Selasa, 16 Juni 2015

Penganten Rang Bunian (Part 39)





Sesampai dirumah, tak ayal lagi tanpa istirahat sejenakpun kedua insan yang sudah tidak mampu menahan nafsu birahi yang telah menggelora ini segera berhamburan menuju kamar tidur Ranti untuk mengejar impian akan kehangatan yang seakan tertunda begitu lama. Tidak satupun kata sepakat atau komando yang keluar dari mulut salah satu dari mereka tentang kesepakatan untuk segera menggapai kehangatan di ranjang itu. Bahkan tidak satupun kalimat yang terucap selama mereka di jalan tadi yang mengarah pada pembicaraan hubungan di ranjang. Namun secara naluri dan perasaan yang sama kedua-duanya sekan tahu kalau tujuan mereka adalah sama, mengejar ketertinggalan bergumul di ranjang.

Benar saja apa yang dikatakan Ratih kepada anaknya Ranti kalau dia dirumah akan selalu menjaga Sahrul selama Ranti dan Bandri pergi agar tidak memiliki kesempatan untuk menyusul istrinya itu keluar rumah. Jangankan kesempatan untuk meninggalkan rumah menyusul istrinya, Sahrulpun tidak diberi kesempatan oleh Ratih untuk beristirahat barang sejenak. Belum habis rasanya lelah Sahrul dari pekerjaan menggarap mertuanya yang sangat melelahkan itu, Ratih selalu berusaha untuk membangkitkan kembali hasrat birahi Sahrul yang baru saja tersalurkan agar aktif kembali dan dengan semangat berkobar mau menyerang pertahanan Ratih yang justru telah siap untuk diserang. Berbagai gerakan erotis diciptakannya untuk memancing kembali hasrat birahi Sahrul. Dan entah untuk yang keberapa kali pula Sahrul telah melaksanakan pemuasan nafsu mertuanya itu, namun tanpa mereka sadar hari sudah menjelang pagi. Baru dalam istirahat kesekian kalinya itulah Sahrul sadar kalau sedari sore kemarin mereka telah melakukannya dan ternyata istrinya masih belum pulang dari kunjungan silaturrahminya ke rumah kerabat mereka di belakang istana.
“Ranti kok belum pulang, ya? Apa dia punya rencana bermalam disana?” tanyanya seakan pertanyaan itu tidak perlu dijawab. Apalagi hari sudah menjelang pagi.
“Jangan kau pikirkan dia. Sekarang ini yang ada dihadapanmu adalah aku. Jadi pikirkan sajalah bagaimana agar kesempatan yang kita miliki ini tidak tersia-siakan sedetikpun” kata Ratih sembari memburu kembali Sahrul yang sebenarnya berusaha untuk mencuri kesempatan beristirahat. Namun tak mendapat kesempatan itu karena Ratih yang sudah dirundung birahi kembali mengejarnya. Bukan semata untuk melampiaskan birahinya, namun juga untuk mengalihkan perhatian agar Sahrul tidak terlalu memikirkan Ranti atau bahkan berusaha menyusulnya.
Pagi nan cerah namun tidak menimbulkan perhatian Ranti dan Bandri untuk menikmatinya sesaat. Kedua anak beranak itu agaknya sejak beberapa jam yang lalu telah disibukkan dalam suatu semedi yang sangat khusu’. Bahkan tebaran embun pagi yang sedari malam telah menyunting di rambut merekapun sudah sirna seiring munculnya mentari pagi yang hangat. Tak satupun kicauan burung, gemericik riakan air tepi sungai dan suara-suara merdu yang ditimbulkan dari pergesekan daun-daun yang mengganggu semedi mereka. Kekhusu’an semakin hening manakala mereka berusaha untuk mencapai puncak dari semedi yang dilakukan, namun entah kali keberapa mereka berusaha mengakhiri semedi dengan ritual penutupan yang baik tetap saja gagal karena secara tiba-tiba konsentrasi mereka harus terganggu secara bersamaan. Terutama konsentrasi Ranti yang sering terganggu yang akhirnya mau tak mau juga mengganggu konsentrasi Bandri dalam semedinya.
“Ada apa, Ranti? Kenapa kamu begitu gelisah dan tidak bisa berkonsentrasi terus?”
“Entahlah, Yah. Mungkin Bang Sahrul saat ini memikirkan keberadaan kita atau jalan itu sehingga aku tak bisa berkonsentrasi penuh. Selalu saja bayangan Bang Sahrul datang melintas dibenakku”.
“Cobalah lagi untuk lebih memusatkan perhatian pada penutupan jalan ini. Pikiranmu pada Sahrul hanya akan mempersulit kita melakukan tugas ini” tegur ayahnya mengingatkan.
“Baiklah, Yah. Ayo kita lakukan lagi”.
Kedua anak beranak itu kembali mencoba menutup jalan itu dengan kekuatan supranatural yang ditimbulkan dari semedi mereka yang merupakan penggabungan tenaga magic yang lebih kuat.
Memang selama Sahrul dikawal setiap pulang dari istana, baik oleh Ranti maupun oleh mertuanya sendiri seharusnya Bandri lebih leluasa dalam melakukan tugas itu. Apalagi selama Sahrul tidak ke jalan itu, semak belukar jalanan semakin menutup jalan itu. Namun keberhasilan mereka memisahkan Sahrul dari jalan itu tidak disertai dengan keberhasilan mereka menutup jalan pikiran Sahrul yang justru lebih kuat pengaruhnya terhadap terbukanya jalan itu karena pada prinsipnya jalan itu memang ada dan sangat bersih dari semak belukar atau rintangan lainnya. Hanya saja kepandaian supranatural yang dimiliki keluarga Bandrr telah menutup jalan itu dari ingatan Sahrul agar dia tidak pernah merasa memiliki kehidupan lain selain di kampung itu saja.
Keteguhan hati Sahrul untuk terus mengingat jalan itu tanpa disadarinya ternyata berpengaruh besar pada upaya Bandri dan Ranti menutup jalan itu yang akhirnya terganggu oleh pikiran Sahrul. Dengan tidak pernahnya dia membersihkan jalan itu semenjak selalu dijemput sepulang dari istana, jalan itu selalu dijaga oleh Bandri agar tidak sekalipun Sahrul bisa mengubah posisi belukar yang sebenarnya tidak nyata. Dan rencananya disaat-saat terakhir Bandri akan berhasil menutup jalan itu secara keseluruhan, dimintanya Ranti untuk dapat membantunya agar pada tahap akhir ini mereka menggabungkan kekuatan pikiran mereka untuk melawan kekuatan pikiran Sahrul dalam hal pembukaan jalan.
Pagi itu Sahrul dan Ratih bangun agak terlambat setelah menghabiskan seluruh tenaga mereka diatas ranjang sejak siang kemarin sampai subuh tadi menjelang datang. Alangkah penatnya badan dirasakan Sahrul. Namun seduhan jamu yang disuguhkan Ratih segera saja menghilangkan kelelahan badannya. Dikamarnya, Sahrul yang mengetahui Ranti belum juga pulang, berusaha sabar menunggu. Walaupun menurut Ratih kepergian Ranti dan Bandri untuk tujuan kunjungan keluarga, namun Sahrul yang pernah menyaksikan sendiri kegiatan Ranti dan Bandri di tengah jalan yang selama ini dipikirkannya semakin memusatkan pikirannya pada kegiatan apa yang pernah dilihatnya malam itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar