Selasa, 16 Juni 2015

Penganten Rang Bunian (Part 39)





Sesampai dirumah, tak ayal lagi tanpa istirahat sejenakpun kedua insan yang sudah tidak mampu menahan nafsu birahi yang telah menggelora ini segera berhamburan menuju kamar tidur Ranti untuk mengejar impian akan kehangatan yang seakan tertunda begitu lama. Tidak satupun kata sepakat atau komando yang keluar dari mulut salah satu dari mereka tentang kesepakatan untuk segera menggapai kehangatan di ranjang itu. Bahkan tidak satupun kalimat yang terucap selama mereka di jalan tadi yang mengarah pada pembicaraan hubungan di ranjang. Namun secara naluri dan perasaan yang sama kedua-duanya sekan tahu kalau tujuan mereka adalah sama, mengejar ketertinggalan bergumul di ranjang.

Sabtu, 06 Juni 2015

Penganten Rang Bunian (Part 38)



“Mana bisa ibu meninggalkan dia sekejappun. Bahkan kami selesai melakukannya begitu kalian akan pulang. Sungguh Sahrul sangat luar biasa dalam memberikan pelayanan sehingga ibu tak jemu-jemu meminta terus darinya dan dia dengan senang hati melayani ibu sepuasnya” jawab ibunya tanpa merasa malu akan kelakuannya yang memakai tenaga menantunya disaat anaknya pergi. Karena tindakannya itu sudah setahu suami dan anaknya.
“Saya hanya tidak ingin dia mengikuti kami dan mengetahui apa yang kami lakukan pada jalan masuk itu” harap Ranti.
“Jangan khawatir. Ibu akan melumatnya habis-habisan selagi kalian tidak ada dirumah” jawab ibunya memberikan jaminan. Tentu saja dia akan senang menjaga Sahrul selama Ranti pergi karena dari menjaga itu dia mendapat keuntungan yang sangat besar dapat bercengkrama sepuas hati.

Penganten Rang Bunian (Part 37)



“Aku tidak merasa terganggu kok? Aku tidak pernah menyampaikannya pada Sang Ratu atau Mayang. Kok mereka tahu kamu sering ke kampung seberang dengan ayahmu?” tanya Sahrul bingung. Tentu saja dia bingung. Takut kalau-kalau Ranti beranggapan teguran itu atas pengaduan yang disampaikan Sahrul kepada Sang Ratu sambil bercumbu di istana.
“Apa yang diketahui Sang Ratu tidak perlu kita pertanyakan. Bukankah Sang Ratu tahu segala apa yang terjadi di Lubuk Lungun ini. Bahkan apa yang ada didalam hati kita masing-masing”

Rabu, 03 Juni 2015

Penganten Rang Bunian (Part 36)



Sahrul sendiri sebenarnya tidak menyadari kalau selama ini apa yang dipikirkannya bisa dibaca bahkan dikendalikan oleh istrinya. Dan sekarangpun dia tidak tahu kalau istrinya kehilangan kemampuan untuk mengendalikan pikirannya. Yang dirasakannya saat ini hanyalah kenyataan bahwa dia menjadi pria paling beruntung di desa itu yang ditakdirkan harus melayani nafsu birahi empat orang wanita tercantik di kampung itu. Tidak ada pikiran lain di benaknya menyangkut keberadaannya dan kenapa dia yang dipilih. Bahkan Sahrul sendiri kalau mau berpikir tentang dari mana semua ini berasal mungkin sudah tidak ingat lagi karena sudah puluhan tahun dia di desa itu tugasnya hanyalah mengabdi. Pengabdian yang sangat memabukkan sehingga dia tidak mau tahu dengan apa yang menjadi tujuan hidupnya dan dari mana dia berasal. Yang ada dalam pikirannya sehari-hari hanyalah pola-pola permainan masing-masing wanita yang selama ini ditidurinya.

Penganten Rang Bunian (Part 35)



Tak ada dialog diantara mereka. Tanpa aba-aba keduanya mengambil posisi semedi. Kedua tangannya dirapatkan didada. Pandangan lurus kedepan, sementara mulutnya komat-kamit entah membaca apa. Tidak ada tanda-tanda alam yang berubah pada saat itu. Sahrul bahkan merasa heran akan apa yang dilakukan oleh kedua orang itu.
“Bentuk ritual apa lagi ini?” pikirnya. Bingung dengan apa yang dilihatnya, akhirnya Sahrul memutuskan untuk mengendap-endap pulang. Ditunggupun nampaknya tak mungkin karena tidak ada gerakan-gerakan lain yang dibuat kedua anak beranak itu selain khusu’ dengan semedi mereka. Entah mereka brsemedi untuk meminta berkah untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Ranti atau memang tempat itu tempat keramat, Sahrul tak bisa memikirkannya karena baru kali ini dia melihat istri dan mertuanya melakukan hal itu. Namun dalam hati dia berkesimpulan kalau setiap malam Ranti dan Bandri melakukan hal yang sama di tempat yang sama. Hanya saja untuk apa mereka melakukan hal itu masih tidak bisa dipahami Sahrul.