“Apa yang sebenarnya
sedang dilakukan istri dan mertuaku itu. Kenapa mereka selama ini mengatakan
kalau jalan itu tidak ada. Tapi justru jalan itu sangat besar ketika mereka
bersemedi disana. Sedangkan siang harinya aku lihat jalan itu semakin
menghilang saja karena tidak pernah lagi aku siangi” pikirnya.
Dicobanya kembali
memeras otaknya yang pas-pasan dan sudah mengalami pengurangan kemampuan
semenjak dia hanya memikirkan hal-hal yang berbau seks dan pelayanan seks
kepada empat orang wanita tercantik dikampung itu.
“Aku rasa ada kaitannya
antara jalan yang mereka bantah itu dengan dijemputnya aku setiap pulang dari
istana. Pasti mereka tidak ingin aku mengetahui adanya jalan itu. Tapi kenapa?
Dan jalan apa itu yang membuat mereka sangat ketakutan kalau aku mengetahuinya?
Bahkan Mayang sendiri juga pernah melarangku untuk memikirkan hal-hal yang
lain” pikirnya terus menerus.
Seharian dirumah tanpa
kehadiran istrinya membuat Sahrul benar-benar bebas memikirkan tindak tanduk
istri dan mertuanya serta keberadaan jalan itu. Namun belum tuntas dia
memikirkan jalan itu, Ratih sore harinya telah datang kembali menagih
kesempatan yang tidak ingin disia-siakannya. Praktis semenjak sore itu sampai
keesokan paginya tidak akan banyak waktu yang dimiliki Sahrul untuk memikirkan
jalan itu. Tentu pikirannya akan terfokus pada aktifitas seks dengan Ratih
semata. Apalagi kegarangan Ratih di ranjang akhir-akhir ini dirasakannya sangat
mengikat dia untuk tidak memikirkan hal-hal lain selain menikmati keindahan
tubuh sintal dan gempal mertuanya yang masih sangat awet muda itu.
Sahrul sendiri
akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi menganggap Ratih sebagai mertuanya.
Terutama karena akhir-akhir ini dia memiliki kesempatan yang luas untuk
menikmati tubuh mertuanya itu. Apalagi hubungannya dengan Ratih itupun
diketahui dan disetujui oleh Ranti dan Bandri. Sehingga tanpa canggung lagi
Sahrul tidak pernah menolak kehendak mertuanya itu hanya karena alasan sungkan
ataupun malu. Kecuali kalau Ranti sedang dirumah, tentu dia akan memainkan
permainan yang melelahkan itu dengan istrinya.
Sudah dua hari ini
Ranti dan Bandri tidak pulang. Tidak ada satu keterangan yang dapat diperoleh
Sahrul, baik dari Ratih maupun dari orang lain. Justru setiap ditanyakan kepada
Ratih jawaban yang diperolehnya hanya tentang kesempatan yang sengaja diberikan
Ranti kepada Ratih dan Sahrul untuk mereguk kenikmatan sepuas-puasnya. Tidak
nampak kekhawatiran sedikitpun di wajah Ratih atas tidak pulangnya Ranti dan
Bandri suaminya dalam dua hari ini.
Sementara Ranti dan
Bandri yang tengah berusaha keras menutup keberadaan jalan itu dengan ritual
semedi penutupan juga tidak berhasil melakukan pekerjaannya itu dengan baik.
Bukan hanya karena konsentrasi Ranti yang terus terganggu oleh bayangan Sahrul,
namun pemusatan pemikiran Sahrul terhadap jalan dan keberadaan istrinya
benar-benar telah mengganggu Ranti dan Bandri sehingga apa yang telah mereka
lakukan dua hari ini sangat sia-sia.
“Apa yang dilakukan
ibumu di rumah sehingga suamimu terus saja memikirkan jalan ini?” tanya Bandri
entah pada siapa.
“Nampaknya ibu tidak
sanggup melakukan permainan panjang dengan Bang Sahrul sehingga banyak waktu
tersisa yang dapat digunakan Bang Sahrul untuk memikirkan kita dan jalan
ini” jawab Ranti. Dia yakin ibunya tidak
akan mampu menahan Sahrul dalam permainan seks non stop. Sehingga waktu
istirahat yang panjang akan mengalihkan perhatian Sahrul pada keberadan Ranti
dan Bandri serta jalan itu.
“Ayo kita coba lagi.
Kalau tidak bisa juga, kita minta bantuan Sang Ratu dan Mayang agar bisa
menahan Sahrul lebih lama di istana. Mereka tentu bisa bergantian meladeni
permainan Sahrul sehingga dia tidak ingat
sama sekali pada kita”.
“Baik, Yah” jawab
Ranti singkat. Diambilnya kembali posisi bersemedi sebagaimana yang sudah dua
hari ini mereka lakukan.
“Memasuki pagi ketiga
tanpa keberadaan Ranti, Sahrul memutuskan untuk mencari tahu sendiri akan apa
yang sedang dilakukan istrinya itu. Yang jelas dia sangat yakin kalau istri dan
mertuanya itu pasti tengah menggarap jalan itu. Tidak mungkin ada pekerjaan
lain yang membuat mereka begitu lama pulang.
Bosan menunggu yang
tak pasti akhirnya Sahrul memutuskan untuk mencari istri dan mertuanya itu di
jalan seperti yang beberapa malam lalu dilihatnya. Namun untuk meminta izin
pergi kepada Ratih rasanya tidak mungkin akan mendapat izin. Bisa-bisa justru
Ratih akan berusaha sekuat tenaga dan kemampuan menghalangi niat Sahrul itu.
Tidak ada jalan lain selain menyelinap sendiri kesana. Namun untuk mengalihkan
perhatian Ratih tentunya dia harus ditidurkan terlebih dahulu.
Dipagi yang cerah itu
Sahrul berusaha menyusun strategi agar bisa dengan leluasa pergi malam itu ke
tempat istri dan mertuanya bersemedi. Lama termenung akhirnya Sahrul
mendongakkan kepalanya. Raut mukanya cerah seakan baru saja mendapatkan ide
yang sangat cemerlng. Dengan bergegas ditemuinya Ratih yang masih terbaring
malas diatas ranjang empuk Ranti yang baru beberapa jam yang lalu kusut masai
mereka buat dengan aksi spektakuler permainan yang tak putus-putusnya.
Masih nampak kantuk dimata
Ratih. Namun begitu dilihatnya Sahrul sangat antusias menyerangnya, diusirnya juga
kantuk yang akan merugikannya itu. Tidak ada kecurigaan sedikitpun didiri Ratih
mendapatkan serangan yang tanpa diminta itu. Bahkan dengan sangat antusias
diterimanya serangan pagi itu.
Menjelang malam,
Sahrul yang sudah memperkirakan Ratih akan kalah dalam permainan itu berhasil
membuat Ratih tertidur pulas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar