Tak ada dialog
diantara mereka. Tanpa aba-aba keduanya mengambil posisi semedi. Kedua
tangannya dirapatkan didada. Pandangan lurus kedepan, sementara mulutnya komat-kamit
entah membaca apa. Tidak ada tanda-tanda alam yang berubah pada saat itu.
Sahrul bahkan merasa heran akan apa yang dilakukan oleh kedua orang itu.
“Bentuk ritual apa
lagi ini?” pikirnya. Bingung dengan apa yang dilihatnya, akhirnya Sahrul
memutuskan untuk mengendap-endap pulang. Ditunggupun nampaknya tak mungkin
karena tidak ada gerakan-gerakan lain yang dibuat kedua anak beranak itu selain
khusu’ dengan semedi mereka. Entah mereka brsemedi untuk meminta berkah untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapi Ranti atau memang tempat itu tempat
keramat, Sahrul tak bisa memikirkannya karena baru kali ini dia melihat istri
dan mertuanya melakukan hal itu. Namun dalam hati dia berkesimpulan kalau
setiap malam Ranti dan Bandri melakukan hal yang sama di tempat yang sama.
Hanya saja untuk apa mereka melakukan hal itu masih tidak bisa dipahami Sahrul.
“Nampaknya suatu hari
aku harus menanyakan masalah ini kepada istriku” pikirnya sambil berlari pulang
begitu dia sudah bisa keluar dari jalan itu.
Sesampainya di rumah
nampaknya Ratih sedang termenung sendiri menunggu kedatangan Sahrul. Mungkin
sedari tadi dia sudah menunggu-nunggu dan mencari Sahrul.
“Tentu dia akan tahu
kalau tadi aku juga pergi. Bisa-bisa dia akan menceritakan semua ini pada
istriku” pikir Sahrul. Dicarinya akal untuk mengelabui mertuanya agar tidak
menceritakan keterlambatannya kepada Ranti.
“Sudah putus asa, ya?”
katanya secara tiba-tiba dari belakang yang tentu saja membuat Ratih kaget.
Betapa tidak, orang yang sedari tadi dicarinya tiba-tiba muncul mengagetkannya.
”Kamu dari mana saja?
Dari tadi aku mencari kamu” tanya Ratih agak merajuk.
“Rasa-rasanya akan
sangat menggairahkan permainan yang dimulai dengan rasa cemas dan menunggu yang
tak pasti. Kamu pasti akan menjadi kuda binal yang tak terkendalikan lagi” rayu
Sahrul berusaha menutupi kepergiannya tadi agar tak diketahui oleh Ratih.
Di istana, Mayang yang
telah usai menerima tugas yang dilakukan Sahrul mulai bersantai dengan lelaki
idamannya itu.
“Bagaimana khabar
istrimu? Apa dia bisa menerima kesibukanmu melayani kami?” tanya Mayang begitu
mereka usai melakukan permainan yang melelahkan.
“Ya... bisa. Tapi
akhir-akhir ini dia sangat sibuk untuk satu urusan yang harus diselesaikannya
di kampung seberang. Dia selalu pergi bersama ayahnya ke kampung itu”
“Urusan apa?”
“Entahlah. Aku juga
tak tahu. Pernah kutanyakan. Tapi katanya masalah keluarga yang tak perlu aku
ketahui”
“Kamu tidak penasaran
untuk mengetahui urusan istrimu itu?” pancing Mayang.
“Tidak lagi. Tadinya
aku memang penasaran, tapi sekarang tidak lagi”
“Kenapa? Apa karena
kamu sudah tahu apa yang dilakukannya di kampung seberang itu?” pancing Mayang
tambah penasaran. Tentu saja dia ingin tahu apakah Sahrul tahu bahwa Ranti
akhir-akhir ini melakukan tugas agar suaminya itu melupakan jalan masuk yang
masih membuat dia penasaran sampai sekarang.
“Memang aku tak tahu.
Tapi untuk apa aku harus tahu sementara dirumahpun aku cukup disibukkan
melayani keinginan mertuaku yang membuatku tak perlu berpikir yang macam-macam
lagi” katanya berbohong. Kalau saja Sahrul menceritakan betapa dia tadi malam
mellihat Ranti dan Bandri melakukan semedi yang entah untuk apa, tentu akan ada
sesuatu hal yang bisa-bisa membuat dia ketahuan telah mengintip kepergian istri
dan mertuanya. Sementara dia sendiri tidak tahu apakah kepergian mereka
bersemedi itu memang harus dirahasiakan atau tidak.
“Jadi.. kamu terlalu
terlena dengan permainan mertuamu itu, ya?” goda Mayang puas.
Karena ternyata Sahrul
tidak memikirkan kepergian istrinya lagi yang berarti Sahrul juga tidak akan
memikirkan jalan masuk itu lagi.
“Tentu saja aku
terlena dan ketagihan. Permainannya memiliki kenikmatan tersendiri” kenang
Sahrul memancing rasa cemburu Mayang.
“Kalau aku? Apa
permainanku kurang memuaskan?” tanyanya penasaran.
“Permainanmu atau
permainan Sang Ratu memiliki kenikmatan tersendiri pula yang tidak ada taranya.
Pokoknya aku betul-betul puas bisa melayani kalian semua”.
“Makanya jangan
berikir yang aneh-aneh yang akhirnya akan membawa kamu pergi dari sini” pinta
Mayang seakan berbisik manja dalam pelukan Sahrul.
“Tidak, sayang” balas
Sahrul tak kalah pelan.
Betapa bahagia kedua
insan ini dalam rahasia masing-masing yang menurut mereka tidak diketahui oleh
satu sama lainnya.
Sebenarnya Mayang
memiliki kemampuan untuk membaca pikiran Sahrul sebagaimana halnya dengan Sang
Ratu ataupun Ranti. Namun entah apa yang menyebabkan dia begitu terlena dengan
bujuk rayu dan permainan gila Sahrul yang telah membuai hatinya dalam
kenikmatan tiada tara sehingga tanpa terasa dia sebenarnya sudah tidak bisa
lagi membaca apa yang dipikirkan Sahrul. Sebagaimana juga Ranti, saat ini
Mayang maupun Sang Ratu telah larut dalam tuak cinta dan gairah yang memabukkan
yang diberikan Sahrul. Namun hal itu mereka anggap wajar. Wajar kalau mereka
menikmatinya dengan segenap perasaan. Justru yang tidak boleh melibatkan
perasaan dalam permainan ini hanyalah Ranti, istri Sahrul sendiri. Sebab ketentuannya
hanya istri yang bersangkutanlah yang bisa mengendalikan pikiran suaminya. Dan
untuk mengendalikan pikiran suaminya itu seorang istri harus mampu membaca
pikiran suaminya. Tentu saja kalau Ranti sudah melibatkan perasaan dalam
bercumbu rayu dengan suaminya akan bermain pula perasaan sayang, cinta dan rasa
nikmat yang akhirnya justru tanpa terasa akan mengurangi bahkan bisa jadi
menghilangkan kemampuannya untuk membaca pikiran suaminya itu.
Lain halnya dengan
Sang Ratu, Mayang atau Ratih mertuanya sendiri. Mereka benar-benar diberi hak
untuk menikmati permainan gila Sahrul dengan melibatkan segenap perasaan.
Karena kalaupun mereka bisa membaca pikiran anak muda ini, tentunya mereka
tidak juga bisa berbuat apa-apa karena
mereka tidak memiliki kemampuan mengendalikan pikiran suami orang lain. Mereka
hanya diberi hak untuk menikmati permainan gila itu tanpa berkewajiban menjaga
pengantennya agar tidak memiliki pikiran lain yang pada akhirnya berakibat
kaburnya si lelaki idamannya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar