Ratih yang sebenarnya
sudah sangat sering melakukan permainan yang hebat dengan Sahrul tetap saja
terangsang hebat melihat aksi anak dan menantunya itu. Ingin sekali dia turut
serta dalam permainan itu. Sedang untuk melakukannya dengan suaminya jelas
tidak mungkin karena Bandri sebagaimana halnya lelaki umumnya dalam kaum mereka
tidak memiliki kemampuan bertahan yang cukup lama dalam permainan seks. Bahkan yang
membuat Ratih tidak berminat melakukannya dengan suaminya karena Bandri sangat
sering mengecewakannya. Belum sempat Ratih membuka seluruh pakaiannya, biasanya
Bandri sudah sampai pada pucak kenikmatannya tanpa sempat melakukan permainan
dengan istrinya itu.
Walaupun setiap kali
Sahrul dan Ranti melakukan permainan gila itu tidak terlepas dari tatapan haus
Ratih dan Bandri, namun hal itu tidak mampu menambah kejantanan Bandri. Bahkan
biasanya dia sudah basah duluan selagi mengintip permainan yang dahsyat itu.
Usai permaianan Sahrul
dan Ranti pada ronde pertama mereka beristirahat. Kesempatan itu dipergunakan Bandri
untuk mengajak istrinya berbincang-bincang di luar rumah. Sesampainya diluar
rumah Bandri segera menyampaikan apa yang dititahkan oleh Sang Ratu.
“Nampaknya Ranti
sangat ingin menjadikan Sahrul sebagai suaminya yang abadi. Sehingga titah Sang
Ratu untuk dilakukannya pemberkatan bagi Sahrul tinggal dilaksanakan saja” kata
Bandri.
Ratih hanya murung. Tak
terlihat kegembiraan di wajahnya ketika mendengar kabar akan memperoleh menantu
yang abadi. Tentu saja kabar gembira itu bagi Ratih dianggap sebagai kabar
buruk karena kalau hal itu sampai terjadi maka dia tidak akan memperoleh
kesempatan lagi menikmati permainan yang indah dengan Sahrul.
“Lalu bagaimana dengan
aku, bang?” tanyanya lirih.
“Kau harus bersabar. Bagaimanapun
juga ini semua demi kebahagiaan anakmu. Apalagi ini adalah titah Sang Ratu yang
harus kita terima” bujuk Bandri melihat kedukaan yang dalam dimata istrinya.
Ratih hanya terdiam. Tidak
mungkin rasanya dia akan membantah niat yang telah terpatri di hati anaknya
untuk menjadikan Sahrul sebagai suaminya yang abadi. Apalagi hal ini merupakan
petunjuk Sang Ratu ketika mereka menghadap tadi yang tentu saja tidak mungkin
bagi Ratih untuk menolaknya. Kalau saja keinginan menjadikan Sahrul sebagai
suami abadinya hanya datang dari Ranti atau Bandri saja, mungkin Ratih akan
berusaha keras untuk menentang niat itu karena dia merasa berhak untuk
mendapatkan kenikmatan tubuh dan permainan Sahrul setiap ada kesempatan.
Kenyataan akan
lepasnya Sahrul dari dekapannya benar-benar membuat Ratih berduka. Bagaimana tidak,
dia yang selama ini sangat menikmati permainan dengan Sahrul secara tiba-tiba
dipaksa berpisah tanpa diberi kesempatan untuk meraih seluruh kehangatan itu diakhir-akhir
masa yang sangat menyakitkan itu.
“Jadi sekarang
bagaimana, bang?” tanyanya.
“Kita harus
mempersiapkan pemberkatan ini sebaik mungkin. Makanya kamu jangan terlalu sedih
akan kepergian Sahrul hanya kepada pangkuan Ranti anak kita. Lebih baik kamu
membantu aku dan Ranti mempersiapkan segala sesuatu menyangkut upacara itu”
“Apa yang harus aku
lakukan, bang?” tanyanya datar tanpa emosi.
“Kami benar-benar
harus mempersiapkan upacara itu dengan melakukan semedi menutup jalan selama
tujuh hari hingga datangnya purnama penuh sekitar duapuluh hari lagi. Untuk itu
selama kami pergi kali ini, kamu harus menjaga agar menantu kita benar-nenar
terlena dengan kehidupannya disini sehingga dia tidak sempat memikirkan jalan
itu atau Ranti” kata Bandri membeberkan rencananya.
Akhirnya Ratih yang
semula tidak rela melepaskan begitu saja Sahrul menjadi suami abadi Ranti terpaksa menerima kenyataan itu. Apalagi sekarang
dia harus membantu suami dan anaknya untuk menjaga agar Sahrul benar-benar
terlena dirumah sehingga melupakan jalan masuk yang selama ini diusahakan Bandri
untuk menutupnya. Tentu saja kesempatan ini akan dimanfaatkan sebaik mungkin
oleh Ratih untuk memburu kenikmatan yang akan segera ditinggalkannya setelah
pemberkatan Sahrul menjadi menantu abadinya.
Menjelang persiapan
semedi Bandri dan Ranti selama tujuh hari tujuh malam di jalan itu, tidak ada
perubahan sikap yang diperlihatkannya kepada suaminya itu. Bahkan Ranti tidak
sedikitpun memberi kesempatan kepada suaminya untuk beristirahat barang
sejenak. Sementara pancaran sinar kebahagiaan semakin nampak dimata Ranti yang
sudah tak sabar ingin menjadikan Sahrul sebagai suami abadinya.
Memang peraturan yang
dibuat oleh Sang Ratu bagi kaumnya yang akan kawin dengan pihak luar sangat
ketat, dimana si wanita tidak diperbolehkan untuk mencintai suaminya dengan
melibatkan segenap perasaan. Tujuannya tak lain agar sang istri tetap bisa membaca
pikiran suaminya untuk kemudian bisa mengendalikan pikiran suaminya. Kalau hal
ini dipatuhi oleh sang istri maka hubungan perkawinan mereka akan berlangsung
lama karena pikiran suaminya tidak akan pernah tertuju pada kampung halaman dan
asal usulnya. Tiada satu halpun yang akan dipikirkan oleh para lelaki yang
menikahi wanita dikaum itu selain kenikmatan berhubungan seks dengan beberapa
wanita yang paling cantik di desa itu.
Ranti sendiri
sebenarnya telah melakukan kesalahan besar karena terlanjur mencintai suaminya
sehingga tanpa disadarinya dia telah kehilangan kemampuan untuk mengontrol
tindakan dan pikiran suaminya sehingga begitu mngetahui suaminya memiliki
pikiran lain, sudah terlambat bagi Ranti untuk mencoba mengendalikan
pikirannya. Apalagi ketika menyadari kemampuannya untuk membaca dan
mengendalikan pikiran suaminya itu hilang, Ranti tidak langsung sadar akan
kelemahannya. Dia justru beranggapan kalau pikiran suaminya ditutupi oleh Sang Ratu
sehingga dia sendiri tidak bisa membaca pikiran Sahrul.
Berbagai upaya magic
untuk menutup jalan telah dilakukan Ranti yang dibantu ayahnya, Bandri. Namun tetap
saja pikiran Sahrul yang sudah terlanjur liar tidak bisa lagi dikendalikan oleh
Ranti yang secara jujur harus mengakui kalau dia tidak bisa berpikir rasional
dalam menghadapi percintaan dengan suaminya itu.
Tidak ada jalan lain
tentu saja mereka harus meminta bantuan Sang Ratu untuk kembali mengendalikan
kehidupan Sahrul. Hanya saja untuk mengendalikan pikiran dan tindakan Sahrul
sepenuhnya harus dilakukan pemberkatan bagi hubungan abadi kedua pasangan ini. Hal
ini sangat jarang dilakukan oleh Sang Ratu karena pemberkatan ini akan
berakibat pada hilangnya sama sekali ingatan suami Ranti akan masa lalunya. Disamping
itu pemberkatan ini juga disertai dengan larangan bagi setiap suami di kampung
itu untuk melakukan percintaan dengan wanita lain selain istrinya sendiri atau
dengan Sang Ratu jika suatu waktu dibutuhkan oleh Sang Ratu. Namun hal itu tidak
akan berlangsung lama karena biasanya Sang Ratu tidak berminat untuk mengencani
suami abadi warganya. Karena lelaki yang
sudah diberkati menjadi warga tetap kampung itu sekaligus juga akan kehilangan
kemampuan seksual yang menggebu-gebu sebagaimana biasanya. Kehidupan seks
lelaki yang sudah diberkati menjadi warga tetap akan biasa saja seperti halnya
kemampuan seks Bandri atau lelaki lainnya dikampung itu. Tentu saja hal ini
akan menghilangkan keinginan Sang Ratu untuk mengencaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar