“Tapi bagaimanapun ibu memiliki hak
untuk melakukannya dengan Sahrul sebagaimana yang diputuskan oleh Sang Ratu”
“Apa mungkin Bang Sahrul mau melakukannya dengan ibu
kalau aku sedang dirumah?”
“Itu makanya hal ini harus kita bicarakan dengan
suamimu itu. Dia tahu kalau hubungan kami ini juga kamu ketahui. Tapi dia tidak
pernah mau menyentuhku kalau ada kamu di rumah. Jadi kalau hal ini kita
bicarakan dengan dia, tentu dia akan memakluminya” desak Ratih terus menuntut
haknya yang seakan-akan menjadi terhambat dengan keberadaan anaknya Ranti di
rumah.
Kendati
tidak tampak sedang mengalami perbenturan kepentingan, kedua anak beranak yang
selama ini memperoleh kenikmatan birahi dari Sahrul ini nampaknya bersaing
dalam memperoleh kenikmatan itu. Apalagi Ratih selaku orang yang diberi hak
juga untuk memperoleh kenikmatan itu merasa tidak memperoleh haknya dengan
keberadaan anaknya di rumah. Sementara Ranti hampir setiap saat melakukannya
dengan Sahrul di depan mata Ratih yang selalu mengintip permainan mereka. Perasaan
tersiksa dapat menyaksikan permainan yang menggairahkan namun tidak bisa
menikmati itulah yang membuat Ratih merasa perlu membicarakannya dengan
anaknya.
“Kalau
memang menurut ibu tidak ada salahnya hal ini dibicarakan dengan Bang Sahrul,
ya... kita bicarakan saja. Tapi sebelumnya lebih baik masalah ini kita
bicarakan dulu dengan ayah” putus Ranti.
“Memang
sebaiknya kita bertiga dengan ayahmu dulu yang membahas masalah ini sebelum
kita menyampaikannya kepada Sahrul” jawab Ratih cukup merasa puas dengan hasil
pembicaraan itu.
Benar
saja. Begitu Bandri sampai dirumah, masalah yang menghambat hubungannya dengan
Sahrul diadukan Ratih kepada suaminya itu.
“Bukankah
Abang mendengar sendiri kalau Sang Ratu, Mayang dan aku tetap memiliki hak
dalam kenikmatan bersama Sahrul. Sekarang kesempatanku itu seakan hilang dengan
tidak pernahnya Ranti keluar rumah bersama Abang. Aku rasa Sahrul harus diberi
pengertian agar dia mau melakukannya denganku walaupun Ranti ada dirumah”
“Aku
memaklumi tuntutanmu, Ratih. Tapi yang aku khawatirkan keganjilan ini akan menjadi
tanda tanya besar bagi Sahrul yang akhirnya mengambil kesimpulan kalau
kehidupan disini tidak normal” kata Bandri mulai menyangsikan kestabilan
keputusan Sahrul untuk tetap tinggal di kampung itu walaupun dia sendiri sudah
sadar akan adanya kampung dan kehidupannya yang lain, yang dianggapnya sebagai
masa lalu baginya.
“Aku
juga khawatir hal itu akan menjadi tanda tanya besar bagi Bang Sahrul sehingga
dia melihat ketidakwajaran ini. Aku sendiri sebenarnya tidak keberatan
sedikitpun akan keinginan ibu memperoleh kenikmatan dari suamiku itu. Aku hanya
khawatir kehilangan dia saja” kata Ranti turut menguatkan apa yang baru saja
disampaikan ayahnya Bandri.
“Tanpa
kita sampaikan secara terbukapun bukankah Sahrul sudah mengetahui keganjilan
ini. Dan dia tetap memilih tinggal disini. Bukan hanya memilih Ranti, tapi
karena dia juga mempertimbangkan keindahan hidup yang diperoleh dari wanita
lain selain istrinya” jawab Ratih masih mencoba untuk memperjuangkan haknya
yang sejak menghadap Sang Ratu beberapa hari yang lalu belum juga diperolehnya
karena tidak adanya kesempatan keluar rumah anaknya Ranti dan suaminya Bandri.
“Dia
masih menganggap hubungan kalian itu hubungan gelap yang tidak diketahui oleh
Ranti. Kalau kita sampaikan bahwa dia wajib meladeni dua wanita di rumah ini,
apa tidak akan menimbulkan pertanyaan dibenaknya nanti. Mengertilah, Ratih”
tegur Bandri berusaha menjinakkan istrinya yang begitu antusias menginginkan
diberikannya kesempatan kepadanya.
“Sahrul
sudah tahu kalau Ranti juga mengatahui hubungannya denganku. Tidak ada satu
alasanpun yang membuat dia merasa aneh karena memang selama ini dia telah
menikmatinya” bela Ratih lagi.
“Kalau
memang ibu merasa yakin akan adanya pengertian Bang Sahrul atas keinginan kita
untuk mengatur jadwal dengan Bang Sahrul, aku tidak ada masalah karena dari
permainan ibu itu aku juga akan mendapatkan kekuatan dari ramuan mujarab yang
ibu berikan kepada Bang Sahrul”
“Ibu
yakin, Nti. Dan kamu tidak perlu khawatir. Kita akan membicarakannya dengan Sahrul
sepulang dia dari istana” putus Ratih puas.
Di
istana sendiri Sahrul yang minggu lalu telah memainkan permainan panjang dengan
Sang Ratu dan Mayang kali ini juga ditahan oleh kedua wanita itu dalam
permainan panjang. Hal ini bukan lagi karena
permainan terakhir namun lebih disebabkan wujud kerinduan dan
kegembiraan kedua wanita agung ini mendengar Sahrul telah dengan rela kembali
ke kampung itu setelah dia tahu akan masa lalu dan kampung halamannya. Semakin bertambahlah
cinta dan kemesraan Sang Ratu dan Mayang dalam melayani Sahrul. Sangat berbeda
dengan minggu-minggu lalu, nampaknya kedua wanita agung ini telah mencurahkan
perasaan cintanya dalam setiap menikmati permainan seks Sahrul.
Sahrul
sendiri merasa aneh akan tingkah mesra kedua wanita agung ini karena dia tidak
pernah memberitahu perkembangan masalah yang dihadapinya. Namun Sahrul yang
sudah biasa berpikir logis semenjak pertama kali dia menemukan jalan masuk itu berusaha
untuk tampil apa adanya dalam permaianan itu. Tidak banyak perubahan yang
ditunjukkannya dalam melayani kedua wanita itu. Dia sangat menjaga rahasia
hatinya sehingga tidak terbaca oleh kedua wanita agung yang memiliki ilmu itu. Dalam
hati dia tetap tahu kalau penyebab dari ditahannya dia kali ini adalah karena
kedua wanita ini sudah sangat rindu pada dirinya yang hampir-hampir akan
meninggalkan kampung itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar