Minggu, 19 Maret 2017

Penganten Rang Bunian (Part 54)



“Tapi bagaimanapun ibu memiliki hak untuk melakukannya dengan Sahrul sebagaimana yang diputuskan oleh Sang Ratu”
“Apa mungkin Bang Sahrul mau melakukannya dengan ibu kalau aku sedang dirumah?”
“Itu makanya hal ini harus kita bicarakan dengan suamimu itu. Dia tahu kalau hubungan kami ini juga kamu ketahui. Tapi dia tidak pernah mau menyentuhku kalau ada kamu di rumah. Jadi kalau hal ini kita bicarakan dengan dia, tentu dia akan memakluminya” desak Ratih terus menuntut haknya yang seakan-akan menjadi terhambat dengan keberadaan anaknya Ranti di rumah.

Kendati tidak tampak sedang mengalami perbenturan kepentingan, kedua anak beranak yang selama ini memperoleh kenikmatan birahi dari Sahrul ini nampaknya bersaing dalam memperoleh kenikmatan itu. Apalagi Ratih selaku orang yang diberi hak juga untuk memperoleh kenikmatan itu merasa tidak memperoleh haknya dengan keberadaan anaknya di rumah. Sementara Ranti hampir setiap saat melakukannya dengan Sahrul di depan mata Ratih yang selalu mengintip permainan mereka. Perasaan tersiksa dapat menyaksikan permainan yang menggairahkan namun tidak bisa menikmati itulah yang membuat Ratih merasa perlu membicarakannya dengan anaknya.
“Kalau memang menurut ibu tidak ada salahnya hal ini dibicarakan dengan Bang Sahrul, ya... kita bicarakan saja. Tapi sebelumnya lebih baik masalah ini kita bicarakan dulu dengan ayah” putus Ranti.
“Memang sebaiknya kita bertiga dengan ayahmu dulu yang membahas masalah ini sebelum kita menyampaikannya kepada Sahrul” jawab Ratih cukup merasa puas dengan hasil pembicaraan itu.
Benar saja. Begitu Bandri sampai dirumah, masalah yang menghambat hubungannya dengan Sahrul diadukan Ratih kepada suaminya itu.
“Bukankah Abang mendengar sendiri kalau Sang Ratu, Mayang dan aku tetap memiliki hak dalam kenikmatan bersama Sahrul. Sekarang kesempatanku itu seakan hilang dengan tidak pernahnya Ranti keluar rumah bersama Abang. Aku rasa Sahrul harus diberi pengertian agar dia mau melakukannya denganku walaupun Ranti ada dirumah”
“Aku memaklumi tuntutanmu, Ratih. Tapi yang aku khawatirkan keganjilan ini akan menjadi tanda tanya besar bagi Sahrul yang akhirnya mengambil kesimpulan kalau kehidupan disini tidak normal” kata Bandri mulai menyangsikan kestabilan keputusan Sahrul untuk tetap tinggal di kampung itu walaupun dia sendiri sudah sadar akan adanya kampung dan kehidupannya yang lain, yang dianggapnya sebagai masa lalu baginya.
“Aku juga khawatir hal itu akan menjadi tanda tanya besar bagi Bang Sahrul sehingga dia melihat ketidakwajaran ini. Aku sendiri sebenarnya tidak keberatan sedikitpun akan keinginan ibu memperoleh kenikmatan dari suamiku itu. Aku hanya khawatir kehilangan dia saja” kata Ranti turut menguatkan apa yang baru saja disampaikan ayahnya Bandri.
“Tanpa kita sampaikan secara terbukapun bukankah Sahrul sudah mengetahui keganjilan ini. Dan dia tetap memilih tinggal disini. Bukan hanya memilih Ranti, tapi karena dia juga mempertimbangkan keindahan hidup yang diperoleh dari wanita lain selain istrinya” jawab Ratih masih mencoba untuk memperjuangkan haknya yang sejak menghadap Sang Ratu beberapa hari yang lalu belum juga diperolehnya karena tidak adanya kesempatan keluar rumah anaknya Ranti dan suaminya Bandri.
“Dia masih menganggap hubungan kalian itu hubungan gelap yang tidak diketahui oleh Ranti. Kalau kita sampaikan bahwa dia wajib meladeni dua wanita di rumah ini, apa tidak akan menimbulkan pertanyaan dibenaknya nanti. Mengertilah, Ratih” tegur Bandri berusaha menjinakkan istrinya yang begitu antusias menginginkan diberikannya kesempatan kepadanya.
“Sahrul sudah tahu kalau Ranti juga mengatahui hubungannya denganku. Tidak ada satu alasanpun yang membuat dia merasa aneh karena memang selama ini dia telah menikmatinya” bela Ratih lagi.
“Kalau memang ibu merasa yakin akan adanya pengertian Bang Sahrul atas keinginan kita untuk mengatur jadwal dengan Bang Sahrul, aku tidak ada masalah karena dari permainan ibu itu aku juga akan mendapatkan kekuatan dari ramuan mujarab yang ibu berikan kepada Bang Sahrul”
“Ibu yakin, Nti. Dan kamu tidak perlu khawatir. Kita akan membicarakannya dengan Sahrul sepulang dia dari istana” putus Ratih puas.
Di istana sendiri Sahrul yang minggu lalu telah memainkan permainan panjang dengan Sang Ratu dan Mayang kali ini juga ditahan oleh kedua wanita itu dalam permainan panjang. Hal ini bukan lagi karena  permainan terakhir namun lebih disebabkan wujud kerinduan dan kegembiraan kedua wanita agung ini mendengar Sahrul telah dengan rela kembali ke kampung itu setelah dia tahu akan masa lalu dan kampung halamannya. Semakin bertambahlah cinta dan kemesraan Sang Ratu dan Mayang dalam melayani Sahrul. Sangat berbeda dengan minggu-minggu lalu, nampaknya kedua wanita agung ini telah mencurahkan perasaan cintanya dalam setiap menikmati permainan seks Sahrul.
Sahrul sendiri merasa aneh akan tingkah mesra kedua wanita agung ini karena dia tidak pernah memberitahu perkembangan masalah yang dihadapinya. Namun Sahrul yang sudah biasa berpikir logis semenjak pertama kali dia menemukan jalan masuk itu berusaha untuk tampil apa adanya dalam permaianan itu. Tidak banyak perubahan yang ditunjukkannya dalam melayani kedua wanita itu. Dia sangat menjaga rahasia hatinya sehingga tidak terbaca oleh kedua wanita agung yang memiliki ilmu itu. Dalam hati dia tetap tahu kalau penyebab dari ditahannya dia kali ini adalah karena kedua wanita ini sudah sangat rindu pada dirinya yang hampir-hampir akan meninggalkan kampung itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar