Sabtu, 08 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 45)


Ratih yang sebenarnya sudah sangat sering melakukan permainan yang hebat dengan Sahrul tetap saja terangsang hebat melihat aksi anak dan menantunya itu. Ingin sekali dia turut serta dalam permainan itu. Sedang untuk melakukannya dengan suaminya jelas tidak mungkin karena Bandri sebagaimana halnya lelaki umumnya dalam kaum mereka tidak memiliki kemampuan bertahan yang cukup lama dalam permainan seks. Bahkan yang membuat Ratih tidak berminat melakukannya dengan suaminya karena Bandri sangat sering mengecewakannya. Belum sempat Ratih membuka seluruh pakaiannya, biasanya Bandri sudah sampai pada pucak kenikmatannya tanpa sempat melakukan permainan dengan istrinya itu.

Kamis, 06 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 44)



“Keputusan Sang Ratu untuk menjadikan Bang Sahrul sebagai warga tetap kampung kita dan menjadi kaum kita. Dia pasti akan sangat gembira”
“Jangan, Ranti. Jangan sekali-kali kamu mendahului pemberkatan yang akan diberikan Sang Ratu kepada suamimu. Kalau sampai dia tahu akan diberi pemberkatan menjadi warga tetap pasti dia akan bertanya-tanya statusnya selama ini. Hal ini akan memulihkan ingatannya bahwa dia bukan kaum kita. Tentu dia akan bertanya dimana kampungnya yang akhirnya akan membawa dia pada kesadaran bahwa dia punya kampung lain selain disini”.
“Benar juga ya, Yah. Untung ayah mengingatkanku. Kalau saja aku menyampaikan berita gembira ini sebelum Sang Ratu memberkatinya, bisa-bisa aku justru akan kehilangan dia selama-lamanya sebelum pemberkatan di bulan punama dilakukan” jawab Ranti seakan baru menyadari kekeliruan yang hampir saja diperbuatnya yang dapat berakibat fatal bagi kehidupannya selanjutnya.

Senin, 03 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 43)



Hari yang dinanti-nanti Ranti dan Bandri akhirnya datang juga dimana dia dapat kesempatan untuk bertemu dengan Sang Ratu guna melaporkan kejadian yang sudah mulai tidak bisa dikendalikannya.
“Mohon ampun, Sang Ratu. Kami telah berusaha untuk menutup jalan masuk itu dari ingatan Sahrul. Namun jalan itu seakan tak mau lagi menutup. Bahkan kalau kami tidak mencegahnya, jalan itu semakin terbuka lebar karena Sahrul selalu memusatkan pikirannya ke arah jalan itu” kata Bandri melaporkan situasi yang dihadapinya. Memang sengaja melapor pada hari itu karena kemarin Sahrul sudah datang ke istana guna melakukan pengabdian kepada Sang Ratu. Tentu saat ini Sahrul tengah melakukan pengabdian kepada Mayang sehingga Sang Ratu bisa ditemui tanpa ketahuan oleh Sahrul.

Penganten Rang Bunian (Part 42)



Begitu dapat menguasai dirinya, Sahrul mengendap-endap meninggalkan tempat itu. Tak diduganya kalau malam ini tujuannya yang tulus untuk membantu istri dan mertuanya ternyata harus berubah seiring perkembangan pengetahuannya akan maksud kedua orang itu yang sama sekali tak dimengerti olehnya. Dengan berjalan gontai Sahrul terus memikirkan ucapan-ucapan Ranti dan Bandri tadi.
“Kekuatan pikiran? Ingatan? Jalan masuk? Kampung halaman? Apa ini?” tanyanya tak habis pikir.

Minggu, 02 Agustus 2015

Penganten Rang Bunian (Part 41)



Setelah memastikan kalau Ratih sudah benar-benar tidur, Sahrul beranjak perlahan dari ranjang yang sudah kusut masai tak berbentuk itu. Diraihnya pakaiannya untuk dibawa keluar. Bagaimanapun dia tidak ingin gerakannya akan membangunkan Ratih.
Usai mengenakan pakaiannya diluar, Sahrul segera berlalu dari rumah itu menuju jalan yang membuat dia penasaran. Tak lain tujuannya kali ini adalah untuk melihat apakah Ranti dan Bandri masih bekerja di jalan itu. Kalau memang mereka masih bekerja disana, Sahul berniat untuk membantunya. Tak mungkin rasanya bagi dia untuk membiarkan istrinya menghadapi masalah seorang diri tanpa dibantu. Bisa tidaknya dia membantu nanti, yang jelas dia ingin menunjukkan itikad baiknya untuk membantu.

Penganten Rang Bunian (Part 40)



“Apa yang sebenarnya sedang dilakukan istri dan mertuaku itu. Kenapa mereka selama ini mengatakan kalau jalan itu tidak ada. Tapi justru jalan itu sangat besar ketika mereka bersemedi disana. Sedangkan siang harinya aku lihat jalan itu semakin menghilang saja karena tidak pernah lagi aku siangi” pikirnya.
Dicobanya kembali memeras otaknya yang pas-pasan dan sudah mengalami pengurangan kemampuan semenjak dia hanya memikirkan hal-hal yang berbau seks dan pelayanan seks kepada empat orang wanita tercantik dikampung itu.
“Aku rasa ada kaitannya antara jalan yang mereka bantah itu dengan dijemputnya aku setiap pulang dari istana. Pasti mereka tidak ingin aku mengetahui adanya jalan itu. Tapi kenapa? Dan jalan apa itu yang membuat mereka sangat ketakutan kalau aku mengetahuinya? Bahkan Mayang sendiri juga pernah melarangku untuk memikirkan hal-hal yang lain” pikirnya terus menerus.