Sesampai dirumah, tak
ayal lagi tanpa istirahat sejenakpun kedua insan yang sudah tidak mampu menahan
nafsu birahi yang telah menggelora ini segera berhamburan menuju kamar tidur
Ranti untuk mengejar impian akan kehangatan yang seakan tertunda begitu lama.
Tidak satupun kata sepakat atau komando yang keluar dari mulut salah satu dari
mereka tentang kesepakatan untuk segera menggapai kehangatan di ranjang itu.
Bahkan tidak satupun kalimat yang terucap selama mereka di jalan tadi yang mengarah
pada pembicaraan hubungan di ranjang. Namun secara naluri dan perasaan yang
sama kedua-duanya sekan tahu kalau tujuan mereka adalah sama, mengejar
ketertinggalan bergumul di ranjang.
Benar saja apa yang dikatakan
Ratih kepada anaknya Ranti kalau dia dirumah akan selalu menjaga Sahrul selama Ranti
dan Bandri pergi agar tidak memiliki kesempatan untuk menyusul istrinya itu
keluar rumah. Jangankan kesempatan untuk meninggalkan rumah menyusul istrinya,
Sahrulpun tidak diberi kesempatan oleh Ratih untuk beristirahat barang sejenak.
Belum habis rasanya lelah Sahrul dari pekerjaan menggarap mertuanya yang sangat
melelahkan itu, Ratih selalu berusaha untuk membangkitkan kembali hasrat birahi
Sahrul yang baru saja tersalurkan agar aktif kembali dan dengan semangat
berkobar mau menyerang pertahanan Ratih yang justru telah siap untuk diserang.
Berbagai gerakan erotis diciptakannya untuk memancing kembali hasrat birahi Sahrul.
Dan entah untuk yang keberapa kali pula Sahrul telah melaksanakan pemuasan
nafsu mertuanya itu, namun tanpa mereka sadar hari sudah menjelang pagi. Baru dalam
istirahat kesekian kalinya itulah Sahrul sadar kalau sedari sore kemarin mereka
telah melakukannya dan ternyata istrinya masih belum pulang dari kunjungan
silaturrahminya ke rumah kerabat mereka di belakang istana.
“Ranti kok belum pulang,
ya? Apa dia punya rencana bermalam disana?” tanyanya seakan pertanyaan itu
tidak perlu dijawab. Apalagi hari sudah menjelang pagi.
“Jangan kau pikirkan
dia. Sekarang ini yang ada dihadapanmu adalah aku. Jadi pikirkan sajalah
bagaimana agar kesempatan yang kita miliki ini tidak tersia-siakan sedetikpun”
kata Ratih sembari memburu kembali Sahrul yang sebenarnya berusaha untuk
mencuri kesempatan beristirahat. Namun tak mendapat kesempatan itu karena Ratih
yang sudah dirundung birahi kembali mengejarnya. Bukan semata untuk
melampiaskan birahinya, namun juga untuk mengalihkan perhatian agar Sahrul
tidak terlalu memikirkan Ranti atau bahkan berusaha menyusulnya.
Pagi nan cerah namun
tidak menimbulkan perhatian Ranti dan Bandri untuk menikmatinya sesaat. Kedua anak
beranak itu agaknya sejak beberapa jam yang lalu telah disibukkan dalam suatu
semedi yang sangat khusu’. Bahkan tebaran embun pagi yang sedari malam telah
menyunting di rambut merekapun sudah sirna seiring munculnya mentari pagi yang
hangat. Tak satupun kicauan burung, gemericik riakan air tepi sungai dan
suara-suara merdu yang ditimbulkan dari pergesekan daun-daun yang mengganggu
semedi mereka. Kekhusu’an semakin hening manakala mereka berusaha untuk mencapai
puncak dari semedi yang dilakukan, namun entah kali keberapa mereka berusaha
mengakhiri semedi dengan ritual penutupan yang baik tetap saja gagal karena
secara tiba-tiba konsentrasi mereka harus terganggu secara bersamaan. Terutama konsentrasi
Ranti yang sering terganggu yang akhirnya mau tak mau juga mengganggu
konsentrasi Bandri dalam semedinya.
“Ada apa, Ranti? Kenapa
kamu begitu gelisah dan tidak bisa berkonsentrasi terus?”
“Entahlah, Yah.
Mungkin Bang Sahrul saat ini memikirkan keberadaan kita atau jalan itu sehingga
aku tak bisa berkonsentrasi penuh. Selalu saja bayangan Bang Sahrul datang
melintas dibenakku”.
“Cobalah lagi untuk lebih
memusatkan perhatian pada penutupan jalan ini. Pikiranmu pada Sahrul hanya akan
mempersulit kita melakukan tugas ini” tegur ayahnya mengingatkan.
“Baiklah, Yah. Ayo
kita lakukan lagi”.
Kedua anak beranak itu
kembali mencoba menutup jalan itu dengan kekuatan supranatural yang ditimbulkan
dari semedi mereka yang merupakan penggabungan tenaga magic yang lebih kuat.
Memang selama Sahrul
dikawal setiap pulang dari istana, baik oleh Ranti maupun oleh mertuanya
sendiri seharusnya Bandri lebih leluasa dalam melakukan tugas itu. Apalagi selama
Sahrul tidak ke jalan itu, semak belukar jalanan semakin menutup jalan itu. Namun
keberhasilan mereka memisahkan Sahrul dari jalan itu tidak disertai dengan
keberhasilan mereka menutup jalan pikiran Sahrul yang justru lebih kuat
pengaruhnya terhadap terbukanya jalan itu karena pada prinsipnya jalan itu
memang ada dan sangat bersih dari semak belukar atau rintangan lainnya. Hanya saja
kepandaian supranatural yang dimiliki keluarga Bandrr telah menutup jalan itu
dari ingatan Sahrul agar dia tidak pernah merasa memiliki kehidupan lain selain
di kampung itu saja.
Keteguhan hati Sahrul
untuk terus mengingat jalan itu tanpa disadarinya ternyata berpengaruh besar
pada upaya Bandri dan Ranti menutup jalan itu yang akhirnya terganggu oleh
pikiran Sahrul. Dengan tidak pernahnya dia membersihkan jalan itu semenjak
selalu dijemput sepulang dari istana, jalan itu selalu dijaga oleh Bandri agar
tidak sekalipun Sahrul bisa mengubah posisi belukar yang sebenarnya tidak
nyata. Dan rencananya disaat-saat terakhir Bandri akan berhasil menutup jalan
itu secara keseluruhan, dimintanya Ranti untuk dapat membantunya agar pada
tahap akhir ini mereka menggabungkan kekuatan pikiran mereka untuk melawan
kekuatan pikiran Sahrul dalam hal pembukaan jalan.
Pagi itu Sahrul dan Ratih
bangun agak terlambat setelah menghabiskan seluruh tenaga mereka diatas ranjang
sejak siang kemarin sampai subuh tadi menjelang datang. Alangkah penatnya badan
dirasakan Sahrul. Namun seduhan jamu yang disuguhkan Ratih segera saja
menghilangkan kelelahan badannya. Dikamarnya, Sahrul yang mengetahui Ranti
belum juga pulang, berusaha sabar menunggu. Walaupun menurut Ratih kepergian
Ranti dan Bandri untuk tujuan kunjungan keluarga, namun Sahrul yang pernah
menyaksikan sendiri kegiatan Ranti dan Bandri di tengah jalan yang selama ini
dipikirkannya semakin memusatkan pikirannya pada kegiatan apa yang pernah
dilihatnya malam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar