Setelah memastikan
kalau Ratih sudah benar-benar tidur, Sahrul beranjak perlahan dari ranjang yang
sudah kusut masai tak berbentuk itu. Diraihnya pakaiannya untuk dibawa keluar. Bagaimanapun
dia tidak ingin gerakannya akan membangunkan Ratih.
Usai mengenakan
pakaiannya diluar, Sahrul segera berlalu dari rumah itu menuju jalan yang
membuat dia penasaran. Tak lain tujuannya kali ini adalah untuk melihat apakah
Ranti dan Bandri masih bekerja di jalan itu. Kalau memang mereka masih bekerja
disana, Sahul berniat untuk membantunya. Tak mungkin rasanya bagi dia untuk
membiarkan istrinya menghadapi masalah seorang diri tanpa dibantu. Bisa tidaknya
dia membantu nanti, yang jelas dia ingin menunjukkan itikad baiknya untuk
membantu.
Tak lama berjalan di
tengah kampung yang sangat sepi di malam itu, akhirnya Sahrul sampai juga di
mulut jalan itu. Untung saja malam itu memang sedang bulan purnama penuh
sehingga dia dengan leluasa tanpa membawa suluh dapat melewati jalan kampung
tanpa halangan sedikitpun.
Dari kejauhan
dilihatnya dua sosok bayangan orang yang sedang duduk ditengah jalan. Tak ada
gerakan sedikitpun yang dilakukan kedua orang itu. Nampak sekali kalau mereka tengah
konsentrasi dengan pekerjaannya. Takut kalau-kalau kehadirannya hanya akan
menggangu kedua orang itu, Sahrul
akhirnya memutuskan untuk mendekati mereka dengan mengendap-endap dan akan
berusaha untuk sabar menunggu sampai mereka beristirahat dan bisa diajak
berbincang-bincang.
Tak jauh dari tempat
Ranti dan Bandri bersemedi, Sahrul duduk dipinggir jalan sehingga keberadaannya
tetap tidak jelas karena menyatu dengan semak belukar yang tumbuh di tepi-tepi
jalan itu. Sembari menunggu usainya kedua anak beranak itu melakukan semedinya,
Sahrul yang sedari dulu terkagum-kagum dengan kenyataan besarnya jalan yang pernah disianginya berusaha untuk
memikirkan apa hubungan dirinya dengan jalan itu. Dicobanya untuk
mengingat-ingat jalan itu. Samar-samar dia merasa kalau dia pernah melewati
jalan itu bersama Ranti. Namun untuk keperluan apa dan kapan waktunya, dia masih
terus memikirkannya. Untuk memudahkan dia mengingat jalan itu dicobanya
mengingat sambil memandangi istrinya dari kejauhan. Baragkali dengan memandangi
istrinya akan terbuka kembali ingatannya akan peristiwa dia dan istrinya melewati
jalan itu.
Tak lama menunggu, tampak
Ranti mulai bergerak. Namun agaknya dia kesal karena tidak berhasil berkonsentrasi.
“Ada apa lagi, Ranti?”
tanya Bandri yang sudah mulai lelah dengan usaha yang mereka lakukan beberapa
hari ini namun tetap sia-sia.
“Maaf, Yah. Aku tetap
tak bisa konsentrasi. Pasti Bang Sahrul saat ini masih memikirkan jalan ini
sehingga kita gagal terus untuk menutupnya” jawabnya.
Mendangar namanya dikait-kaitkan
dalam pembicaraan mereka, Sahrul urung untuk menemui Ranti dan mertuanya itu. Justru
rasa penasaran akan pembicaraan itu membuat dia berusaha untuk sembunyi dan
mencuri dengar pembicaraan istri dan mertuanya.
”Bagaimanapun juga
kita harus mampu mengalahkan kekuatan pikiran suamimu itu. Kalau memang tidak
bisa kita lawan, sebaiknya besok kita menghadap yang mulia Sang Ratu agar beliaupun
membantu kita menghilangkan ingatan suamimu akan jalan masuk ini”
“Iya, Yah. Sebaiknya kita
melibatkan Sang Ratu dan Mayang dalam mencegah Bang Sahrul mengetahui jalan
masuk ini. Sebab kalau dia sempat tahu dan kemudian kembali ke kampungnya,
tentu yang akan sengsara bukan hanya aku. Sang Ratu dan Mayang juga tentunya
akan merasa dirugikan dengan kepergian Bang Sahrul ke kampungnya”.
“Baiklah. Kali ini
kita coba kembali. Kalau sampai besok siang tidak juga bisa maka kita harus
menghadap Sang Ratu untuk meminta bantuan” kata Bandri kembali mengajak anaknya
berusaha.
“Baik, Yah” jawab
Ranti menurut. Bagaimanapun usaha mereka berdua ini adalah demi wanita-wanita
yang sudah menerima kenikmatan dari keperkasaan Sahrul. Mereka kembali dalam
posisi semedi dan berusaha untuk lebih berkonsentrasi.
Alangkah terkejutnya Sahrul
begitu mendengar apa yang baru saja dibicarakan Ranti dan Bandri. Tidak disangkanya
sama sekali kalau selama ini kedua orang itu berusaha menghilangkan ingatannya
akan jalan itu. Ingin sekali dia melabrak kedua orang itu menuntut agar jalan
itu tidak ditutup. Bahkan dia sangat ingin meminta penjelasan Ranti akan maksud
dia menghalang-halangi Sahrul mengetahui hubungannya dengan jalan itu. Namun ditekannya
emosinya sekuat tenaga sebelum dia tahu betul
apa yang sedang mereka tutupi dari dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar