Kamis, 10 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 51)



“Aku memiliki keluarga di Lubuk Pisang itu”
“Tapi abang juga memiliki keluarga disini. Kembalilah. Jangan biarkan kami dalam kesedihan jika abang pergi. Lebih baik kita membina hubungan dalam keluarga bahagia kita di Lubuk Lungun ini” bujuk Ranti terus mempengaruhi pikiran suaminya.
“Tapi aku juga punya keluarga di Lubuk Pisang, Ranti. Aku tak tahu bagaimana nasib mereka sekarang. Apakah mereka masih hidup dan baik-baik saja?” ulangnya lagi.
“Mereka baik-baik saja, Bang. Dan mereka juga sudah bahagia. Lebih baik abang tetap tinggal disini”

Kebingungan mendera benak Sahrul. Rasanya tak mungkin bagi dia untuk kembali ke desa itu setelah puluhan tahun dia meninggalkannya. Tapi rasa rindunya untuk menemui orang tua, istri dan keluarga lainnya di kampung itu semakin menarik dia untuk pulang ke desa itu.
Pertentangan antara rasa rindu dan rasa malu terus berkecamuk dihatinya.
Takut akan terjadi suatu hal yang akan membuatnya malu, akhirnya Sahrul memutuskan untuk tidak kembali kekampungnya. Biarlah kenangan masa lalu ini disimpannya sebagai bagian dari sejarah hidupnya. Sementara sekarang ini kenyataan bahwa dia memiliki keluarga bahagia di Lubuk Lungun merupakan kenyataan yang harus dihadapinya.
Melihat suaminya sudah dapat menerima kenyataan akan kehidupannya saat ini, Ranti berusaha menarik lengan Sahrul dan berlalu dari sungai itu. Semakin lama dibiarkannya Sahrul di sungai itu akan semakin membuat dia rindu untuk pulang. Sedang hari yang dinanti-nanti Ranti untuk pemberkatan Sahrul sebagai suami abadinya semakin dekat.
Bagai kerbau ditusuk hidungnya, Sahrul menurut saja ketika digiring Ranti menjauhi sungai itu. Tentu saja Ranti sangat bahagia karena sudah bisa mempengaruhi pikiran suaminya. Kalau memang dia sudah bisa mempengaruhi pikiran suaminya, sebenarnya dia tidak perlu lagi memohon kepada Sang Ratu untuk menjadikan Sahrul sebagai suami abadinya. Namun keputusan sudah diambil Sang Ratu yang tak mungkin lagi diralat. Ranti hanya berharap suaminya dapat melupakan sejenak masalah keluarganya di Lubuk Pisang agar diapun bisa menahan suaminya itu sampai datangnya bulan purnama penuh yang merupakan malam pemberkatan. Dengan adanya pemberkatan itu nantinya, tidak akan ada lagi hal yang membuat Sahrul pergi dari kampung itu. Bahkan kenangan  dan sejarah masa lalunya akan dihapuskan sama sekali dari pikirannya.
Sebenarnya Ranti keliru kalau menganggap batalnya Sahrul menyeberangi sungai itu karena kemampuannya mempengaruhi pikiran Sahrul sudah pulih kembali. Memang Sahrul membatalkan niatnya untuk menyeberang ke kampungnya, namun bukan karena pengaruh Ranti, melainkan rasa malu dihatinya yang membuat langkahnya tertahan sehingga niatnya itu diurungkannya. Namun pikirannya akan bagaimana keadaan Siti istrinya di kampung sekarang masih terus mempengaruhinya. Dia sadar betul akan kesalahannya meninggalkan istrinya begitu saja. Entah apa yang membuat dia pergi begitu saja dari kampung itu belum jelas betul dibenaknya. Apalagi saat dia meninggalkan Siti, mereka masih penganten baru yang rasa-rasanya tidak memiliki masalah serius yang dapat menjadi alasan baginya untuk meninggalkan Siti begitu lama.
Kembali ketempat dimana tadi Sahrul melihat Ranti tengah bersemedi dengan ayahnya, rupanya disana sudah menunggu Bandri dengan wajah tegang. Apalagi dilihatnya Ranti dan Sahrul tengah berjalan dari arah sungai, jalan mana selama ini mereka tutupi dari pikiran Sahrul.
Tak satu katapun terucap dari mulut Bandri menyaksikan betapa anak dan menantunya tengah berjalan dari arah sungai. Satu hal yang masih menjadi tanda tanya dibenak Bandri adalah kenapa Ranti dan Sahrul berjalan dari arah sungai itu. Tentunya Sahrul sudah mengetahui adanya jalan masuk yang membawa dirinya ke kampung itu. Namun kenapa dia tetap kembali pada Ranti dan tidak segera meninggalkan kampung itu sebagaimana yang mereka khawatirkan selama ini. Kebingungan yang tidak mendapat jawaban itu semakin bertambah manakala dilihatnya Sahrul tengah berjalan dengan wajah murung. Sementara Ranti yang berjalan disisi kanannya masih memegangi pergelangan tangan Sahrul seakan tak ingin melepaskan kepergian suaminya itu.
“Ada apa, Ranti? Kalian dari mana?” tanyanya.
“Kami baru saja melihat tempat dimana Bang Sahrul pertama kali masuk kesini. Setelah dipertimbangkan secara masak, Bang Sahrul akhirnya memutuskan untuk menetap disini karena disinipun dia memiliki keluarga”
“Kalau begitu ayolah kita pulang” ajak Bandri. Betapa senang hatinya melihat perkembangan terbaru, dimana ternyata Sahrul yang telah mengetahui jalan masuk itu masih memilih untuk tinggal bersama Ranti di Kampung Lubuk Lungun. Tidak segera kembali kekampung asalnya.
Sahrul, Ranti dan Bandri akhirnya pulang. Tak ada gunanya lagi melanjutkan semedi untuk menutup jalan itu karena Sahrul telah tahu semuanya. Bahkan dia memutuskan untuk tetap tinggal di kampung itu bersama keluarganya. Keputusan Sahrul itu sangat menggembirakan bagi Ranti. Tentu kalau berita ini disampaikan kepada Ratih, Sang Ratu dan Mayang mereka akan sangat gembira juga.
Tak sabar untuk menyampaikan kabar gembira ini, sesampainya di rumah Bandri mengajak istrinya untuk menyampaikan kabar gembira ini kepada Sang Ratu. Sengaja dia membawa istrinya untuk menghadap Sang Ratu karena Ranti tidak mungkin diajak karena dia harus memusatkan perhatiannya kepada suaminya agar perasaan kecewa dan sedih yang dirasakannya setelah mengetahui sejarah hidupnya itu dapat terobati. Apalagi beberapa hari terakhir ini Ranti tidak memperoleh kenikmatan bermain dengan suaminya tercinta.
“Biarlah Ranti melayani suaminya dulu sampai mereka benar-benar memperoleh kemesraan dan kenikmatan yang membuat Sahrul tak bisa meninggalkannnya. Sebaiknya kita segera saja melaporkan masalah ini kepada Yang Mulia Sang Ratu Datuk Puti” ajak suaminya ketika Ratih yang diajak pergi tak mau juga beranjak karena sudah mempersiapkan diri untuk mengintip permainan anak dan menantunya.
“Aku ingin sekali melihatnya, Bang. Aku sudah tak tahan” rengeknya tetap merajuk ingin menyaksikan permainan yang menggairahkan itu.
“Bukankah beberapa hari ini kamu sudah melumat habis Sahrul. Apalagi yang kurang?”
“Aku masih terangsang dengan permainan Sahrul. Aku tak ingin melewatkan kesempatan baik ini” katanya sambil tetap berkeras untuk menyaksikan permainan itu melalui lubang yang terdapat di dinding yang memisahkan kamar mereka dengan kamar anaknya itu.
Tak kuasa memaksa istrinya untuk segera pergi menghadap Sang Ratu, akhirnya Bandri mengalah. Dia mau menunggui istrinya selesai mengintip. Sekaligus dia juga ikut larut dalam aktifitas mengintip itu.



1 komentar:

  1. Slotyro Casino & Hotel
    Welcome to 순천 출장안마 Slotyro Casino 사천 출장샵 & Hotel, Las Vegas. Our 밀양 출장마사지 newly opened 70,000 square foot gaming space 전주 출장샵 features 상주 출장마사지 5500 slot machines and 300 table games.

    BalasHapus