Selasa, 21 Maret 2017

Penganten Rang Bunian (Part 56)



Sejak diaturnya jadwal pelayanan yang harus diberikan Sahrul kepada kedua wanita di rumah itu, ditambah dengan pelayanan dalam bentuk pengabdian yang harus dilakukannya di istana terhadap Sang Ratu dan Mayang membuat hari-hari yang dilalui Sahrul bertambah sibuk dan tidak lagi memiliki waktu untuk melamun ataupun memikirkan nasib Siti istrinya di Kampung Lubuk Pisang. Tidak henti-hentinya dia harus melayani keempat wanita cantik seakan pekerjaan berikutnya telah menunggu lama kesempatan yang akan diberikan Sahrul dalam pelayanan seks.

Namun dalam keterlenaannya berada dalam pelukan dan cumbu rayu wanita cantik itu terkadang rasa penasaran dihatinya atas penjelasan Ratih beberapa waktu yang  lalu tentang rencana upacara pemberkatan dirinya menjadi suami Ranti yang abadi semakin besar. Tak dapat menahan rasa penasaran dihatinya, dalam suatu kencan yang sangat hangat Sahrul mencoba kembali memancing Ratih untuk memberikan sedikit keterangan tentang rencana pemberkatan yang tidak juga jadi itu. Padahal hari yang ditunggu yakni dimana bulan purnama sedang penuh sudah beberapa hari pula terlewatkan. Atas pertanyaan Sahrul nampaknya Ratih sudah mulai berhati-hati sehingga tidak mau memberikan keterangan karena dia sudah diamanatkan oleh Mayang untuk tidak membuka mulut sedikitpun tentang rencana pemberkatan yang tidak jadi itu. Namun akal-akalan yang telah disiapkan Sahrul tentunya lebih siap lagi. Melihat Ratih begitu tertutup, dengan sedikit menggantung permainan disaat Ratih akan meregang kenikmatan, membuat Ratih merajuk dan terpaksa membeberkan rencana pemberkatan yang tertunda itu.
“Memang Sang Ratu memberi kesempatan untuk melihat perkembangan sikapmu tentang keinginanmu untuk kembali ke kampung halamanmu meninggalkan kami semua” katanya tanpa sadar karena keinginannya yang kuat atas kenikmatan yang sengaja digantung Sahrul itu.
“Kok aneh-aneh saja kekhawatiran kalian itu. Bukankah aku sudah bilang bahwa hidup dan keluargaku disini. Mana mungkin aku akan meninggalkan kampung ini dengan adanya kalian berempat yang membuat aku begitu terlena dalam hidup yang penuh kenikmatan ini. Terutama kenikmatan darimu, Ratih” jawab Sahrul.
“Aku juga yakin, Rul. Kalau kamu akan memilih tetap tinggal disini. Apalagi kamu didampingi oleh wanita-wanita cantik seperti Sang Ratu, Ranti dan Mayang”
“Terutama kamu. Permainanmu sangat menggairahkan. Aku tak akan mampu melupakannya” rayu Sahrul enteng. “Aku sangat berterimakasih kepadamu atas keterangan kamu tentang rencana pemberkataanku tempo hari yang akhirnya membuat aku tahu akan kampung halamanku namun tetap memilih tinggal disini. Kalau kamu tak memberi tahu aku waktu itu mungkin sekarang aku sudah diberkati menjadi suami Ranti yang abadi dan kita tidak bisa begini lagi” tambahnya yang membuat Ratih merasa terbuai akan rayuan maut menantunya itu.
“Aku sangat bahagia atas kesediaanmu melakukannya walaupun istrimu ada dirumah” jawab Ratih ditengah keharuannya itu.
“Lalu... apa yang akan Sang Ratu lakukan kalau aku tetap pada pendirianku untuk tinggal disini hingga purnama penuh mendatang?”
“Kamu tidak akan lagi diberkati menjadi suami Ranti yang abadi karena dianggap telah tunduk dengan peraturan di kampung ini atas kesadaranmu sendiri”
“Sebenarnya enak mungkin ya... kalau aku diberkati saja menjadi suami Ranti yang abadi?” pancing Sahrul yang tentu saja membuat Ratih cemberut. Tak sanggup katanya dia jika membayangkan kekasih hatinya itu akan menjadi menantunya yang abadi. Yang berarti pula dia tidak akan dapat lagi memperoleh kenikmatan  panjang sebagaimana biasanya.
“Kamu jangan pernah berpikir untuk lari dari aku. Aku begitu menyayangi dan membutuhkan kamu” pinta Ratih cemas atas canda Sahrul yang dianggapnya keterlaluan itu.
“Aku tidak akan melepaskanmu. Begitu juga dengan Ranti dan kenikmatan bercinta di istana yang membuatku tidak akan pernah berpikir meninggalkan semua itu”
Kedua insan itu larut dalam kemesraan seakan pembicaraan tadi akan terjadi, yang membuat mereka takut satu sama lain akan berpisah. Namun rencana Sahrul untuk memancing Ratih guna memperoleh informasi tentang rencana Sang Ratu melakukan pemberkatan terhadap dirinya tetap disimpannya.
“Ratih. Aku punya satu permintaan kepadamu yang tak mungkin akan aku dapatkan dari Ranti, Sang Ratu maupun Mayang. Tapi permintaanku ini juga demi kalian semua”
“Apa itu? Kok kedengarannya sangat serius?”
“Kamu kan tahu kalau kita bisa menikmati hubungan seperti saat ini karena aku dapat informasi dari kamu tentang rencana pemberkatanku sebagai warga tetap kampung ini sehingga aku tahu tentang kampung halamanku. Nyatanya aku memilih untuk tidak kembali ke kampungku karena aku masih memilikirkan dirimu”
“Jadi, maksudnya....”
“Aku ingin kamu memberitahuku setiap infromasi apapun yang kau dengar menyangkut aku. Apalagi kalau hal itu menyangkut kelangsungan hidupku di kampung ini. Jangan ada yang kau sembunyikan karena kita berdua juga yang akan rugi nantinya” bujuk Sahrul ditengah belaian tangannya yang semakin menimbulkan rangsangan birahi Ratih.
“Aku tak bisa, Rul. Karena nampaknya Mayang sudah mengetahui kalau aku sering kelepasan bicara  denganmu menyangkut masalah apapun juga”
“Mayang tidak mengetahui apapun. Dia hanya menerka saja. Dan kebetulan pula kamu merasa disindir dan merasa bersalah” kata Sahrul berusaha mempengaruhi Ratih yang hampir mencapai puncak kenikmatan itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar