“Aku
tak ingin informasi yang dibocorkan melalui aku akan menjadi bumerang bagiku
yang akhirnya menghilangkan hakku untuk memperoleh kenikmatan darimu” tolak
Ratih ditengah kecemasannya akan ancaman kehilangan kesempatan bermesraan
dengan Sahrul.
“Aku
tidak meminta informasi itu secara cuma-cuma darimu. Setiap informasi yang kamu
berikan akan aku ganti dengan pelayanan tambahan yang benar-benar membuatmu
terbuai” pancing Sahrul. Apalagi dilihatnya Ratih hampir saja meregang untuk
yang kesekian kalinya karena tak kuasa menahan gejolak birahinya yang mau
keluar bersamaan dengan gerakan-gerakan erotis yang dilakukan Sahrul.
Demi
mendengar bonus yang akan diterimanya berupa pelayanan seks dan kenikmatan yang
lebih dari biasanya itu, secara spontan Ratih mencapai orgasmenya sehingga
dengan regangan kuat ditubuhnya, dia meremas rambut Sahrul sampai tak beraturan
lagi.
“Aku...
aku keluar. Oh... baiklah. Aku akan memenuhi permintaanmu asal saja kamu
menepati janjimu untuk memberikan kenikmatan puncak padaku seperti sekarang
ini” jawab Ratih disela engahan nafasnya yang memburu.
Sahrul
hanya tersenyum kecil melihat pancingannya kali ini berhasil. Apalagi
dilihatnya Ratih begitu menikmati orgasmenya kali ini yang betul-betul membuat
dia menerawang sampai ke langit. Untuk sementara, Sahrul tidak perlu merasa khawatir
akan informasi yang akan diterimanya
menyangkut keberadaannya di mata Sang Ratu, Mayang atau Ranti yang selama ini
selalu dirahasiakan terhadapnya.
Cerita-cerita
yang didengar Sahrul dari Ratih tentang siapa dirinya sebenarnya, kendati tidak
diperhatikannya, namun telah membuat Sahrul semakin lama semakin berpikir
tentang siapa dirinya sebenarnya. Tidak pernah terpikir olehnya kenapa dia
sampai disini, dan dari mana awal mula dia kenal dan menetap di kampung itu.
Lama
berpikir tentang keadaan dikampung halamannya, membuat Sahrul semakin lama
semakin sadar bahwa berbagai keanehan telah dan sedang dilakukannya. Baru dia
ingat kalau selama ini di kampung halamannya tidak pernah berlaku hukum yang
didasarkan pada keputusan penguasa semata. Bahkan di kampung halamannya selama
ini dia tidak pernah mengetahui adanya jabatan dengan kekuasaan besar
sebagaimana halnya yang dimiliki oleh Sang Ratu. Tidak hanya memiliki kekuasaan
untuk memimpin kaumnya, Sang Ratu juga dilihatnya memiliki pengaruh yang
membuat dia dijadikan sesembahan kaum yang tinggal di kampung itu, sedang di
kampung Lubuk Pisang sendiri yang diketahuinya selama ini dan baru saja
disadarinya jabatan yang cukup disegani hanyalah jabatan Datuk dan Wali Nagari.
Itupun bukan berarti mereka berhak menentukan hidup mati anak kemenakan dan
kaumnya. Kendati jabatan mereka tinggi, Datuk dan Wali Nagari yang dipilih
berdasarkan kesepakatan adat atau pemilihan, biasanya bersikap demokratis dan
dapat dibantah kalau memang dirasa tidak sesuai dengan kaidah dan aturan adat
di Kampung Lubuk Pisang. Sedang kekuasaan yang dimiliki Sang Ratu seakan tidak
terbatas dan dianggap sebagai dewa yang memiliki hak untuk menentukan baik
buruk, hidup mati dan hitam putihnya nasib warganya di Kampung Lubuk Lungun.
Keganjilan
lain yang mulai dirasakan Sahrul adalah kenyataan kalau dirinya selama ini
hanya bertugas memuaskan nafsu birahi para wanita cantik di kampung itu, baik
itu Ranti selaku istrinya sendiri, Sang Ratu sebagai wujud pengabdiannya,
Mayang sebagai bonus dari pengabdian itu dan terakhir hak untuk mendapatkan
kenikmatan juga diperoleh Ratih yang nyata-nyata adalah mertuanya sendiri. Semakin
dipikirkannya, kepala Sahrul semakin pusing. Bahkan dia merasa geli sendiri
membayangkan kalau selama ini dia selalu dijadikan pemuas nafsu birahi para
wanita itu. Tidak ada istilah malu kepada orang lain di kaum itu yang harus
dirasakannya.
Dirunutnya
kembali, kalau selama ini dia juga sebenarnya memiliki anak yang banyak. Baik itu
dari Ranti, istrinya sendiri, Sang Ratu, Mayang bahkan dari Ratihpun dia
sebenarnya memiliki anak. Hanya saja selama ini dia tidak pernah peduli akan
keadaan anak-anaknya dari empat ibu cantik itu. Tidak pernah pula
diperhatikannya kemana anak-anaknya dan sudah sebesar-besar apa mereka sekarang.
Tidak adanya kepedulian Sahrul selama ini kepada anak-anaknya semata-mata
disebabkan pengaruh rangsangan birahi yang selalu dirasakannya yang membuat dia
setiap hari hanya memikirkan bagaimana caranya mencapai kenikmatan yang prima
tanpa memikirkan apa yang harus dikerjakannya untuk membiayai keluarganya dan
untuk masa depan anak-anaknya. Memang selama ini dia selalu memperoleh makanan
yang disediakan oleh istrinya, tetapi tidak pernah sedikitpun dia bertanya dari
mana makanan itu dan kenapa istrinya tidak pernah menuntut biaya untuk
keperluan rumah tangga mereka. Yang ada dibenaknya selama ini hanyalah
masalah-masalah seks dan pemuasan birahi tanpa memikirkan kebutuhan hidup. Apalagi
selama ini baik istri maupun mertuanya tidak pernah mengeluhkan biaya hidup
mereka. Apalagi selama ini mertuanya juga ikut menyibukkan dirinya dalam
mencapai puncak kenikmatan hidup. Lama memikirkan keganjilan-keganjilan yang
dialami di kampung itu membuat Sahrul semakin ingat akan kampung halamannya. Apalagi
setiap keganjilan yang mulai disadarinya gitu dirasakannya, bayangan kehidupan
dikampung halamannya yang jelas-jelas kontradiktif semakin jelas dalam
ingatannya. Namun untuk memperlihatkan keheranannya atas keganjilan-keganjilan
itu tidak memungkinkan bagi Sahrul. Bagaimanapun juga dia harus bersikap wajar
dan seakan tidak memikirkan sesuatu agar orang-orang disekitarnya tidak
mencurigainya. Minimal sampai dia benar-benar yakin akan keputusan yang harus
diambilnya, apakah akan pulang ke kampung halamannya atau akan memilih untuk
menetap di kampung itu.
Lambat
laun, kejanggalan dalam menjalani hidup yang dialaminya membuat Sahrul semakin
mengerti akan hal-hal yang mulai
dianggapnya bertolak belakang dengan kondisi dan aturan hidup di kampung halamannya.
Alangkah terbuainya hidupnya selama ini dalam kenikmatan yang tak
habis-habisnya sehingga dia tidak pernah berpikir kalau dia memiliki anak yang
banyak dari keempat wanita itu, yang entah kapan melahirkan dan membesarkan
anak, yang jelas selalu siap untuk melayani permainan Sahrul setelah persalinan
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar