“Aku memiliki keluarga
di Lubuk Pisang itu”
“Tapi abang juga
memiliki keluarga disini. Kembalilah. Jangan biarkan kami dalam kesedihan jika
abang pergi. Lebih baik kita membina hubungan dalam keluarga bahagia kita di
Lubuk Lungun ini” bujuk Ranti terus mempengaruhi pikiran suaminya.
“Tapi aku juga punya
keluarga di Lubuk Pisang, Ranti. Aku tak tahu bagaimana nasib mereka sekarang. Apakah
mereka masih hidup dan baik-baik saja?” ulangnya lagi.
“Mereka baik-baik
saja, Bang. Dan mereka juga sudah bahagia. Lebih baik abang tetap tinggal
disini”
Kebingungan mendera
benak Sahrul. Rasanya tak mungkin bagi dia untuk kembali ke desa itu setelah
puluhan tahun dia meninggalkannya. Tapi rasa rindunya untuk menemui orang tua,
istri dan keluarga lainnya di kampung itu semakin menarik dia untuk pulang ke
desa itu.
Pertentangan antara
rasa rindu dan rasa malu terus berkecamuk dihatinya.
Takut akan terjadi
suatu hal yang akan membuatnya malu, akhirnya Sahrul memutuskan untuk tidak
kembali kekampungnya. Biarlah kenangan masa lalu ini disimpannya sebagai bagian
dari sejarah hidupnya. Sementara sekarang ini kenyataan bahwa dia memiliki
keluarga bahagia di Lubuk Lungun merupakan kenyataan yang harus dihadapinya.
Melihat suaminya sudah
dapat menerima kenyataan akan kehidupannya saat ini, Ranti berusaha menarik
lengan Sahrul dan berlalu dari sungai itu. Semakin lama dibiarkannya Sahrul di
sungai itu akan semakin membuat dia rindu untuk pulang. Sedang hari yang
dinanti-nanti Ranti untuk pemberkatan Sahrul sebagai suami abadinya semakin
dekat.
Bagai kerbau ditusuk
hidungnya, Sahrul menurut saja ketika digiring Ranti menjauhi sungai itu. Tentu
saja Ranti sangat bahagia karena sudah bisa mempengaruhi pikiran suaminya. Kalau
memang dia sudah bisa mempengaruhi pikiran suaminya, sebenarnya dia tidak perlu
lagi memohon kepada Sang Ratu untuk menjadikan Sahrul sebagai suami abadinya.
Namun keputusan sudah diambil Sang Ratu yang tak mungkin lagi diralat. Ranti
hanya berharap suaminya dapat melupakan sejenak masalah keluarganya di Lubuk
Pisang agar diapun bisa menahan suaminya itu sampai datangnya bulan purnama
penuh yang merupakan malam pemberkatan. Dengan adanya pemberkatan itu nantinya,
tidak akan ada lagi hal yang membuat Sahrul pergi dari kampung itu. Bahkan kenangan dan sejarah masa lalunya akan dihapuskan sama
sekali dari pikirannya.
Sebenarnya Ranti
keliru kalau menganggap batalnya Sahrul menyeberangi sungai itu karena
kemampuannya mempengaruhi pikiran Sahrul sudah pulih kembali. Memang Sahrul
membatalkan niatnya untuk menyeberang ke kampungnya, namun bukan karena
pengaruh Ranti, melainkan rasa malu dihatinya yang membuat langkahnya tertahan
sehingga niatnya itu diurungkannya. Namun pikirannya akan bagaimana keadaan
Siti istrinya di kampung sekarang masih terus mempengaruhinya. Dia sadar betul
akan kesalahannya meninggalkan istrinya begitu saja. Entah apa yang membuat dia
pergi begitu saja dari kampung itu belum jelas betul dibenaknya. Apalagi saat
dia meninggalkan Siti, mereka masih penganten baru yang rasa-rasanya tidak
memiliki masalah serius yang dapat menjadi alasan baginya untuk meninggalkan
Siti begitu lama.
Kembali ketempat
dimana tadi Sahrul melihat Ranti tengah bersemedi dengan ayahnya, rupanya
disana sudah menunggu Bandri dengan wajah tegang. Apalagi dilihatnya Ranti dan
Sahrul tengah berjalan dari arah sungai, jalan mana selama ini mereka tutupi
dari pikiran Sahrul.
Tak satu katapun terucap
dari mulut Bandri menyaksikan betapa anak dan menantunya tengah berjalan dari
arah sungai. Satu hal yang masih menjadi tanda tanya dibenak Bandri adalah
kenapa Ranti dan Sahrul berjalan dari arah sungai itu. Tentunya Sahrul sudah mengetahui
adanya jalan masuk yang membawa dirinya ke kampung itu. Namun kenapa dia tetap
kembali pada Ranti dan tidak segera meninggalkan kampung itu sebagaimana yang
mereka khawatirkan selama ini. Kebingungan yang tidak mendapat jawaban itu
semakin bertambah manakala dilihatnya Sahrul tengah berjalan dengan wajah
murung. Sementara Ranti yang berjalan disisi kanannya masih memegangi
pergelangan tangan Sahrul seakan tak ingin melepaskan kepergian suaminya itu.
“Ada apa, Ranti? Kalian
dari mana?” tanyanya.
“Kami baru saja
melihat tempat dimana Bang Sahrul pertama kali masuk kesini. Setelah dipertimbangkan
secara masak, Bang Sahrul akhirnya memutuskan untuk menetap disini karena
disinipun dia memiliki keluarga”
“Kalau begitu ayolah
kita pulang” ajak Bandri. Betapa senang hatinya melihat perkembangan terbaru,
dimana ternyata Sahrul yang telah mengetahui jalan masuk itu masih memilih untuk
tinggal bersama Ranti di Kampung Lubuk Lungun. Tidak segera kembali kekampung
asalnya.
Sahrul, Ranti dan Bandri
akhirnya pulang. Tak ada gunanya lagi melanjutkan semedi untuk menutup jalan
itu karena Sahrul telah tahu semuanya. Bahkan dia memutuskan untuk tetap
tinggal di kampung itu bersama keluarganya. Keputusan Sahrul itu sangat
menggembirakan bagi Ranti. Tentu kalau berita ini disampaikan kepada Ratih,
Sang Ratu dan Mayang mereka akan sangat gembira juga.
Tak sabar untuk
menyampaikan kabar gembira ini, sesampainya di rumah Bandri mengajak istrinya
untuk menyampaikan kabar gembira ini kepada Sang Ratu. Sengaja dia membawa
istrinya untuk menghadap Sang Ratu karena Ranti tidak mungkin diajak karena dia
harus memusatkan perhatiannya kepada suaminya agar perasaan kecewa dan sedih
yang dirasakannya setelah mengetahui sejarah hidupnya itu dapat terobati. Apalagi
beberapa hari terakhir ini Ranti tidak memperoleh kenikmatan bermain dengan
suaminya tercinta.
“Biarlah Ranti
melayani suaminya dulu sampai mereka benar-benar memperoleh kemesraan dan
kenikmatan yang membuat Sahrul tak bisa meninggalkannnya. Sebaiknya kita segera
saja melaporkan masalah ini kepada Yang Mulia Sang Ratu Datuk Puti” ajak
suaminya ketika Ratih yang diajak pergi tak mau juga beranjak karena sudah
mempersiapkan diri untuk mengintip permainan anak dan menantunya.
“Aku ingin sekali
melihatnya, Bang. Aku sudah tak tahan” rengeknya tetap merajuk ingin
menyaksikan permainan yang menggairahkan itu.
“Bukankah beberapa
hari ini kamu sudah melumat habis Sahrul. Apalagi yang kurang?”
“Aku masih terangsang
dengan permainan Sahrul. Aku tak ingin melewatkan kesempatan baik ini” katanya
sambil tetap berkeras untuk menyaksikan permainan itu melalui lubang yang
terdapat di dinding yang memisahkan kamar mereka dengan kamar anaknya itu.
Tak kuasa memaksa
istrinya untuk segera pergi menghadap Sang Ratu, akhirnya Bandri mengalah. Dia mau
menunggui istrinya selesai mengintip. Sekaligus dia juga ikut larut dalam
aktifitas mengintip itu.
Slotyro Casino & Hotel
BalasHapusWelcome to 순천 출장안마 Slotyro Casino 사천 출장샵 & Hotel, Las Vegas. Our 밀양 출장마사지 newly opened 70,000 square foot gaming space 전주 출장샵 features 상주 출장마사지 5500 slot machines and 300 table games.