Minggu, 02 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 41)



Setelah memastikan kalau Ratih sudah benar-benar tidur, Sahrul beranjak perlahan dari ranjang yang sudah kusut masai tak berbentuk itu. Diraihnya pakaiannya untuk dibawa keluar. Bagaimanapun dia tidak ingin gerakannya akan membangunkan Ratih.
Usai mengenakan pakaiannya diluar, Sahrul segera berlalu dari rumah itu menuju jalan yang membuat dia penasaran. Tak lain tujuannya kali ini adalah untuk melihat apakah Ranti dan Bandri masih bekerja di jalan itu. Kalau memang mereka masih bekerja disana, Sahul berniat untuk membantunya. Tak mungkin rasanya bagi dia untuk membiarkan istrinya menghadapi masalah seorang diri tanpa dibantu. Bisa tidaknya dia membantu nanti, yang jelas dia ingin menunjukkan itikad baiknya untuk membantu.

Tak lama berjalan di tengah kampung yang sangat sepi di malam itu, akhirnya Sahrul sampai juga di mulut jalan itu. Untung saja malam itu memang sedang bulan purnama penuh sehingga dia dengan leluasa tanpa membawa suluh dapat melewati jalan kampung tanpa halangan sedikitpun.
Dari kejauhan dilihatnya dua sosok bayangan orang yang sedang duduk ditengah jalan. Tak ada gerakan sedikitpun yang dilakukan kedua orang itu. Nampak sekali kalau mereka tengah konsentrasi dengan pekerjaannya. Takut kalau-kalau kehadirannya hanya akan menggangu  kedua orang itu, Sahrul akhirnya memutuskan untuk mendekati mereka dengan mengendap-endap dan akan berusaha untuk sabar menunggu sampai mereka beristirahat dan bisa diajak berbincang-bincang.
Tak jauh dari tempat Ranti dan Bandri bersemedi, Sahrul duduk dipinggir jalan sehingga keberadaannya tetap tidak jelas karena menyatu dengan semak belukar yang tumbuh di tepi-tepi jalan itu. Sembari menunggu usainya kedua anak beranak itu melakukan semedinya, Sahrul yang sedari dulu terkagum-kagum dengan kenyataan besarnya jalan  yang pernah disianginya berusaha untuk memikirkan apa hubungan dirinya dengan jalan itu. Dicobanya untuk mengingat-ingat jalan itu. Samar-samar dia merasa kalau dia pernah melewati jalan itu bersama Ranti. Namun untuk keperluan apa dan kapan waktunya, dia masih terus memikirkannya. Untuk memudahkan dia mengingat jalan itu dicobanya mengingat sambil memandangi istrinya dari kejauhan. Baragkali dengan memandangi istrinya akan terbuka kembali ingatannya akan peristiwa dia dan istrinya melewati jalan itu.
Tak lama menunggu, tampak Ranti mulai bergerak. Namun agaknya dia kesal karena tidak berhasil berkonsentrasi.
“Ada apa lagi, Ranti?” tanya Bandri yang sudah mulai lelah dengan usaha yang mereka lakukan beberapa hari ini namun tetap sia-sia.
“Maaf, Yah. Aku tetap tak bisa konsentrasi. Pasti Bang Sahrul saat ini masih memikirkan jalan ini sehingga kita gagal terus untuk menutupnya” jawabnya.
Mendangar namanya dikait-kaitkan dalam pembicaraan mereka, Sahrul urung untuk menemui Ranti dan mertuanya itu. Justru rasa penasaran akan pembicaraan itu membuat dia berusaha untuk sembunyi dan mencuri dengar pembicaraan istri dan mertuanya.
”Bagaimanapun juga kita harus mampu mengalahkan kekuatan pikiran suamimu itu. Kalau memang tidak bisa kita lawan, sebaiknya besok kita menghadap yang mulia Sang Ratu agar beliaupun membantu kita menghilangkan ingatan suamimu akan jalan masuk ini”
“Iya, Yah. Sebaiknya kita melibatkan Sang Ratu dan Mayang dalam mencegah Bang Sahrul mengetahui jalan masuk ini. Sebab kalau dia sempat tahu dan kemudian kembali ke kampungnya, tentu yang akan sengsara bukan hanya aku. Sang Ratu dan Mayang juga tentunya akan merasa dirugikan dengan kepergian Bang Sahrul ke kampungnya”.
“Baiklah. Kali ini kita coba kembali. Kalau sampai besok siang tidak juga bisa maka kita harus menghadap Sang Ratu untuk meminta bantuan” kata Bandri kembali mengajak anaknya berusaha.
“Baik, Yah” jawab Ranti menurut. Bagaimanapun usaha mereka berdua ini adalah demi wanita-wanita yang sudah menerima kenikmatan dari keperkasaan Sahrul. Mereka kembali dalam posisi semedi dan berusaha untuk lebih berkonsentrasi.
Alangkah terkejutnya Sahrul begitu mendengar apa yang baru saja dibicarakan Ranti dan Bandri. Tidak disangkanya sama sekali kalau selama ini kedua orang itu berusaha menghilangkan ingatannya akan jalan itu. Ingin sekali dia melabrak kedua orang itu menuntut agar jalan itu tidak ditutup. Bahkan dia sangat ingin meminta penjelasan Ranti akan maksud dia menghalang-halangi Sahrul mengetahui hubungannya dengan jalan itu. Namun ditekannya emosinya sekuat tenaga sebelum dia tahu betul  apa yang sedang mereka tutupi dari dirinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar