Namun
apa yang didapatkan Sahrul dari jawaban yang diberikan Ratih tidak bisa
memuaskan rasa keingintahuannya dan kerinduannya kepada anak-anak hasil
perkawinannya dengan Ranti atau dengan para wanita lain yang dilayaninya.
Karena Ratih yang sudah berjanji kepada Sahrul untuk memberikan jawaban atas
apa saja yang ditanyakan Sahrul itu dalam memberikan jawaban, meskipun benar
kenyataannya, tapi perhatiannya pada jawaban atas pertanyaan itu tidak ada sama
sekali sehingga apa yang diceritakannya datar-datar saja tanpa adanya keinginan
untuk menceritakan segala sesuatu secara lebih mendetail. Tidak seriusnya Ratih
dalam memberikan jawaban yang apa adanya itu disebabkan kondisi birahi Ratih
yang sedang dan
terus menerus memuncak sehingga dia lebih terkonsentrasi pada
upaya pemuasan nafsu birahinya. Tidak diberinya kesempakatan sedikitpun kepada
Sahrul untuk mencerna apa yang diinformasikan Ratih atau apa yang sedang
dipikirkannya sebagai imbal balik dari informasi tersebut. Apalagi
informasi-informasi yang diperoleh Sahrul dari mulut mungil Ratih itu bukan tanpa
imbalan. Bahkan imbalannya sangat menggiurkan dimana Sahrul berjanji untuk
membuat Ratih menggelepar-gelepar dalam merejang kenikmatan yang menderanya
saat berhubungan. Bayaran Sahrul untuk informasi berharga yang diberikan Ratih
sebagai ucapan terimakasih terkadang tanpa diucapkannya Sahrul sering
memberikan permainan ekstra kepada wanita itu. Apalagi apapun yang mereka
bicarakan tidak akan disampaikan Ratih kepada Ranti atau Sang Ratu karena Ratih
sadar sepenuhnya konsekwensi dari disampaikannya perkembangan pikiran Sahrul
tersebut yang hanya akan membuat Sang Ratu mengambil keputusan untuk memberkati
Sahrul sebagai warga tetap kampung tersebut. Penobatan Sahrul sebagai warga
tetap kampung dan suami abadi bagi Ranti tersebut tentu hanya akan membuat Ratih
menderita karena tidak lagi dapat menikmati permainan gila menantunya itu.
Sedangkan
resiko yang akan dihadapinya adalah kalau-kalau Sahrul setelah mendengar cerita
itu langsung saja kabur. Kaburnya Sahrul dari kampung itu juga akan mengakhiri
hari-hari nikmat yang dialami Ratih selama ini. Jadi resiko yang akan
diterimanya adalah sama. Kalau Sahrul tidak kabur dan dinobatkan sebagai warga
tetap kampung itu, Ratih tidak akan dapat lagi kenikmatan yang diterimanya
selama ini. Sebaliknya kalau akibat ceritanya itu membuat Sahrul langsung
kabur, tokh Ratih juga tidak akan mendapatkan apa-apa dari hilangnya Sahrul
tersebut. Maka secara logika ringannya saja Ratih lebih memilih untuk
menceritakannya dengan resiko yang sama, namun spekulasi dari kemungkinan
Sahrul kabur juga sangat kecil menurut keyakinan Ratih kepada pemuda gagah itu.
Apalagi atas cerita-cerita dan informasi penting itu tersedia bonus yang besar
yang membuat Ratih tak sanggup berjalan lurus setelah mendapatkan permainan panjang
yang disertai bonus oleh Sahrul tersebut.
Kurang
puas dengan informasi-informasi mentah yang diterimanya dari Ratih membuat
Sahrul semakin penasaran untuk juga bertanya kepada Ranti, istrinya. Namun jika
dia menanyakannya, tentu Ranti akan curiga akan niat Sahrul meninggalkan
kampung itu. Hal yang sangat ingin ditanyakan Sahrul khususnya adalah masalah
anak-anaknya yang saat ini entah kemana dan berapa jumlah dan siapa-siapa nama
mereka.
Mau tidak
mau apa yang menjadi buah pikiran Sahrul nampak juga dari raut mukanya. Terutama
nampak oleh istrinya yang begitu memberikan perhatian kepadanya sejak Sahrul
mengetahui jalan menuju kampungnya namun tetap tidak meninggalkan Kampung Lubuk
Lungun ini. Tentu saja Ranti begitu kaget melihat perubahan sikap dan keceriaan
suaminya yang tidak bersemangat saat mereka sedang bergumul di ranjang empuk
Ranti.
“Ada
apa, Bang?” tanya Ranti yang begitu merasakan perubahan sikap suaminya itu.
“Ngh?
Tak ada apa-apa. Memangnya ada apa?” kata Sahrul balik bertanya sembari menutupi
perasaannya yang sedang galau dan tidak konsentrasi.
“Rasanya
abang kurang bergairah malam ini. Apakah abang masih memikirkan untuk kembali
ke kampung abang yang nampak di pinggir sungai kemarin itu?” tanya Ranti
memancing reaksi suaminya. Jika suaminya itu mengangguk atau mengiyakan tebakan
Ranti, maka untuk menjaga keamanannya Ranti harus segera melaporkannya kepada
Sang Ratu agar segera saja dilakukan pemberkatan kepada Ranti dan Sahrul. Ditunggunya
reaksi suaminya atas pancingannya tadi.
“Kamu
ini ada-ada saja. Kan sudah abang bilang kalau keluarga abang yang sejati ada
disini. Tak mungkin kan abang masih memikirkan keluarga yang sudah puluhan
tahun abang tinggalkan tersebut. Apalagi abang yakin sekali kalau istri abang
yang dulu di Kampung Lubuk Pisang itu sudah berkeluarga lagi sehingga abangpun
tak akan mungkin untuk memintanya lagi kepada suaminya” jawab Sahrul berusaha
meyakinkan istrinya agar tidak terus-terusan curiga. Sahrul sangat paham kalau
apa yang ditanyakan istrinya tadi merupakan upaya Ranti untuk memancing apakah
Sahrul sedang memikirkan kampung halamannya atau tidak. Dan Sahrul tidak pernah
mau terjebak dan kehilangan ingatan sama sekali kalau Ranti melaporkannya dan
Sang Ratu kemudian melakukan pemberkatan yang sekaligus menjadi sejarah baru
baru bagi Sahrul yang tidak akan pernah lagi meninggalkan kampung itu.
“Lalu...
kenapa abang rasanya kurang bergairah?” tanyanya lagi.
“Mungkin
karena abang terlalu capek di kamar ibu tadi sehingga untuk bernafas saja susah”
Entah
cemburu atau apa, Ranti hanya diam saja mendengar alasan yang dikemukakan
Sahrul. Mungkin juga dia cemburu dalam diam sejenaknya itu. Bagaimana tidak. Selama
ini dilihatnya suaminya itu tidak pernah mengeluhkan kelelahannya dalam
melayani empat wanita cantik di kampung itu. Sekarang justru dia mengeluh
terlalu lelah setelah melayani ibu Ranti sedari kemarin.
“Berarti
pelayanan yang dberikan Bang Sahrul kepada ibu sangat spesial sekali sehingga
aku hanya mendapatkan sisa tenaga dan kelelahannya saja” pikir hati Ranti yang
dirasuki cemburu.
Pak'e,dah lama nian sambungannya kk belum ada,bln lalu sy dr Jkt sampai ke LubukPakam jew...
BalasHapusPlis pak'e... Lanjutin sambunganya, sy stia menunggu part brikutnya
Aku juga menunggu nich dari dataran tinggi dieng..
BalasHapus