“Hamba mengerti. Hamba
hanya khawatir dan mementingkan diri sendiri. Lagi pula.... bukankah Sang Ratu
sendiri akan dirugikan dengan pemberkatan itu. Pijatan hamba tidak akan efektif
lagi kalau ternyata hamba sendiri tidak diperkenankan untuk menikmati tubuh
orang yang hamba pijat itu” kata Mayang masih berusaha mempengaruhi keputusan
Sang Ratu.
“Lalu bagaimana
sekarang? Apa mungkin aku akan meralat keputusan yang sudah aku buat sendiri.
Apa kata hambaku nanti kalau terhadap Sahrul ada pengecualian?”
“Mungkin Sang Ratu
bisa memberi kesempaan melihat perubahan sikap Sahrul ini selama satu purnama
lagi. Barangkali saja dia akan tetap betah tinggal di kampung ini dan tak
memikirkan kampung halamannya lagi. Kalau dalam satu purnama ini dia masih
memikirkannya, maka Sang Ratu harus segera memberkatinya, kendati tanpa upacara
yang dipersiapkan secara matang” jawab Mayang mencoba mencari jalan tengah yang
sekurang-kurangnya masih memberi kesempatan kepadanya untuk mendapat kenikmatan
dari pengabdian yang diberikan Sahrul.
Lama Sang Ratu
berpikir. Disatu sisi apa yang dikatakan Mayang ada benarnya juga. Kalau memang
Sahrul sudah diberkati tentu Sahrul tidak akan mempunyai keperkasaan yang
selama ini mengikat hati dan tubuh Sang Ratu dalam suatu ikatan birahi yang
tetap terbawa dalam mimpi dan hidupnya. Namun jika keputusan untuk melakukan
pemberkatan dibatalkannya, kehormatan dan kewibawannya selaku penguasa di
kampung itu akan mendapat ujian berat dari orang-orang yang mengetahuinya.
Setelah memikirkan
beberapa saat usulan yang diajukan Mayang, terbetik titik terang yang mungkin saja
dapat diputuskan oleh Sang Ratu dengan resiko yang sangat minim.
“Baiklah, Mayang. Kita
beri waktu bagi Sahrul untuk menunjukkan ketulusan hatinya dalam memilih tetap
tinggal di kampung ini. Jika dalam satu
purnama ini dia tidak menunjukkan niatnya untuk
kembali pada kehidupannya yang normal, tidak ada salahnya kalau kita tetap
membiarkan dia disini sambil tetap mereguk kenikmatan birahi darinya. Aku juga
tidak ingin kehilangan kesempatan berbahagia untuk yang kedua kalinya setelah
dulu aku kehilangan orang yang sangat aku cintai” kata Sang Ratu.
“Terimakasih, Yang
Mulia.Hamba akan memanfaatkan waktu singkat ini untuk terus mereguk kenikmatan
itu dari Sahrul. Harus kita akui kalau dia sangat pandai memuaskan nafsu birahi
kita yang terus bergejolak” jawab Mayang dengan mimik wajah gembira.
“Kau boleh
menyampaikan berita gembira ini kepada Bandri danRatih, Mayang”
“Terimakasih, Yang
Mulia. Terimalah sembah sujud hamba” katanya lagi. Kali ini disertai dengan
sembah sujud yang sangat dalam yang menunjukkan betapa dia sangat bersyukur
atas anugerah yang diberikan Sang Ratukepadanya dengan mengizinkan Sahrul tetap
menjadi lelaki pejantan biasa selama satu purnama ini. Tentu saja hal ini bukan
kesempatan terakhir bagi Mayang karena jika ternyata Sahrul memang tidak ingin
kembali ke kampungnya, maka atas kesadaran sendiri Sahrul akan menjadi pejantan
yang abadi bagi mereka tanpa harus memberkatinya menjadi warga yang abadi.
Dengan bergegas Mayang
berlalu dari ruang kendali kekuasaan Sang Ratu untuk segera menyampaikan khabar
itu kepada Bandri dan Ratih yang sudah menuggu dari tadi di luar.
“Yang Mulia Sang Ratu
Datuk Puti memberi kesempatan kepada Sahrul untuk membuktikan ketulusannya
dalammemilih tetap tinggal menjadi suami Ranti selama satu purnama lagi. Bila
dalam satu purnama ini Sahrul memang menunjukkan bhaktinya sebagai seorang
suami dan abdi yang setia maka dia akan tetap diizinkan tinggal dikampung ini
tanpa diadakan pemberkatan lagi. Sedangkan hak Sang Ratu, aku maupun Ratih
untuk mendapatkan kehangatan cumbu rayu dan
kenikmatan dari Sahrul tetap sebagaimana biasanya. Ini sudah menjadi
keputusan Sang Ratu untuk segera kita laksanakan” tegasnya.
Bandri dan Ratih hanya
menunduk mendengarkan keputusan Sang Ratu yang disampaikan Mayang itu. Sedang dari
raut muka Ratih terpancar suatu kebahagiaan yag sangat mengejutkan yang diterimanya
sebagai anugerah tak ternilai. Apalagi dalam keputusannya yang disampaikan
Mayang itu Sang Ratumenyebutkan hak Ratih untuk mendapatkan kegairahan birahi dari
Sahrul tetap ada. Alangkah indahnya hidup yang akan dilaluinya dengan
pengembalian hak itu.
“Satu hal yang harus
kita ingat bersama, jangan biarkan Sahrul mengetahui ikhwal pembicaraan kita
sekarang. Termasuk juga keputusan yang telah diambil Sang Ratu. Terutama kau, Ratih.
Jangan sampai Sahrul mengetahui semua masalah ini dari mulutmu. Jika hal itu
terjadi, kamu akan tahusendiri akibatnya”tambahnya.
Mayang sendiri kendati
selalu menjaga wibawa tetap saja tidak mampu menahan perasaan senang dan
bahagianya atas keputusan yang telah dirundingkannya dengan Sang Ratu tadi.
Khabar gembira yang
disampaikan Sang Ratu melalui Mayang itu akhirnya dibawa pulang oleh Bandri dan
Ratih untuk disampaikannnya kepada anaknya.
Alangkah senangnya
hati Ranti mendengar keputusan Sang Ratu untuk menunda pelaksanaan pemberkatan
suaminya menjadi warga yang abadi selama satu purnama lagi. Bagaimanapun juga
walaupun dia akan memperoleh hak penuh atas diri suaminya itu, namun tidak akan
memperoleh kenikmatan berhubungan badan seperti halnya sekarang dirasakannya
jika suaminya diberkati menjadi suami yang abadi. Apalagi sekarang dilihatnya
sendiri kalau suaminya itu lebih memilih untuk tetap berada disampingnya
ketimbang harus kembali ke kampungnya di Lubuk Pisang.
Keceriaan kembali
menghangatkan hubungan yang beberapa bulan terakhir semakin suram di rumah itu.
Tidak ada lagi alasan bagi Ranti mencurigai suaminya. Terutama karena pilihan
untuk tetap tinggal di kampung itu diputuskan sendiri oleh Sahrul tanpa adanya
campur tangan Sang Ratu melalui kekuatan magicnya. Ratihpun merasa bahagia
dengan kembalinya keharmonisan di rumah itu. Namun untuk tidak menghilangkan
haknya atas tubuh dan kehangatan Sahrul tidak ada jalan lain kecuali harus
membicarakan masalah ini dengan Sahrul dan Ranti karena jika tidak dibicarakan
tentu jatah Ratih akan hilang. Terutama karena
Ranti yang selama ini selalu pergi keluar rumah untuk memberi kesempatan kepada
Ratih dan Sahrul sekarang tidak pernah lagi keluar rumah.
“Nampaknya masalah ini
harus kita dudukkan, Nti” katanya suatu hari ketika Sahrul pergi ke istana guna
melakukan pengabdian kepada Sang Ratu. “Apalagi kalau kamu tidak keluar rumah
tidak mungkin bagi kami melakukan hubungan itu. Tentu suamimu akan takut melakukannya
sementara kamu masih dirumah” tambahnya.
“Tapi aku sudah janji
dengan abang Sahrul untuk tidak meninggalkannya di rumah, Bu” jawab Ranti
melakukan pembelaan diri dari pembicaraan ibunya yang nampaknya mulai menuduh
Ranti sebagai penyebab dari tidak dapatnya dia memperoleh kenikmatan dari
Sahrul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar