Jumat, 31 Maret 2017

Penganten Rang Bunian (Part 60)



Namun apa yang didapatkan Sahrul dari jawaban yang diberikan Ratih tidak bisa memuaskan rasa keingintahuannya dan kerinduannya kepada anak-anak hasil perkawinannya dengan Ranti atau dengan para wanita lain yang dilayaninya. Karena Ratih yang sudah berjanji kepada Sahrul untuk memberikan jawaban atas apa saja yang ditanyakan Sahrul itu dalam memberikan jawaban, meskipun benar kenyataannya, tapi perhatiannya pada jawaban atas pertanyaan itu tidak ada sama sekali sehingga apa yang diceritakannya datar-datar saja tanpa adanya keinginan untuk menceritakan segala sesuatu secara lebih mendetail. Tidak seriusnya Ratih dalam memberikan jawaban yang apa adanya itu disebabkan kondisi birahi Ratih yang sedang dan
terus menerus memuncak sehingga dia lebih terkonsentrasi pada upaya pemuasan nafsu birahinya. Tidak diberinya kesempakatan sedikitpun kepada Sahrul untuk mencerna apa yang diinformasikan Ratih atau apa yang sedang dipikirkannya sebagai imbal balik dari informasi tersebut. Apalagi informasi-informasi yang diperoleh Sahrul dari mulut mungil Ratih itu bukan tanpa imbalan. Bahkan imbalannya sangat menggiurkan dimana Sahrul berjanji untuk membuat Ratih menggelepar-gelepar dalam merejang kenikmatan yang menderanya saat berhubungan. Bayaran Sahrul untuk informasi berharga yang diberikan Ratih sebagai ucapan terimakasih terkadang tanpa diucapkannya Sahrul sering memberikan permainan ekstra kepada wanita itu. Apalagi apapun yang mereka bicarakan tidak akan disampaikan Ratih kepada Ranti atau Sang Ratu karena Ratih sadar sepenuhnya konsekwensi dari disampaikannya perkembangan pikiran Sahrul tersebut yang hanya akan membuat Sang Ratu mengambil keputusan untuk memberkati Sahrul sebagai warga tetap kampung tersebut. Penobatan Sahrul sebagai warga tetap kampung dan suami abadi bagi Ranti tersebut tentu hanya akan membuat Ratih menderita karena tidak lagi dapat menikmati permainan gila menantunya itu.
Sedangkan resiko yang akan dihadapinya adalah kalau-kalau Sahrul setelah mendengar cerita itu langsung saja kabur. Kaburnya Sahrul dari kampung itu juga akan mengakhiri hari-hari nikmat yang dialami Ratih selama ini. Jadi resiko yang akan diterimanya adalah sama. Kalau Sahrul tidak kabur dan dinobatkan sebagai warga tetap kampung itu, Ratih tidak akan dapat lagi kenikmatan yang diterimanya selama ini. Sebaliknya kalau akibat ceritanya itu membuat Sahrul langsung kabur, tokh Ratih juga tidak akan mendapatkan apa-apa dari hilangnya Sahrul tersebut. Maka secara logika ringannya saja Ratih lebih memilih untuk menceritakannya dengan resiko yang sama, namun spekulasi dari kemungkinan Sahrul kabur juga sangat kecil menurut keyakinan Ratih kepada pemuda gagah itu. Apalagi atas cerita-cerita dan informasi penting itu tersedia bonus yang besar yang membuat Ratih tak sanggup berjalan lurus setelah mendapatkan permainan panjang yang disertai bonus oleh Sahrul tersebut.
Kurang puas dengan informasi-informasi mentah yang diterimanya dari Ratih membuat Sahrul semakin penasaran untuk juga bertanya kepada Ranti, istrinya. Namun jika dia menanyakannya, tentu Ranti akan curiga akan niat Sahrul meninggalkan kampung itu. Hal yang sangat ingin ditanyakan Sahrul khususnya adalah masalah anak-anaknya yang saat ini entah kemana dan berapa jumlah dan siapa-siapa nama mereka.
Mau tidak mau apa yang menjadi buah pikiran Sahrul nampak juga dari raut mukanya. Terutama nampak oleh istrinya yang begitu memberikan perhatian kepadanya sejak Sahrul mengetahui jalan menuju kampungnya namun tetap tidak meninggalkan Kampung Lubuk Lungun ini. Tentu saja Ranti begitu kaget melihat perubahan sikap dan keceriaan suaminya yang tidak bersemangat saat mereka sedang bergumul di ranjang empuk Ranti.
“Ada apa, Bang?” tanya Ranti yang begitu merasakan perubahan sikap suaminya itu.
“Ngh? Tak ada apa-apa. Memangnya ada apa?” kata Sahrul balik bertanya sembari menutupi perasaannya yang sedang galau dan tidak konsentrasi.
“Rasanya abang kurang bergairah malam ini. Apakah abang masih memikirkan untuk kembali ke kampung abang yang nampak di pinggir sungai kemarin itu?” tanya Ranti memancing reaksi suaminya. Jika suaminya itu mengangguk atau mengiyakan tebakan Ranti, maka untuk menjaga keamanannya Ranti harus segera melaporkannya kepada Sang Ratu agar segera saja dilakukan pemberkatan kepada Ranti dan Sahrul. Ditunggunya reaksi suaminya atas pancingannya tadi.
“Kamu ini ada-ada saja. Kan sudah abang bilang kalau keluarga abang yang sejati ada disini. Tak mungkin kan abang masih memikirkan keluarga yang sudah puluhan tahun abang tinggalkan tersebut. Apalagi abang yakin sekali kalau istri abang yang dulu di Kampung Lubuk Pisang itu sudah berkeluarga lagi sehingga abangpun tak akan mungkin untuk memintanya lagi kepada suaminya” jawab Sahrul berusaha meyakinkan istrinya agar tidak terus-terusan curiga. Sahrul sangat paham kalau apa yang ditanyakan istrinya tadi merupakan upaya Ranti untuk memancing apakah Sahrul sedang memikirkan kampung halamannya atau tidak. Dan Sahrul tidak pernah mau terjebak dan kehilangan ingatan sama sekali kalau Ranti melaporkannya dan Sang Ratu kemudian melakukan pemberkatan yang sekaligus menjadi sejarah baru baru bagi Sahrul yang tidak akan pernah lagi meninggalkan kampung itu.
“Lalu... kenapa abang rasanya kurang bergairah?” tanyanya lagi.
“Mungkin karena abang terlalu capek di kamar ibu tadi sehingga untuk bernafas saja susah”
Entah cemburu atau apa, Ranti hanya diam saja mendengar alasan yang dikemukakan Sahrul. Mungkin juga dia cemburu dalam diam sejenaknya itu. Bagaimana tidak. Selama ini dilihatnya suaminya itu tidak pernah mengeluhkan kelelahannya dalam melayani empat wanita cantik di kampung itu. Sekarang justru dia mengeluh terlalu lelah setelah melayani ibu Ranti sedari kemarin.
“Berarti pelayanan yang dberikan Bang Sahrul kepada ibu sangat spesial sekali sehingga aku hanya mendapatkan sisa tenaga dan kelelahannya saja” pikir hati Ranti yang dirasuki cemburu.

2 komentar:

  1. Pak'e,dah lama nian sambungannya kk belum ada,bln lalu sy dr Jkt sampai ke LubukPakam jew...
    Plis pak'e... Lanjutin sambunganya, sy stia menunggu part brikutnya

    BalasHapus
  2. Aku juga menunggu nich dari dataran tinggi dieng..

    BalasHapus