk
menasehati kamu, sebaiknya kamu lupakan saja masalah jalan yang entah dimana
dan kapan kamu temukan itu. Itu semua demi keutuhan keluarga kamu dan
kebahagiaan istrimu Ranti. Ikuti apa yang disampaikan oleh istrimu. Apapun yang
dikatakannya adalah kebenaran yang harus kamu ikuti. Hanya itu yang bisa aku
sampaikan” tutup Mayang.
“Sebetulnya tidak ada
masalah antara aku dengan istriku. Akupun jadi bingung kenapa tiba-tiba dia
pergi malam tadi dan kenapa juga dia mengadukan ikhwal aku kesini?”
Sebetulnya Mayang
sudah tidak ingin membicarakan masalah itu, tapi karena Sahrul nampaknya masih
penasaran dan tidak mau terima apa yang dikeluhkan istrinya, terpaksa Mayang
tetap meladeni Sahrul membicarakan masalah keluarganya.
“Sebetulnya kamu beruntung
dapat istri setabah dan sesetia Ranti itu. Bagaimanapun kesibukan kamu meladeni
kami berdua dan mertuamu sendiri, namun istrimu tetap memberi kehangatan
kepadamu”
“Mertuaku? Kenapa
kamu...”
“Tidak usah kamu
tutup-tutupi. Kami semua mengetahuinya. Istrimupun tahu akan permainan gilamu
dengan Ratih, mertuamu itu. Tapi sebagai istri yang baik dia tetap menghargai
kamu”
“Mungkin kalian salah
duga. Antara aku dengan mertuaku tak ada apa-apa yang mesti dicurigai. Kami
hanya....”
“Tidak perlu kamu
tutup-tutupi. Kami tidak menyalahkanmu. Bahkan kami bangga kalau kamupun
ditengah kesibukan meladeni kami masih sempat memberi kehangatan kepada orang
lain. Kami tahu kamu juga menikmatinya” pancing Mayang.
Mendengar ucapan
Mayang, tak ada lagi yang bisa dibantah oleh Sahrul. Bahkan dia sendiri tanpa
sadar membayangkan permainan apa yang telah dilakukannya dengan Ratih selama
ini yang memiliki ciri khas permainan dan kenikmatan tersendiri. Tak ayal lagi
sembari membayangkan betapa indahnya permainan dengan Ratih yang memberikan
kenikmatan dan gaya permainan tersendiri itu membuat birahi Sahrul kembali
bergejolak. Dengan senyum nakal diliriknya Mayang yang sedari tadi menunggu
tanggapan Sahrul atas pancingannya tadi.
Alangkah kagetnya
Mayang karena tanggapan yang diberikan Sahrul ternyata bukan jawaban atau
pembelaan diri, tapi justru permainan gila yang disuguhkan Sahrul kepadanya
sehingga dengan jeritan kecil yang nakal Mayang kembali bisa menikmati
pergulatan kedua dengan Sahrul di siang itu.
Sahrul hanya tertawa
geli melihat hasrat birahi yang ditumpahkannya pada Mayang mendapat respon yang
luar biasa dari Mayang. Alangkah mudahnya membuat wanita-wanita itu lupa akan
kemarahannya, pikir Sahrul.
Namun dalam hati
Sahrul bertekad untuk tidak menceritakan lagi atau berterus terang akan apa
yang dipikirkannya tentang jalan itu yang harus diakuinya semakin membuat dia
penasaran dan yakin kalau dia punya kaitan sejarah dengan jalan itu.
Tanpa diketahui Sahrul
ternyata orang yang malam tadi berjalan ditengah jalan yang selama ini dicari
Sahrul adalah istrinya sendiri yang ditemani oleh Bandri. Kendati menyadari
kalau luputnya Sahrul dari kontrolnya selama ini adalah akibat perasaan Ranti
yang ikut larut dalam permainan itu, namun untuk menghilangkan kembali jalan
yang telah terlanjur ditemukan Sahrul untuk kedua kalinya itu tidaklah mudah.
Makanya dia kembali minta bantuan ayahnya Bandri untuk segera menghilangkan
jalan yang selama ini dicari suaminya.
“Aku tak ingin Sahrul
kembali mengingat jalan itu. Tolonglah ayah lakukan dengan sebaik-baiknya agar
dia tidak lagi berpikir kearah jalan itu. Sebab semakin kuat perasaan dan
pikirannya ke arah jalan ini, akan membuat jalan ini semakin terbuka bagi dia
untuk mengingat dan menemukan ujung jalan ini” pinta Ranti pada ayahnya.
“Tapi kamu juga harus
berusaha keras untuk bisa mengendalikan perasaanmu agar kamu bisa membaca
pikiran suamimu dan mengendalikannya” jawab Bandri yang juga takut kehilangan
menantu seperti Sahrul.
Kedua anak beranak itu
bekerja keras melakukan sesuatu hal yang akhirnya diharapkan akan membuat
Sahrul lupa akan jalan itu dan kenangan yang pernah dialaminya dibalik jalan
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar