Senin, 03 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 43)



Hari yang dinanti-nanti Ranti dan Bandri akhirnya datang juga dimana dia dapat kesempatan untuk bertemu dengan Sang Ratu guna melaporkan kejadian yang sudah mulai tidak bisa dikendalikannya.
“Mohon ampun, Sang Ratu. Kami telah berusaha untuk menutup jalan masuk itu dari ingatan Sahrul. Namun jalan itu seakan tak mau lagi menutup. Bahkan kalau kami tidak mencegahnya, jalan itu semakin terbuka lebar karena Sahrul selalu memusatkan pikirannya ke arah jalan itu” kata Bandri melaporkan situasi yang dihadapinya. Memang sengaja melapor pada hari itu karena kemarin Sahrul sudah datang ke istana guna melakukan pengabdian kepada Sang Ratu. Tentu saat ini Sahrul tengah melakukan pengabdian kepada Mayang sehingga Sang Ratu bisa ditemui tanpa ketahuan oleh Sahrul.

“Aku telah memperingatkan kalian untuk dapat menjaga amanat ini. Tapi ternyata kalian tak sanggup menjaganya. Apalagi kamu, Ranti” kata Sang Ratu tegas penuh wibawa.
“Ampunkan hamba Yang Mulia Sang Ratu Datuk Puti. Hamba mengaku salah. Untuk itu hamba mohon diberi kesempatan untuk mempertahankan keberadaan suami hamba di lingkungan kaum kita. Hamba mohon, Yang Mulia” pinta Ranti menunduk sedalam-dalamnya.
“Keberadaan Sahrul disini  bukan hanya kepentingan kamu. Kami juga berkepentingan dengan keberadaannya karena dia telah melakukan pengabdian kepadaku dengan sangat baik selama puluhan tahun ini. Aku juga berkepentingan. Tapi hanya kamu yang paling berhak untuk dapat mencegahnya pergi, Ranti. Aku hanya memberikan berkat agar kamu bisa menjalankannya”.
“Hamba mohon petunjuk, Yang Mulia”
“Pada malam purnama beberapa hari lagi akan kita adakan upacara pemberkatan Sahrul sebagai warga kampung ini. Sekaligus untuk memutuskan hubungannya dengan dunianya selama-lamanya. Apakah kamu siap untuk menerima dia seumur hidupmu Ranti?” tanya Sang Ratu.
“Hamba siap, Yang Mulia. Hamba menghaturkan sembah dan beribu terimakasih atas berkat yang telah Sang Ratu berikan kepada hamba” jawab Ranti dengan mata berbinar-binar.
“Baiklah kalau begitu. Bandri dan kau, Ranti mulai saat ini sampai bulan purnama penuh, untuk memperlancar tugas-tugas dalam pemberkatan itu, mulai dari ujung jalan hingga persimpangan jalan desa harus kau upayakan semampu kalian untuk menutupnya. Paling kurang kalian harus menutup jalan itu dengan kekuatan yang kalian miliki selama tujuh malam hingga purnama penuh datang menjelang” sabda Sang Ratu menutup pertemuan.
“Hamba akan melaksanakan titah yang mulia” jawab kedua anak beranak itu beriringan.
Tak sabar rasanya Ranti menerima Sahrul sebagai suaminya yang abadi yang boleh dicintainya dengan segenap perasaan. Bahkan dengan adanya pemberkatan Sahrul sebagai warga tetap kampung itu menandakan  kalau cinta dan kehangatan tubuh Sahrul juga hanya boleh dimiliki oleh Ranti dan Sang Ratu. Itupun kesempatan yang akan diambil Sang Ratu akan sangat jarang. Akan halnya Mayang dan Ratih tidak akan berhak lagi mereguk kenikmatan birahi dari Sahrul kalau dirinya telah dinobatkan sebagai warga tetap kampung itu.
Bandri sendiri sebenarnya cukup kaget dengan keputusan Sang Ratu untuk menjadikan menantunya sebagai warga tetap di kampung itu. Namun juga dia sangat gembira melihat kegembiraan yang terpancar dari wajah anaknya yang nampaknya sangat berharap untuk dapat memiliki Sahrul selama-lamanya.
Mungkin itu adalah keputusan yang berat bagi Sang Ratu  karena dengan keputusannya untuk memberikan pemberkatan kepad Sahrul sehingga berhak menjadi warga tetap kampung itu berarti juga telah mengurangi hak Sang Ratu untuk memiliki Sahrul kapanpun dia memerlukan kehangatan darinya. Dengan telah menjadi warga tetap dikampung itu berarti Sahrul hanya dapat melayani Sang Ratu pada saat-saat tertentu saja sesuai dengan tradisi mereka. Sedang jatah kenikmatan yang selama ini dapat diterimanya setiap minggu harus direlakannya untuk dilepaskan. Namun keputusan ini nampaknya harus diambil dengan bijak oleh Sang Ratu mengingat resiko yang dapat ditimbulkan bilamana Sahrul ingat akan latar belakang dan kampung halamannya. Tentu dia akan pulang dan tidak akan dapat lagi memberikan pelayanan kepada Sang Ratu ataupun kepada Ranti.
Akan halnya Mayang dan Ratih yang selama ini mendapat kesempatan untuk dapat menikmati kehangatan dari Sahrul mau tak mau harus merelakannya karena peraturan yang dibuat Sang Ratu bilamana seseorang pendatang diberkati menjadi warga tetap maka dia tidak lagi berhak meladeni wanita lain selain istrinya sendiri dan Sang Ratu pada kesempatan-kesempatan tertentu.
Dengan langkah gembira Ranti dan Bandri meninggalkan ruangan tempat Sang Ratu menerima rakyatnya tadi. Ingin sekali dia menyampaikan hal itu kepada Sahrul agar Sahrul juga merasakan kebahagiaan yang baru saja diperolehnya.
Di halaman istana, kedua anak beranak itu sebelum pulang sengaja menunggu Sahrul keluar dari kediaman Mayang setelah melakukan pengabdian diperaduan milik Mayang. Dengan bernyanyi-nyanyi kecil Ranti seakan berusaha menghabiskan waktu menunggu itu dengan kegembiraan yang masih dirasakanya.
“Aku harus segera menyampaikan berita gembira ini kepada Bang Sahrul, Yah”
“Berita gembira apa?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar