Hari yang
dinanti-nanti Ranti dan Bandri akhirnya datang juga dimana dia dapat kesempatan
untuk bertemu dengan Sang Ratu guna melaporkan kejadian yang sudah mulai tidak
bisa dikendalikannya.
“Mohon ampun, Sang
Ratu. Kami telah berusaha untuk menutup jalan masuk itu dari ingatan Sahrul. Namun
jalan itu seakan tak mau lagi menutup. Bahkan kalau kami tidak mencegahnya,
jalan itu semakin terbuka lebar karena Sahrul selalu memusatkan pikirannya ke
arah jalan itu” kata Bandri melaporkan situasi yang dihadapinya. Memang sengaja
melapor pada hari itu karena kemarin Sahrul sudah datang ke istana guna melakukan
pengabdian kepada Sang Ratu. Tentu saat ini Sahrul tengah melakukan pengabdian
kepada Mayang sehingga Sang Ratu bisa ditemui tanpa ketahuan oleh Sahrul.
“Aku telah
memperingatkan kalian untuk dapat menjaga amanat ini. Tapi ternyata kalian tak
sanggup menjaganya. Apalagi kamu, Ranti” kata Sang Ratu tegas penuh wibawa.
“Ampunkan hamba Yang
Mulia Sang Ratu Datuk Puti. Hamba mengaku salah. Untuk itu hamba mohon diberi
kesempatan untuk mempertahankan keberadaan suami hamba di lingkungan kaum kita.
Hamba mohon, Yang Mulia” pinta Ranti menunduk sedalam-dalamnya.
“Keberadaan Sahrul
disini bukan hanya kepentingan kamu. Kami
juga berkepentingan dengan keberadaannya karena dia telah melakukan pengabdian
kepadaku dengan sangat baik selama puluhan tahun ini. Aku juga berkepentingan. Tapi
hanya kamu yang paling berhak untuk dapat mencegahnya pergi, Ranti. Aku hanya
memberikan berkat agar kamu bisa menjalankannya”.
“Hamba mohon petunjuk,
Yang Mulia”
“Pada malam purnama
beberapa hari lagi akan kita adakan upacara pemberkatan Sahrul sebagai warga
kampung ini. Sekaligus untuk memutuskan hubungannya dengan dunianya
selama-lamanya. Apakah kamu siap untuk menerima dia seumur hidupmu Ranti?” tanya
Sang Ratu.
“Hamba siap, Yang
Mulia. Hamba menghaturkan sembah dan beribu terimakasih atas berkat yang telah Sang
Ratu berikan kepada hamba” jawab Ranti dengan mata berbinar-binar.
“Baiklah kalau begitu.
Bandri dan kau, Ranti mulai saat ini sampai bulan purnama penuh, untuk
memperlancar tugas-tugas dalam pemberkatan itu, mulai dari ujung jalan hingga
persimpangan jalan desa harus kau upayakan semampu kalian untuk menutupnya. Paling
kurang kalian harus menutup jalan itu dengan kekuatan yang kalian miliki selama
tujuh malam hingga purnama penuh datang menjelang” sabda Sang Ratu menutup
pertemuan.
“Hamba akan
melaksanakan titah yang mulia” jawab kedua anak beranak itu beriringan.
Tak sabar rasanya Ranti
menerima Sahrul sebagai suaminya yang abadi yang boleh dicintainya dengan
segenap perasaan. Bahkan dengan adanya pemberkatan Sahrul sebagai warga tetap
kampung itu menandakan kalau cinta dan
kehangatan tubuh Sahrul juga hanya boleh dimiliki oleh Ranti dan Sang Ratu. Itupun
kesempatan yang akan diambil Sang Ratu akan sangat jarang. Akan halnya Mayang
dan Ratih tidak akan berhak lagi mereguk kenikmatan birahi dari Sahrul kalau
dirinya telah dinobatkan sebagai warga tetap kampung itu.
Bandri sendiri
sebenarnya cukup kaget dengan keputusan Sang Ratu untuk menjadikan menantunya
sebagai warga tetap di kampung itu. Namun juga dia sangat gembira melihat
kegembiraan yang terpancar dari wajah anaknya yang nampaknya sangat berharap
untuk dapat memiliki Sahrul selama-lamanya.
Mungkin itu adalah
keputusan yang berat bagi Sang Ratu
karena dengan keputusannya untuk memberikan pemberkatan kepad Sahrul
sehingga berhak menjadi warga tetap kampung itu berarti juga telah mengurangi
hak Sang Ratu untuk memiliki Sahrul kapanpun dia memerlukan kehangatan darinya.
Dengan telah menjadi warga tetap dikampung itu berarti Sahrul hanya dapat
melayani Sang Ratu pada saat-saat tertentu saja sesuai dengan tradisi mereka. Sedang
jatah kenikmatan yang selama ini dapat diterimanya setiap minggu harus
direlakannya untuk dilepaskan. Namun keputusan ini nampaknya harus diambil
dengan bijak oleh Sang Ratu mengingat resiko yang dapat ditimbulkan bilamana Sahrul
ingat akan latar belakang dan kampung halamannya. Tentu dia akan pulang dan
tidak akan dapat lagi memberikan pelayanan kepada Sang Ratu ataupun kepada
Ranti.
Akan halnya Mayang dan
Ratih yang selama ini mendapat kesempatan untuk dapat menikmati kehangatan dari
Sahrul mau tak mau harus merelakannya karena peraturan yang dibuat Sang Ratu
bilamana seseorang pendatang diberkati menjadi warga tetap maka dia tidak lagi
berhak meladeni wanita lain selain istrinya sendiri dan Sang Ratu pada
kesempatan-kesempatan tertentu.
Dengan langkah gembira
Ranti dan Bandri meninggalkan ruangan tempat Sang Ratu menerima rakyatnya tadi.
Ingin sekali dia menyampaikan hal itu kepada Sahrul agar Sahrul juga merasakan
kebahagiaan yang baru saja diperolehnya.
Di halaman istana,
kedua anak beranak itu sebelum pulang sengaja menunggu Sahrul keluar dari
kediaman Mayang setelah melakukan pengabdian diperaduan milik Mayang. Dengan bernyanyi-nyanyi
kecil Ranti seakan berusaha menghabiskan waktu menunggu itu dengan kegembiraan
yang masih dirasakanya.
“Aku harus segera
menyampaikan berita gembira ini kepada Bang Sahrul, Yah”
“Berita gembira apa?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar