Sejak
diaturnya jadwal pelayanan yang harus diberikan Sahrul kepada kedua wanita di
rumah itu, ditambah dengan pelayanan dalam bentuk pengabdian yang harus
dilakukannya di istana terhadap Sang Ratu dan Mayang membuat hari-hari yang
dilalui Sahrul bertambah sibuk dan tidak lagi memiliki waktu untuk melamun
ataupun memikirkan nasib Siti istrinya di Kampung Lubuk Pisang. Tidak
henti-hentinya dia harus melayani keempat wanita cantik seakan pekerjaan
berikutnya telah menunggu lama kesempatan yang akan diberikan Sahrul dalam
pelayanan seks.
Namun
dalam keterlenaannya berada dalam pelukan dan cumbu rayu wanita cantik itu
terkadang rasa penasaran dihatinya atas penjelasan Ratih beberapa waktu
yang lalu tentang rencana upacara
pemberkatan dirinya menjadi suami Ranti yang abadi semakin besar. Tak dapat menahan
rasa penasaran dihatinya, dalam suatu kencan yang sangat hangat Sahrul mencoba
kembali memancing Ratih untuk memberikan sedikit keterangan tentang rencana
pemberkatan yang tidak juga jadi itu. Padahal hari yang ditunggu yakni dimana
bulan purnama sedang penuh sudah beberapa hari pula terlewatkan. Atas
pertanyaan Sahrul nampaknya Ratih sudah mulai berhati-hati sehingga tidak mau
memberikan keterangan karena dia sudah diamanatkan oleh Mayang untuk tidak
membuka mulut sedikitpun tentang rencana pemberkatan yang tidak jadi itu. Namun
akal-akalan yang telah disiapkan Sahrul tentunya lebih siap lagi. Melihat Ratih
begitu tertutup, dengan sedikit menggantung permainan disaat Ratih akan
meregang kenikmatan, membuat Ratih merajuk dan terpaksa membeberkan rencana
pemberkatan yang tertunda itu.
“Memang
Sang Ratu memberi kesempatan untuk melihat perkembangan sikapmu tentang
keinginanmu untuk kembali ke kampung halamanmu meninggalkan kami semua” katanya
tanpa sadar karena keinginannya yang kuat atas kenikmatan yang sengaja
digantung Sahrul itu.
“Kok
aneh-aneh saja kekhawatiran kalian itu. Bukankah aku sudah bilang bahwa hidup
dan keluargaku disini. Mana mungkin aku akan meninggalkan kampung ini dengan
adanya kalian berempat yang membuat aku begitu terlena dalam hidup yang penuh
kenikmatan ini. Terutama kenikmatan darimu, Ratih” jawab Sahrul.
“Aku
juga yakin, Rul. Kalau kamu akan memilih tetap tinggal disini. Apalagi kamu
didampingi oleh wanita-wanita cantik seperti Sang Ratu, Ranti dan Mayang”
“Terutama
kamu. Permainanmu sangat menggairahkan. Aku tak akan mampu melupakannya” rayu
Sahrul enteng. “Aku sangat berterimakasih kepadamu atas keterangan kamu tentang
rencana pemberkataanku tempo hari yang akhirnya membuat aku tahu akan kampung
halamanku namun tetap memilih tinggal disini. Kalau kamu tak memberi tahu aku
waktu itu mungkin sekarang aku sudah diberkati menjadi suami Ranti yang abadi
dan kita tidak bisa begini lagi” tambahnya yang membuat Ratih merasa terbuai
akan rayuan maut menantunya itu.
“Aku
sangat bahagia atas kesediaanmu melakukannya walaupun istrimu ada dirumah”
jawab Ratih ditengah keharuannya itu.
“Lalu...
apa yang akan Sang Ratu lakukan kalau aku tetap pada pendirianku untuk tinggal
disini hingga purnama penuh mendatang?”
“Kamu
tidak akan lagi diberkati menjadi suami Ranti yang abadi karena dianggap telah
tunduk dengan peraturan di kampung ini atas kesadaranmu sendiri”
“Sebenarnya
enak mungkin ya... kalau aku diberkati saja menjadi suami Ranti yang abadi?”
pancing Sahrul yang tentu saja membuat Ratih cemberut. Tak sanggup katanya dia
jika membayangkan kekasih hatinya itu akan menjadi menantunya yang abadi. Yang
berarti pula dia tidak akan dapat lagi memperoleh kenikmatan panjang sebagaimana biasanya.
“Kamu
jangan pernah berpikir untuk lari dari aku. Aku begitu menyayangi dan membutuhkan
kamu” pinta Ratih cemas atas canda Sahrul yang dianggapnya keterlaluan itu.
“Aku
tidak akan melepaskanmu. Begitu juga dengan Ranti dan kenikmatan bercinta di
istana yang membuatku tidak akan pernah berpikir meninggalkan semua itu”
Kedua
insan itu larut dalam kemesraan seakan pembicaraan tadi akan terjadi, yang
membuat mereka takut satu sama lain akan berpisah. Namun rencana Sahrul untuk
memancing Ratih guna memperoleh informasi tentang rencana Sang Ratu melakukan
pemberkatan terhadap dirinya tetap disimpannya.
“Ratih.
Aku punya satu permintaan kepadamu yang tak mungkin akan aku dapatkan dari
Ranti, Sang Ratu maupun Mayang. Tapi permintaanku ini juga demi kalian semua”
“Apa
itu? Kok kedengarannya sangat serius?”
“Kamu
kan tahu kalau kita bisa menikmati hubungan seperti saat ini karena aku dapat
informasi dari kamu tentang rencana pemberkatanku sebagai warga tetap kampung
ini sehingga aku tahu tentang kampung halamanku. Nyatanya aku memilih untuk tidak
kembali ke kampungku karena aku masih memilikirkan dirimu”
“Jadi,
maksudnya....”
“Aku
ingin kamu memberitahuku setiap infromasi apapun yang kau dengar menyangkut
aku. Apalagi kalau hal itu menyangkut kelangsungan hidupku di kampung ini. Jangan
ada yang kau sembunyikan karena kita berdua juga yang akan rugi nantinya” bujuk
Sahrul ditengah belaian tangannya yang semakin menimbulkan rangsangan birahi
Ratih.
“Aku
tak bisa, Rul. Karena nampaknya Mayang sudah mengetahui kalau aku sering
kelepasan bicara denganmu menyangkut
masalah apapun juga”
“Mayang
tidak mengetahui apapun. Dia hanya menerka saja. Dan kebetulan pula kamu merasa
disindir dan merasa bersalah” kata Sahrul berusaha mempengaruhi Ratih yang
hampir mencapai puncak kenikmatan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar