Minggu, 13 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 53)


“Hamba mengerti. Hamba hanya khawatir dan mementingkan diri sendiri. Lagi pula.... bukankah Sang Ratu sendiri akan dirugikan dengan pemberkatan itu. Pijatan hamba tidak akan efektif lagi kalau ternyata hamba sendiri tidak diperkenankan untuk menikmati tubuh orang yang hamba pijat itu” kata Mayang masih berusaha mempengaruhi keputusan Sang Ratu.
“Lalu bagaimana sekarang? Apa mungkin aku akan meralat keputusan yang sudah aku buat sendiri. Apa kata hambaku nanti kalau terhadap Sahrul ada pengecualian?”

Jumat, 11 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 52)



Lama permainana itu baru usai, sementara hari sudah menjelang sore. Dengan setengah memaksa Bandri menarik tangan istrinya untuk segera berlalu menuju istana Sang Ratu.
Di istana, Bandri dan Ratih diterima oleh Mayang untuk menanyai maksud dan tujuan mereka menghadap Sang Ratu. Secara lengkap Bandri menceritakan perkembangan sikap Sahrul yang dinilainya sangat berubah dan jauh dari apa yang mereka khawatirkan.
“Baguslah kalau begitu. Sebaiknya kita laporkan saja masalah ini kepada Sang Ratu segera” ajak Mayang. Terlihat secercah kegembiraan diwajah cantik Mayang yang rupanya merasa beruntung juga atas keputusan Sahrul untuk menetap di kampung itu tanpa diperintah oleh Sang Ratu secara ghaib melalui pemberkatan menjadi warga abadi.
“Kami juga ingin melaporkan persiapan pemberkatan pada malam purnama penuh beberapa hari lagi, Putri” tambah Bandri. Namun kali ini laporan yang diberikan Bandri agaknya menyurutkan kegembiraan yang tadi terpancar di wajah Mayang.

Kamis, 10 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 51)



“Aku memiliki keluarga di Lubuk Pisang itu”
“Tapi abang juga memiliki keluarga disini. Kembalilah. Jangan biarkan kami dalam kesedihan jika abang pergi. Lebih baik kita membina hubungan dalam keluarga bahagia kita di Lubuk Lungun ini” bujuk Ranti terus mempengaruhi pikiran suaminya.
“Tapi aku juga punya keluarga di Lubuk Pisang, Ranti. Aku tak tahu bagaimana nasib mereka sekarang. Apakah mereka masih hidup dan baik-baik saja?” ulangnya lagi.
“Mereka baik-baik saja, Bang. Dan mereka juga sudah bahagia. Lebih baik abang tetap tinggal disini”

Penganten Rang Bunian (Part 50)



“Celaka. Jalannya terbentang luas. Ada apa ini” tanya Bandri tak habis pikir.
“Nampaknya Bang Sahrul menemukan jawaban dari pertanyaannya selama ini tentang jalan ini. Tolonglah, yah. Kita harus melakukan sesuatu untuk menutupnya” pinta Ranti.
Nampak sekali kekhawatiran di wajahnya yang mulai memucat mendapatkan kenyataan di luar dugaan ini. Betapa tidak. Dia yang tinggal beberapa hari lagi akan menikmati kehidupan abadi dengan orang yang dicintainya tiba-tiba saja terganggu oleh terbentangnya jalan itu.

Rabu, 09 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 49)



Dengan penuh perhatian Sahrul mendekap Ratih yang dirundung kedukaan yang teramat dalam. Sangat dipahaminya perasaan yang sedang berkecamuk dihati Ratih. Bagaimanapun juga Ratih adalah wanita istimewa yang memiliki perhatian dan permainan dengan ciri khas tersendiri yang tak akan mungkin dilupakan Sahrul. Apalagi selama ini antara dia dengan Ratih sudah terjalin cinta yang dilandasi saling membutuhkan kehangatan dalam permainan yang menggairahkan.
“Aku memahami kekhawatiranmu. Karena kekhawatiranmu adalah ketakutan bagiku. Aku tidak sedikitpun menginginkan terjadinya perpisahan ini. Kenapa ini harus menimpa kita? Kenapa aku harus kehilangan kehangatanmu? Bukankah tanpa menjadi suaminya yang abadipun, Ranti tetap mendapatkan kehangatan dan permainan dariku?” tanya Sahrul tak habis pikir. Sebetulnya semua itu diungkapkannya hanya untuk mengetahui maksud dibalik semua keputusan Sang Ratu yang dianggapnya sangat aneh itu. Bukankah selama ini dia sudah menjadi suami bagi Ranti. Dan bukankah selama ini dia telah melakukan kewajibannya sebagai seorang suami sebagaimana yang ditegaskan Mayang kepadanya sewaktu dia pertama kali melakukan pengabdian kepada Sang Ratu dan Mayang? Mengapa harus ada istilah suami abadi?

Selasa, 08 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 48)



Ratih yang mengerti benar akan kondisi menantunya, sesampainya dirumah segera saja menyuguhkan ramuan mujarab untuk memulihkan kembali tenaga Sahrul dan meningkatkan secara drastis gejolak birahinya.
Sementara usai memberikan ramuan itu, Ratih telah pula mempersiapkan diri di kamarnya untuk menghadapi serangan birahi Sahrul yang sudah dipulihkannya melalui ramuan perangsang yang super dahsyat itu.
Lama menunggu dalam keadaan tubuh yang sudah bugil, namun Sahrul tak kunjung muncul yang tentu saja membuat Ratih merasa curiga akan hasil kerja ramuan mujarab yang diberikannya tadi.

Senin, 07 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 47)



Sebagaimana biasa, hari itu Sahrul kembali berangkat ke istana untuk melakukan pengabdian yang setiap minggu dilakukannya pada Sang Ratu dan Mayang. Dengan wajah ceria seperti biasa, Ranti melepas kepergian suaminya yang akan melakukan pengabdian kepada junjungan mereka. Tidak tampak perubahan diraut muka Ranti yang cantik itu akan kepergian suaminya kali ini. Bagaimanapun juga dia harus tetap bersikap biasa-biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan Sahrul. Apalagi waku untuk menghapus kemungkinan Sahrul mengingat semua masa lalunya tinggal beberapa hari lagi. Usai pemberkatan Sahrul sebagai suami abadinya nanti, tentu Sahrul tidak akan pernah lagi memiliki kesempatan  untuk memikirkan kampung halaman dan asal usulnya karena Sang Ratu telah campur tangan dengan menghilangkan kenangan masa lalu di benak Sahrul yang selama ini masih juga tertutupi. Dengan adanya pemberkatan itu nantinya, pikiran dan kenangan masa lalu yang ada di benak Sahrul bukan lagi ditutupi secara magic, namun akan dibuang oleh Sang Ratu agar tidak ada satu halpun yang akan mengingatkannya untuk mengingat kampung halaman dan masa lalunya yang masih kabur.

Minggu, 06 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 46)



Sebenarnya Ranti sadar akan berkurangnya secara drastis kemampuan seks suaminya kalau hubungan mereka harus diabadikan sebagaimana hubungan keluarga di kaum itu. Namun apa boleh buat, dirinya yang sudah terlanjur mencintai lelaki perkasa itu mau tak mau harus menerima Sahrul sebagai suami abadinya dengan kemampuan seks yang sangat terbatas daripada dia harus kehilangan Sahrul yang suatu waktu bisa saja kembali ingat akan kampung halamannya dan bermaksud untuk pulang. Kejadian sedih yang menimpa Sang Ratu ketika ditinggal begitu saja oleh suaminya yang belum diberkati menjadi suami abadi nampaknya tidak ingin dialami oleh Ranti sehingga dia harus berani mengambil resiko untuk kehilangan kegairahan hidup bersama dengan suaminya yang biasanya sangat menggebu-gebu dalam berhubungan seks.

Sabtu, 08 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 45)


Ratih yang sebenarnya sudah sangat sering melakukan permainan yang hebat dengan Sahrul tetap saja terangsang hebat melihat aksi anak dan menantunya itu. Ingin sekali dia turut serta dalam permainan itu. Sedang untuk melakukannya dengan suaminya jelas tidak mungkin karena Bandri sebagaimana halnya lelaki umumnya dalam kaum mereka tidak memiliki kemampuan bertahan yang cukup lama dalam permainan seks. Bahkan yang membuat Ratih tidak berminat melakukannya dengan suaminya karena Bandri sangat sering mengecewakannya. Belum sempat Ratih membuka seluruh pakaiannya, biasanya Bandri sudah sampai pada pucak kenikmatannya tanpa sempat melakukan permainan dengan istrinya itu.

Kamis, 06 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 44)



“Keputusan Sang Ratu untuk menjadikan Bang Sahrul sebagai warga tetap kampung kita dan menjadi kaum kita. Dia pasti akan sangat gembira”
“Jangan, Ranti. Jangan sekali-kali kamu mendahului pemberkatan yang akan diberikan Sang Ratu kepada suamimu. Kalau sampai dia tahu akan diberi pemberkatan menjadi warga tetap pasti dia akan bertanya-tanya statusnya selama ini. Hal ini akan memulihkan ingatannya bahwa dia bukan kaum kita. Tentu dia akan bertanya dimana kampungnya yang akhirnya akan membawa dia pada kesadaran bahwa dia punya kampung lain selain disini”.
“Benar juga ya, Yah. Untung ayah mengingatkanku. Kalau saja aku menyampaikan berita gembira ini sebelum Sang Ratu memberkatinya, bisa-bisa aku justru akan kehilangan dia selama-lamanya sebelum pemberkatan di bulan punama dilakukan” jawab Ranti seakan baru menyadari kekeliruan yang hampir saja diperbuatnya yang dapat berakibat fatal bagi kehidupannya selanjutnya.

Senin, 03 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 43)



Hari yang dinanti-nanti Ranti dan Bandri akhirnya datang juga dimana dia dapat kesempatan untuk bertemu dengan Sang Ratu guna melaporkan kejadian yang sudah mulai tidak bisa dikendalikannya.
“Mohon ampun, Sang Ratu. Kami telah berusaha untuk menutup jalan masuk itu dari ingatan Sahrul. Namun jalan itu seakan tak mau lagi menutup. Bahkan kalau kami tidak mencegahnya, jalan itu semakin terbuka lebar karena Sahrul selalu memusatkan pikirannya ke arah jalan itu” kata Bandri melaporkan situasi yang dihadapinya. Memang sengaja melapor pada hari itu karena kemarin Sahrul sudah datang ke istana guna melakukan pengabdian kepada Sang Ratu. Tentu saat ini Sahrul tengah melakukan pengabdian kepada Mayang sehingga Sang Ratu bisa ditemui tanpa ketahuan oleh Sahrul.

Penganten Rang Bunian (Part 42)



Begitu dapat menguasai dirinya, Sahrul mengendap-endap meninggalkan tempat itu. Tak diduganya kalau malam ini tujuannya yang tulus untuk membantu istri dan mertuanya ternyata harus berubah seiring perkembangan pengetahuannya akan maksud kedua orang itu yang sama sekali tak dimengerti olehnya. Dengan berjalan gontai Sahrul terus memikirkan ucapan-ucapan Ranti dan Bandri tadi.
“Kekuatan pikiran? Ingatan? Jalan masuk? Kampung halaman? Apa ini?” tanyanya tak habis pikir.

Minggu, 02 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 41)



Setelah memastikan kalau Ratih sudah benar-benar tidur, Sahrul beranjak perlahan dari ranjang yang sudah kusut masai tak berbentuk itu. Diraihnya pakaiannya untuk dibawa keluar. Bagaimanapun dia tidak ingin gerakannya akan membangunkan Ratih.
Usai mengenakan pakaiannya diluar, Sahrul segera berlalu dari rumah itu menuju jalan yang membuat dia penasaran. Tak lain tujuannya kali ini adalah untuk melihat apakah Ranti dan Bandri masih bekerja di jalan itu. Kalau memang mereka masih bekerja disana, Sahul berniat untuk membantunya. Tak mungkin rasanya bagi dia untuk membiarkan istrinya menghadapi masalah seorang diri tanpa dibantu. Bisa tidaknya dia membantu nanti, yang jelas dia ingin menunjukkan itikad baiknya untuk membantu.

Penganten Rang Bunian (Part 40)



“Apa yang sebenarnya sedang dilakukan istri dan mertuaku itu. Kenapa mereka selama ini mengatakan kalau jalan itu tidak ada. Tapi justru jalan itu sangat besar ketika mereka bersemedi disana. Sedangkan siang harinya aku lihat jalan itu semakin menghilang saja karena tidak pernah lagi aku siangi” pikirnya.
Dicobanya kembali memeras otaknya yang pas-pasan dan sudah mengalami pengurangan kemampuan semenjak dia hanya memikirkan hal-hal yang berbau seks dan pelayanan seks kepada empat orang wanita tercantik dikampung itu.
“Aku rasa ada kaitannya antara jalan yang mereka bantah itu dengan dijemputnya aku setiap pulang dari istana. Pasti mereka tidak ingin aku mengetahui adanya jalan itu. Tapi kenapa? Dan jalan apa itu yang membuat mereka sangat ketakutan kalau aku mengetahuinya? Bahkan Mayang sendiri juga pernah melarangku untuk memikirkan hal-hal yang lain” pikirnya terus menerus.

Selasa, 16 Juni 2015

Penganten Rang Bunian (Part 39)





Sesampai dirumah, tak ayal lagi tanpa istirahat sejenakpun kedua insan yang sudah tidak mampu menahan nafsu birahi yang telah menggelora ini segera berhamburan menuju kamar tidur Ranti untuk mengejar impian akan kehangatan yang seakan tertunda begitu lama. Tidak satupun kata sepakat atau komando yang keluar dari mulut salah satu dari mereka tentang kesepakatan untuk segera menggapai kehangatan di ranjang itu. Bahkan tidak satupun kalimat yang terucap selama mereka di jalan tadi yang mengarah pada pembicaraan hubungan di ranjang. Namun secara naluri dan perasaan yang sama kedua-duanya sekan tahu kalau tujuan mereka adalah sama, mengejar ketertinggalan bergumul di ranjang.

Sabtu, 06 Juni 2015

Penganten Rang Bunian (Part 38)



“Mana bisa ibu meninggalkan dia sekejappun. Bahkan kami selesai melakukannya begitu kalian akan pulang. Sungguh Sahrul sangat luar biasa dalam memberikan pelayanan sehingga ibu tak jemu-jemu meminta terus darinya dan dia dengan senang hati melayani ibu sepuasnya” jawab ibunya tanpa merasa malu akan kelakuannya yang memakai tenaga menantunya disaat anaknya pergi. Karena tindakannya itu sudah setahu suami dan anaknya.
“Saya hanya tidak ingin dia mengikuti kami dan mengetahui apa yang kami lakukan pada jalan masuk itu” harap Ranti.
“Jangan khawatir. Ibu akan melumatnya habis-habisan selagi kalian tidak ada dirumah” jawab ibunya memberikan jaminan. Tentu saja dia akan senang menjaga Sahrul selama Ranti pergi karena dari menjaga itu dia mendapat keuntungan yang sangat besar dapat bercengkrama sepuas hati.

Penganten Rang Bunian (Part 37)



“Aku tidak merasa terganggu kok? Aku tidak pernah menyampaikannya pada Sang Ratu atau Mayang. Kok mereka tahu kamu sering ke kampung seberang dengan ayahmu?” tanya Sahrul bingung. Tentu saja dia bingung. Takut kalau-kalau Ranti beranggapan teguran itu atas pengaduan yang disampaikan Sahrul kepada Sang Ratu sambil bercumbu di istana.
“Apa yang diketahui Sang Ratu tidak perlu kita pertanyakan. Bukankah Sang Ratu tahu segala apa yang terjadi di Lubuk Lungun ini. Bahkan apa yang ada didalam hati kita masing-masing”

Rabu, 03 Juni 2015

Penganten Rang Bunian (Part 36)



Sahrul sendiri sebenarnya tidak menyadari kalau selama ini apa yang dipikirkannya bisa dibaca bahkan dikendalikan oleh istrinya. Dan sekarangpun dia tidak tahu kalau istrinya kehilangan kemampuan untuk mengendalikan pikirannya. Yang dirasakannya saat ini hanyalah kenyataan bahwa dia menjadi pria paling beruntung di desa itu yang ditakdirkan harus melayani nafsu birahi empat orang wanita tercantik di kampung itu. Tidak ada pikiran lain di benaknya menyangkut keberadaannya dan kenapa dia yang dipilih. Bahkan Sahrul sendiri kalau mau berpikir tentang dari mana semua ini berasal mungkin sudah tidak ingat lagi karena sudah puluhan tahun dia di desa itu tugasnya hanyalah mengabdi. Pengabdian yang sangat memabukkan sehingga dia tidak mau tahu dengan apa yang menjadi tujuan hidupnya dan dari mana dia berasal. Yang ada dalam pikirannya sehari-hari hanyalah pola-pola permainan masing-masing wanita yang selama ini ditidurinya.

Penganten Rang Bunian (Part 35)



Tak ada dialog diantara mereka. Tanpa aba-aba keduanya mengambil posisi semedi. Kedua tangannya dirapatkan didada. Pandangan lurus kedepan, sementara mulutnya komat-kamit entah membaca apa. Tidak ada tanda-tanda alam yang berubah pada saat itu. Sahrul bahkan merasa heran akan apa yang dilakukan oleh kedua orang itu.
“Bentuk ritual apa lagi ini?” pikirnya. Bingung dengan apa yang dilihatnya, akhirnya Sahrul memutuskan untuk mengendap-endap pulang. Ditunggupun nampaknya tak mungkin karena tidak ada gerakan-gerakan lain yang dibuat kedua anak beranak itu selain khusu’ dengan semedi mereka. Entah mereka brsemedi untuk meminta berkah untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi Ranti atau memang tempat itu tempat keramat, Sahrul tak bisa memikirkannya karena baru kali ini dia melihat istri dan mertuanya melakukan hal itu. Namun dalam hati dia berkesimpulan kalau setiap malam Ranti dan Bandri melakukan hal yang sama di tempat yang sama. Hanya saja untuk apa mereka melakukan hal itu masih tidak bisa dipahami Sahrul.

Selasa, 03 Maret 2015

Penganten Rang Bunian (Part 34)



Kuat sekali keinginan Sahrul untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi istrinya. Namun untuk menanyakannya tentunya dia tidak berani. Sebab jika masalah itu ditanyakannya tentu Ranti akan mengetahui kalau dirinya diikuti dalam perjalanan malamnya dengan ayahnya Bandri. Sedang sikap Ranti sehari-hari biasa saja dan tidak menunjukkan sedikitpun kegusaran atau wajah murung. Bahkan belakangan ini dilihatnya Ranti lebih bersikap tenang dan sabar dalam menghadapi suaminya. Tidak banyak tuntutan seks yang diajukan Ranti. Kalau Sahrul mengajaknya bercumbu, Ranti memang menanggapinya dengan antusias, namun kalau inisiatif itu tidak datang dari Sahrul maka dia sendiri tidak hendak memulai pergumulan sebagaimana dulu-dulu dimana dia yang selalu mengajukan inisiatif penyerangan.

Sabtu, 28 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 33)



Namun betapapun, ada tidaknya Ranti telah memberi kenikmatan tersendiri bagi Sahrul, rasa penasarannya akan rutinitas baru istrinya yang selalu pergi itu membuat dia bertanya-tanya dalam hati. Untuk menanyakan kepada Ratih atau Ranti selalu saja jawabannya untuk mengurus sesuatu urusan di kampung seberang. Rasa penasaran dan curiga itu pulalah yang membuat Sahrul nekad suatu hari mengikuti istri dan mertuanya yang keluar rumah sore itu. Tanpa setahu Ratih dan Ranti, dia juga berlalu dari rumah itu sewaktu Ranti dan Bandri baru saja pergi. Dari kejauhan dicobanya untuk mengintai kepergian istrinya ke kampung seberang. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan, dia berusaha mengikuti mereka dari jarak aman yang cukup jauh.

Jumat, 27 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 32)



“Sangat sulit bagi kita untuk melawan kekuatan pikiran suamimu itu Ranti. Nampaknya dia begitu penasaran dan berpikir keras untuk mengingat jalan masuk ini. Satu-satunya cara yang mungkin bisa membuat dia melupakan jalan ini hanyalah dengan menjaga jalan ini setiap hari dari pengaruh pikiran suamimu yang semakin hari semakin membuka terang jalan ini”
“Caranya, Yah?”
“Kita harus setiap hari datang dan membacakan mantera ke sini. Disamping itu kamu juga harus berusaha membaca pikiran dan mengendalikan pikiran suamimu itu”

Penganten Rang Bunian (Part 31)



Dalam perjalanan pulang, bukan lagi keberadaan istrinya yang entah dimana yang dipikirkan Sahrul. Yang ada di benaknya saat ini adalah keberadaan orang yang terlihat membawa suluh dari kejauhan tadi. Padahal dia sendiri kemarin menelusuri jalan itu dan ternyata jalan itu hanya terbuka beberapa puluh meter saja. Sedang jarak orang yang membawa suluh tadi tidak kurang dari tiga ratus meter dari jarak jalan dimana Sahrul berdiri.
Dirumahpun tidak dihiraukannya lagi belum pulangnya istrinya sedari tadi. Namun untuk tidak menimbulkan kecurigaan Ratih akan perginya anaknya itu, Sahrul menanyakan juga keberadaan Ranti kepada ibunya itu.
“Biar sajalah. Dia sedang pergi dengan suamiku mencari sesuatu yang mungkin saja dibutuhkannya. Besok juga dia pasti akan pulang” jawab Ratih enteng. Nampaknya kepergian Ranti memberi kebahagiaan tersendiri bagi Ratih karena kepergian anaknya itu berarti memberi kesempatan bagi Ratih untuk mengambil jatahnya dengan Sahrul.

Rabu, 25 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 30)



“Ranti harus diperingatkan. Jangan sampai dia lepas kendali terhadap suaminya itu” sabda Sang Ratu.
“Telah hamba sampaikan peringatan itu, Yang Mulia. Saat ini Ranti telah menyadari kekeliruannya dan dia berjanji untuk memendam perasaannya dan bersikap lebih bijak dalam mengendalikan suaminya itu”
“Sampaikan juga kepadanya kalau aku tidak ingin hal-hal buruk menimpa hubungannya dengan suaminya itu. Aku berkepentingan akan keberadaan Sahrul disini” kata Sang Ratu tanpa menjelaskan lebih lanjut apa kepentingan yang dia maksud. Namun tentunya Mayang mengerti apa kepentingan Sang Ratu yang tidak ingin Sahrul lari dari kampung mereka.

Penganten Rang Bunian (Part 29)


Kendati mendengar langsung cerita lama yang memilukan dari Sang Ratu, bukan berarti Sahrul akan melupakan begitu saja rasa penasarannya akan jalan yang pernah ditemuinya dan kemudian hilang dengan tiba-tiba itu. Dihadapan Ranti memang dia seakan telah melupakan jalan yang membuat dia yakin pernah punya kenangan itu, namun kenyataannya bayangan akan jalan yang pernah di tempuhnya sampai tengah hutan masih kuat diingatannya. Tanpa bermaksud menyusahkan istrinya yang juga memikirkan masalah itu. Sahrul secara diam-diam tetap berusaha mengamati jalan yang pernah dilihatnya. Siapa tahu secara tidak sengaja pula dia kembali dapat melihat jalan itu.

Senin, 23 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 28)



“Itulah yang menyakitkan hatiku. Entah apa yang dicarinya, dia meninggalkan aku. Makanya aku tak ingin menikah lagi. Kalaupun aku memerlukan kehangatan seorang lelaki, aku akan mendapatkannya melalui kekuasaanku. Seperti halnya saat ini aku menginginkanmu” katanya seakan menyesali kepergian suaminya tanpa alasan yang jelas.

Lama terdiam, akhirnya tanpa diminta Sang Ratu menceritakan juga kisah menyakitkan yang dialaminya dengan bekas suaminya itu. Entah maksudnya untuk berterus terang kepada Sahrul atau memang Sang Ratu sendiri tengah larut dalam kenangan masa lalu yang pernah direngguknya dengan mantan suaminya dulu.

Penganten Rang Bunian (Part 27)



“Mengapa ada bangunan yang nampaknya sengaja tak dirawat di istana semegah ini” tanya Sahrul begitu tiba-tiba.
Memang tak bisa dia menyembunyikan keterkejutannya.
“Disitu ada sebuah jala tua yang tidak dijadikan sebagai bagian istana” jawab Mayang tanpa bermaksud menjelaskannya.
Namun tentu saja Sahrul semakin penasaran dibuatnya.
“Sebuah jala tua? Kenapa tidak dibuang saja? Kok malah dijaga segala? Bukankah bangunan itu akan mengurangi keindahan istana yang megah ini?” tanyanya.
“Jala itu menjadi simbol musuh bagi kami karena Sang Ratu menaruh dendam kepada pemilik jala itu. Dia bekas suami Sang Ratu” jelas Mayang lebih terbuka dibanding saat-saat Sahrul baru mengenal istana itu.
“Jadi... Jala itu benda kenangan Sang Ratu?” tanya Sahrul semakin penasaran.

Penganten Rang Bunian (Part 26)



Untuk kedua kalinya Sahrul pulang dengan wajah lesu dan langkah gontai. Sangat jelas bagi Ranti kalau suaminya baru saja mengulang kembali mencari jalan yang membuat dia mengingat sesuatu bayangan entah apa. Dengan penuh kasih sayang disambutnya suaminya yang baru pulang itu. Tidak ada banyak kata dan tegur sapa yang disampaikannya. Dia tahu betul kalau suaminya masih kecewa atas kegagalan pencariannya tadi. Dibiarkannya saja suaminya itu istirahat di kamarnya. Namun tak berapa lama, Sahrul yang mengajak Ranti untuk bicara.

Minggu, 15 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 25)



Dengan wajah lesu Sahrul kembali pulang, memasuki rumahnya dilihatnya Ranti telah menyambutnya dengan senyum hangat yang membuat kedukaan dan rasa penasaran dihati Sahrul sedikit terobati. Ranti paham betul nampaknya betapa galaunya hati Sahrul ketika mendapatkan kenyataan kalau dirinya tidak bisa menemukan jalan yang kemarin dirintisnya itu.
Memang sampai saat ini Sahrul tidak tahu apa kenangan yang terlintas dibenaknya dengan jalan itu. Namun perasaannya mengatakan kalau dia kenal jalan itu, tapi dimana dan kapan dia sendiri belum yakin betul.

Sabtu, 14 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 24)



Sahrul hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat mertuanya begitu bahagia bisa menikmati permainan gila itu. Dipikir-pikirkanya kembali, betapa sebenarnya dia harus mengakui hebatnya permainan yang dimainkan mertuanya itu. Memang dari keempat wanita yang digaulinya dikampung itu, Ratih memiliki keistimewaan tersendiri. Terutama mungkin karena mereka baru pertama kali melakukannya. Lagi pula mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi bagaikan seorang pencuri.

Jumat, 13 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 23)



Tangannya sudah memainkan minyak gosok yang diraupnya dari cawan yang dibawanya tadi. Sementara tangannya yang satu lagi menarik-narik baju Sahrul menyuruh dibuka.
“Iyalah, bu. Maaf jadi merepotkan ibu” kata Sahrul. Sementara rangsangan birahinya masih belum juga terkendali. Betapa groginya dia menghadapi mertuanya yang begitu baik sementara kondisi onderdilnya masih belum bisa diajak kompromi.
Pijatan demi pijatan dilakukan ibu mertuanya dipunggung Sahrul. Jangankan hilang rangsangan yang dirasakannya tadi, justru sekarang rangsangan birahi itu semakin kuat terasa. Memang berbeda pijatan yang dilakukan Mayang dengan ibunya Ranti ini. Apa yang dilakukan Ratih benar-benar ditujukan untuk menghilangkan letih yang dirasakan menantunya itu. Namun rangsangan kuat tetap saja dirasakannya.

Kamis, 12 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 22)



“Kenyataan apa? Sudahlah, bang. Lebih baik sekarang abang istirahat dan melalui hidup indah kita sebagaimana selalu kita lakukan” kata Ranti sambil berusaha merayu dan menarik tangan suaminya itu. Namun dibalik bujukannnya untuk melupakan masalah itu, ada suatu ketegasan dan perintah yang diberikannya kepada suaminya untuk tidak mengingat yang macam-macam.
Tanpa berpikir lagi, Sahrul mengikuti bujukan istrinya dan berusaha melupakan apa yang baru saja dipikirkannya. Mungkin juga memang aku hanya berkhayal, pikirnya kembali bersikap sebagaimana biasanya.
Memang setelah puluhan tahun tinggal di kampung itu dengan menghabiskan hari-harinya untuk melayani ketiga wanita haus seks itu, Sahrul tidak ingat sedikitpun kalau dia bukan berasal dari kampung itu dan dia masih memiliki kampung, orang tua, dan istri ditempat lain. Tidak sedikitpun ingatannya tertuju pada kondisi suatu hari dimasa lalu dimana dia adalah warga desa Lubuk Pisang dan masih memiliki istri.

Rabu, 11 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 21)



Memang kebutuhan hidup dan makanan orang kampung itu rata-rata berupa ikan segar yang dimasak dengan berbagai resep dan selera penduduk. Sahrul sendiri sebetulnya merasa aneh dengan adanya makanan yang hanya terdiri dari ikan-ikan segar itu. Namun lama kelamaan akhirnya dia terbiasa dengan hanya memakan ikan tanpa adanya nasi dan lauk pauk lainnya. Memang pernah ditanyakannya hal tersebut kepada istrinya, namun istrinya menjawab dengan ucapan-ucapan yang seakan-akan dia tersinggung atas pertanyaan itu. Akhirnya Sahrul hanya bisa meminta maaf dan tidak pernah menanyakannya lagi.
Di istanapun dia selalu disuguhkan dengan makanan-makanan yang berasal dari sungai, namun rasa dan aroma makanannya jauh lebih enak dan lezat dibanding apa yang didapatnya dirumah Ranti.

Selasa, 10 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 20)



Sesampainya mereka diruang dalam, kembali kedua penganten itu bersanding. Kali ini mereka tidak bisa kemana-mana karena banyaknya tamu yang mengucapkan selamat kepada mereka. Tidak seperti hari-hari kemarin dimana para tamu nampaknya tidak terlalu menghiraukan penganten yang duduk bersanding di pelaminan, hari ini mereka justru antusias mengucapkan selamat kepada kedua penganten.
“Kenapa kemarin mereka tidak mengucapkan selamat? Kok baru sekarang?” tanya Sahrul.
“Mereka mengucapkan selamat setelah mendengar dari kepala rombongan tadi bahwa pengabdian abang diterima dengan baik oleh Sang Ratu. Itu merupakan kehormatan bagi kita yang harus mereka beri selamat”jawab Ranti dengan penuh senyum kebahagiaan.
Sahrul semakin bingung. Apakah orang-orang ini tahu bentuk apa dari pengabdian yang diminta Sang Ratu sehingga mereka merasa mendapat kehormatan?

Senin, 09 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 19)



“Maksud kamu.. pijatan yang membuat aku siap tempur seperti kemarin?” tanya Sahrul.
“Ya... baru setelah itu... gliran kita melakukannya” katanya tersipu.
“Bagaimana dengan istriku, Ranti? Bagaimana kalau dia tahu aku melakukan ini dengan Sang Ratu dan kamu?” tanya Sahrul begitu diingatnya betapa akan marahnya Ranti kalau dia tahu apa yang sudah dilakukan suaminya yang baru saja mengawininya.
“Ranti tahu kamu diberi kehormatan oleh Sang Ratu dan dia juga tahu apa bentuk kehormatan itu. Seorang wanita akan sangat bahagia kalau  suaminya terpakai  oleh Sang Ratu yang menjadi sesembahannya” jelas Mayang.

Minggu, 08 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 18)



Didiamkannya saja ketika Sang Ratu meremas tangannya untuk melepas hasrat kerinduannya akan belaian seorang lelaki yang seakan tak pernah didapatkannya. Sopan santun dan kharismanya selaku ratu yang disembah semua warga sudah tidak nampak lagi. Yang dipertontonkan Sang Ratu pada saat itu hanyalah gairah seekor kuda betina yang berusaha mereguk kenikmatan dari lawan yang selama ini didambakannya. Belaian dan cumbuan yang diberikannya pada Sahrul tak terbendung lagi sehingga hasrat birahi Sahrul yang sedari tadi semenjak dipijit oleh Mayang tidak memperoleh pelepasan akhirnya dengan garang diarahkannya pada Sang Ratu yang sudah kehilangan akal sehatnya. Lama mereka bercumbu diruang tamu itu, akhirnya Sang Ratu dengan manja mengajak Sahrul untuk melanjutkan pengabdiannya itu ditempat yang memang sudah disediakan untuknya, bilik peraduan milik Sang Ratu yang tentu saja jauh lebih indah dan wangi dibanding kamar pengantennya di rumah Ranti.

Sabtu, 07 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 17)



Hari menjelang malam, namun utusan Sang Ratu yang ditunggu-tunggu untuk menjemputnya tak kunjung datang. Sedang kondisi Sahrul sedari tadi tak kunjung berubah. Tak pernah dia mengalami ereksi yang begitu lama seperti ini. Sudah dicobanya untuk melakukan sesuatu secara swalayan sebelum bertemu Sang Ratu. Namun usahanya itu tidak mengurangi hasratnya untuk berhubungan dengan seorang wanita.
Menjelang malam, dimana semua orang sudah banyak yang tertidur, Sahrul dikejutkan oleh bau harum menyengat yang menusuk hidungnya. Diingat-ingatnya bau harum yang menusuk hidungnya itu entah dimana dia pernah merasakannya. Namun selalu gagal. Aroma itu memang pernah singgah dihidungnya, namun sulit bagi Sahrul untuk mengingat situasi yang dialaminya itu.

Jumat, 06 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 16)



“Kemana? Bagaimana dengan ini?” tanyanya sambil menunjuk kearah selangkangannya yang sedari tadi tidak mau turun dan mengendur. “Tanggungjawablah” tambahnya.
“Tugasku hanya mempersiapkan kamu menghadapi Sang Ratu. Selanjutnya terserah kamu mau kamu apakan punyamu itu” jawabnya sambil tersenyum menggoda.
Mayang berlalu dari ruang tamu itu. Sementara baju yang tadi dipakai Sahrul dibawanya. Tentu saja Sahrul amat kebingungan. Betapa tidak. Birahinya memuncak hebat akibat pijatan yang dilakukan Mayang kepadanya tadi. Dicobanya untuk mengendalikan diri, namun keinginannya untuk menyalurkan hasrat birahinya semakin tinggi.

Kamis, 05 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 15)



Tak jauh dari tikungan tadi, mata Sahrul begitu terpana menatap kesatu arah dihadapannya. Langkahnya tanpa sadar terhenti walau hanya untuk beberapa jenak. Tak jauh dihadapannya berdiri megah sebuah bangunan yang pantas dikatakan istana. Memang dibanding dengan bangunan-bangunan di kampungnya Lubuk Pisang, rumah-rumah di Lubuk Lungun ini jauh lebih bagus. Namun istana Sang Ratu yang akan dikunjunginya itu ternyata keindahannya jauh diluar dugaan Sahrul. Bangunan itu berdiri megah dengan hiasan mengkilau bagaikan sisik ikan emas yang mengelilingi seluruh dinding bangunan itu. Sangat sulit bagi Sahrul untuk mengungkapkan kekagumannya dengan kata-kata karena baru kali ini dia menyaksikan kemegahan seperti itu sehingga dia tidak tahu lagi sebutan untuk keindahan yang begitu rupa. Hanya saja dari tatapan matanya, jelas sekali kalau Sahrul sangat terpesona, bahkan terkejut menyaksikan pemandangan dihadapannya.

Rabu, 04 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 14)



Ranti dan Sahrul yang dari tadi menunggu-nunggu kedatangan rombongan penjemput tak ketinggalan berdiri seraya menfokuskan pandangannya kearah pintu. Sinaran mata yang berseri-seri terpancar dari mata Ranti nan indah. Entah apa yang akan diperoleh suaminya dihadapan Sang Ratu nantinya, namun dari mimik mukanya yang menunjukkan kebahagiaan itu nampaknya Ranti sudah mengetahui apa yang akan dialaminya suaminya nanti.

Selasa, 03 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 13)




Esok hari yang dikatakan Ranti sebagai hari dimana Sahrul harus menemui Sang Ratu usai pesta hari ketiga itu benar-benar membayangi pikiran Sahrul. Bagaimanapun juga dia sudah menyaksikan kecantikan Sang Ratu yang dinilainya tiada bandingannya. Bahkan dengan istrinya yang baru ini sekalipun. Apalagi kerlingan mata Sang Ratu yang genit yang membuat Sahrul tak kuasa menahan gejolak birahinya. Apa jadinya jika besok malam ternyata dia dipanggil untuk menghadap Sang Ratu dan dia sendiri tak mampu menguasai diri. Perasaan takut berbuat kurang sopan dihadapan Sang Ratu itu membuat Sahrul tak nyenyak tidurnya malam itu. Dalam pertarungannya menghadapi serangan-serangan birahi yang dilancarkan Ranti tadi dia memang menikmatinya. Namun setelah Ranti tertidur pulas , dia sendiri justru tak bisa tidur memikirkan apa yang akan terjadi besok. Dan apa yang akan disampaikan Sang Ratu kepadanya besok. Bingung memikirkan tentang apa yang akan melanda hidupnya besok ketika berhadapan dengan Sang Ratu membuat Sahrul akhirnya tertidur juga menjelang subuh. Itupun setelah Sahrul bisa pasrah pada nasibnya besok. Entah apa yang akan terjadi terjadilah, pikirnya sehingga otaknya yang lelah mengizinkan matanya untuk terpejam dalam dinginnya embun pagi yang mulai mengusik nyenyaknya tidur rerumputan diluar rumah.

Senin, 02 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 12)



Entah sudah berapa kali Sahrul dan Ranti bermesraan meskipun dihadapan tetamu yang juga sibuk dengan obrolan mereka sendiri-sendiri. Mulanya Sahrul agak grogi untuk meladeni kemesraan Ranti di depan para undangan. Namun setelah dilihatnya Ranti juga tidak begitu hirau, akhirnya Sahrul mulai bersikap acuh akan keadaan disekelilingnya. Sekian lama diacuhkan dan mengacuhkan tamu dengan hanya bermesraan saja membuat Sahrul merasa tak tahan. Dengan sedikit kode melalui kerlingan mata dan gerakan bibir yang dimanyunkan, Sahrul beruasaha mengisyaratkan kepada Ranti bahwa dia sedang ingin meningkatkan kemesraan lebih jauh.

Minggu, 01 Februari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 11)



Lama terdiam dalam lamunannya, Sang Ratu sadar akan apa yang  telah dan harus dia perbuat, segera dia bangkit dan menghadap ke arah altar. Kedua penganten juga segera bangkit dan menundukkan kepalanya ke arah altar.
Sejalan dengan apa yang dilakukan Sang Ratu, warga yang hadir disana dengan segera menjatuhkan diri dan bersujud dengan mengandalkan kekuatan kepala mereka masing-masing sebagai penopang badannya. Sementara tangan mereka terjulur kearah muka dan diam disana. Sementara Ranti dan Sahrul tidak seperti sebelumnya, sekarang mereka tidak perlu lagi bersujud melepas kepergian Sang Ratu. Mereka cukup berdiri dan memandang kepergian Sang Ratu saja.

Sabtu, 31 Januari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 10)



Sesampainya dihadapan batu besar ceper yang mereka jadikan Altar itu, Sang Ratu berdiri dan menunduk sejenak. Sedangkan dibelakangnya Ranti dan Sahrul tertunduk lebih dalam lagi. Tak lama berselang Sang Ratu naik ke atas batu ceper besar itu. Tadinya Ranti dan Sahrul merasa ragu untuk mengikuti langkah Sang Ratu naik keatas batu ceper itu karena sebelumnya dalam gladi resik persiapan upacara perkawinan mereka tidak dijelaskan terlebih dahulu, namun sebagaimana upacara-upacara perkawinan yang selama ini berlangsung di desa itu, beberapa upacara perkawinan juga ada yang dilengkapi dengan naiknya Sang Ratu dan kedua penganten keatas batu Altar. Sedang upacara-upacara yang tidak terlalu istimewa, kendati dihadiri oleh Sang Ratu banyak yang tidak dilengkapi dengan pemberkatan perkawinan di atas Altar. Begitu juga dengan saat ini, yang berarti bahwa kedua penganten dan keluarganya mendapat kehormatan dari Sang Ratu dengan melakukan pemberkatan perkawinan mereka di atas Altar. Melihat Sang Ratu menaiki Altar, segera Ranti yang sangat gembira menyaksikan kenyataan itu mengikutinya dan kemudian disusul oleh Sahrul. Kendati tidak tahu apa yang diperbuatnya, dia hanya mengikuti langkah apa yang dilakukan oleh Ranti.

Jumat, 30 Januari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 9)



Sang Ratu berjalan menuju kursi yang telah tersedia disisi kiri lorong menuju Altar didampingi dua orang pengawal berbadan kokoh dan berpakaian lebih mewah dibanding semua orang yang hadir di ruangan itu. Sesampainya dekat kursi yang tersedia itu, tanpa duduk atau berhenti dekat kursi itu Sang Ratu masuk ke celah yang dilindungi batu menjorok untuk memberi penghormatan pada Altar yang mereka sanjung. Berbeda dengan cara warga memberi penghormatan kepada Altar, Sang Ratu justru naik keatas batu besar yang dijadikan Altar itu dan mengangkat tangan setinggi-tingginya. Entah apa yang diucapkannya, hanya terdengar seperti suatu gumaman yang bergemuruh. Suara itu tidaklah parau, bahkan bisa dibilang merdu. Namun anehnya lengkingan merdu itu menusuk kehulu hati bagi yang mendengarnya. Tak lama dia turun dan berjalan mundur menuju kursinya. Tepat dikursi tengah, Sang Ratu duduk dengan anggunnya.

Kamis, 29 Januari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 8)



“Ya. Lebih baik kita begini terus daripada kita memikirkan sesuatu yang bisa membuat kita pusing dan kehilangan gairah” kata Sahrul nakal. Saat iu yang dia tahu hanyalah bagaimana agar dapat terus melakukan hubungan dengan gadis pujaan yang sebentar lagi akan dikawininya melalui suatu upacara ritual yang sebenarnya sangat aneh baginya.
Sahrul sendiri sebenarnya merasa heran dengan tenaga yang dimilikinya. Seakan tak pernah puas-puasnya dan tak pernah habis-habisnya dia dan Ranti melakukan hubungan seksual seakan hidup di kampung Ranti hanyalah untuk mengejar kepuasan birahi semata. Tenaga yang dimiliki Sahrulpun seakan tak habis-habisnya. Berulangkali dia mencapai orgasme, namun begitu selesai mencapai puncak kenikmatan, tenaga dan gairah Sahrul kembali pulih dan hasratnya untuk berhubungan dengan Rantipun kembali membara.

Selasa, 27 Januari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 7)



Tidak adanya kaum lelaki di kampung itu yang terlibat dalam penyambutan pesta membuat Sahrul bertanya-tanya dalam hati. Apakah kaum lelaki disini yang wajahnya lebih kurang berada dibawah standard itu tidak senang dirinya menikahi Ranti gadis tercantik yang menjadi kembang desa itu. Ataukah mereka memang pada siang-siang begini bekerja  di ladang sehingga tidak sempat pulang?
Tak tahan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab dalam hatinya, Sahrul menanyakan hal itu kepada Ranti.
“Pada kemana kaum lelaki kampung ini? Tidak seperti hari kemaren yang terlihat ramai?” tanyanya.

Penganten Rang Bunian (Part 6)



Sampai ditempat yang mereka tuju, dua buah batu besar yang berbentuk sama terpasang disisi kiri dan kanan jalan menuju tempat yang selama ini mereka sebut-sebut sebagai altar. Sahrul merasa asing berada ditempat itu mengingat selama ini bayangannya akan tempat pesta adalah suatu tempat yang terang benderang dan disemarakkan oleh hiasan-hiasan yang beraneka warna. Yang ada ditempat itu hanyalah suatu pelataran yang lebih terang dan bersih yang mana disekeliling pelataran itu terdapat tanah-tanah berbukit yang melingkupinya sehingga tempat itu benar-benar terkurung dari tempat lainnya. Namun lantai tanah pelataran itu bukan dari tanah melainkan dari batu hitam yang basah, tapi tidak licin. Suasana di pelataran itu dingin dan berembun. Embun yang berasal dari uap air terjun yang diterbangkan angin. Memang berhadapan dengan batu gapura yang dipakai sebagai pintu gerbang itu, terdapat air terjun yang cukup tinggi. Disisi air terjun itu ada sebuah lorong yang diatasnya terdapat sebuah batu besar yang menjorok sekitar satu meter keluar dari bukit batu itu. Lorong yang berada dibawah batu menjorok itu merupakan satu-satunya jalan menuju altar yang menjadi pusat persembahan warga kampung itu.

Minggu, 25 Januari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 5)



Banyak hal yang sebenarnya ingin ditanyakan Sahrul kepada Ranti, namun ada saja hal-hal tak terduga yang membuat Sahrul membatalkan niatnya untuk bertanya. Baik itu sikap Ranti yang berusaha membuat Sahrul terlena sehingga melupakan apa yang akan ditanyakannya sampai pada hilangnya masalah tersebut dari pikiran Sahrul secara tiba-tiba sehingga dia hanya bertanya-tanya dalam hati akan apa yang pernah terpikirkan dalam benaknya. Namun tak berapa lama akhirnya Sahrul akan melupakan apa yang hendak ditanyakannya itu.

Sabtu, 24 Januari 2015

Penganten Rang Bunian (Part 4)



Sahrul berjalan dibelakang Ratih, diruang depan dilihatnya Bandri sedang berdiri menghadap jendela yang tertutup. Bahunya naik turun seakan mencoba mengendalikan diri.
Ratih duduk di kursi panjang.
“Duduklah dulu, pak. Kita selesaikan masalah ini secara baik-baik” kata Ratih pada suaminya.
Suaminya hanya menurut. Namun matanya yang mengandung kemarahan tetap memandangi Sahrul yang berdiri kaku sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Duduklah, Rul” ajak Ratih.
“Terimakasih, bu” kata Sahrul singkat. Hanya kata-kata itu yang terucap dari mulutnya sejak tertangkap basah tadi.