Senin, 07 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 47)



Sebagaimana biasa, hari itu Sahrul kembali berangkat ke istana untuk melakukan pengabdian yang setiap minggu dilakukannya pada Sang Ratu dan Mayang. Dengan wajah ceria seperti biasa, Ranti melepas kepergian suaminya yang akan melakukan pengabdian kepada junjungan mereka. Tidak tampak perubahan diraut muka Ranti yang cantik itu akan kepergian suaminya kali ini. Bagaimanapun juga dia harus tetap bersikap biasa-biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan Sahrul. Apalagi waku untuk menghapus kemungkinan Sahrul mengingat semua masa lalunya tinggal beberapa hari lagi. Usai pemberkatan Sahrul sebagai suami abadinya nanti, tentu Sahrul tidak akan pernah lagi memiliki kesempatan  untuk memikirkan kampung halaman dan asal usulnya karena Sang Ratu telah campur tangan dengan menghilangkan kenangan masa lalu di benak Sahrul yang selama ini masih juga tertutupi. Dengan adanya pemberkatan itu nantinya, pikiran dan kenangan masa lalu yang ada di benak Sahrul bukan lagi ditutupi secara magic, namun akan dibuang oleh Sang Ratu agar tidak ada satu halpun yang akan mengingatkannya untuk mengingat kampung halaman dan masa lalunya yang masih kabur.

Di kediaman Mayang, sebelum Sahrul melakukan pengabdian kepad Sang Ratu, seperti biasanya Mayang memijitinya agar memiliki  tenaga dan stamina yang prima dalam meladeni permainan Sang Ratu. Tentu saja Mayang tidak ingin Sang Ratu kecewa akan pelayanan yang diberikan Sahrul nantinya. Itu makanya Mayang selalu memijiti Sahrul setap dia akan memulai permainan dengan Sang Ratu. Baru setelah itu sisa-sisa permainan akan dituntaskan oleh Mayang dalam permainan panas antara dia dan Sahrul.
Kendati kegiatan ini berlangsung setiap saat sebelum  Sahrul melakukan pengabdiannya kepada Sang Ratu, namun yang janggal kali ini adalah lama dan seriusnya Mayang memijit Sahrul sehingga beberapa kali Sahrul tidak mampu menahan gejolak birahi yang seakan mau keluar dan berputar-putar di pinggangnya. Sedangkan untuk melampiaskan sementara kepada Mayang  terlebih dahulu, tentu saja tidak diizinkan oleh Mayang karena kegarangan rangsangan pertama yang diciptakannya ini adalah hak Sang Ratu.
“Tidak seperti biasanya, Mayang. Kenapa kali ini pijatanmu sangat berbeda dan terlalu penuh sehingga rasa-rasanya anuku mau patah” tanyanya heran.
“Ini adalah kesempatan istimewa Sang Ratu yang harus kamu layani secara maksimal” jawabnya.
“Maksudnya?”
“Ini rahasia Sang Ratu yang tidak boleh kamu ketahui. Yang jelas kali ini Sang Ratu sangat menginginkan permainan panjang dari kamu. Untuk itu kamu harus mampu menaklukan kebinalan Sang Ratu”
Tanpa banyak tanya lagi, Sahrul telah siap untuk melayani permainan Sang Ratu yang menurut Mayang tadi sedang merayakan kesempatan istimewa sehingga harus dilayani sepuas-puasnya. Tentu saja Sahrul akan sangat gembira sekali melayani Sang Ratu dengan sepenuh tenaga dan permainan panjang. Apalagi kali ini dia sudah dibekali Mayang dengan pijatan yang sangat penuh sehingga rasa-rasanya benda yang terselip diselangkangannya mau meledak.
Kebuasan Sang Ratu dalam melakukan permainan seperti yang digambarkan Mayang tadi ternyata benar-benar terbukti. Gairah birahi yang dinampakkan Sang Ratu kali ini benar-benar melebihi apa yang pernah mereka perbuat selama ini. Apalagi Sahrul juga memiliki kemampuan untuk mengimbangi permainan gila itu.
Tanpa terasa pagi telah menjelang sementara kedua insan yang dimabuk cinta itu tidak pernah mengambil kesempatan beristirahat barang sejenakpun.
Sebenarnya Sahrul sudah mulai kewalahan dalam menghadapi permainan nonstop Sang Ratu. Namun setiap gerakan erotis yang ditunjukkan Sang Ratu secara mendadak membangkitkan kembali gairah kelaki-lakian Sahrul sehingga isirahat tidak pernah lagi dipikirkannya.
Mulanya dia merasa heran juga ketika waktu yang seharusnya merupakan waktu kemunculan Mayang membawakan pakaian Sang Ratu, ternyata gadis itu masih belum muncul juga. Sementara Sang Ratu yang baru saja dikalahkan Sahrul nampak sudah mulai memasang jebakan lagi agar lelaki itu kembali dalam kehangatan dekapannya.
Permainan gila itu ternyata tak hanya berlangsung disitu saja. Menjelang siang kedua insan itu sudah melakukan lagi permainan ini di taman istana. Entah kali keberapa mereka menuntaskan permainan di taman itu, namun tetap saja secara mendadak kedua insan dimabuk cinta ini sudah kembali bugar dan dilanda gejolak birahi yang sama-sama tinggi sehingga gerakan saling serang kembali terjadi.
Tanpa terasa sudah dua hari dua malam kedua insan itu melakukan hubungan itu. Tidak satu keluhanpun yang terlntar dari mulut kedua insan berbeda derajat itu. Waktu istirahat yang mereka ambil hanya untuk makan dan minum sekedar mengisi tenaga saja. Sedang kesempatan mereka untuk berpakaian tidak ada sama sekali. Praktis, selama dua hari ini kedua insan ini tidak mengenakan pakaian.
Permainan yang lebih gila ternyata harus dialami Sahrul dengan Mayang. Tidak seperti biasanya juga, kali ini Mayang juga menuntut permainan secara total sehingga tanpa malu-malu lagi dia menahan Sahrul untuk tinggal selama dua hari juga di kediamannnya. Tidak ada satu penolakanpun yang dapat dilontarkan Sahrul karena pijatan dan pancingan erotis yang diberikan Mayang secara spontan telah membangkitkan gairah kelaki-lakian Sahrul sehingga inisiatif menyerang selalu datang dari dirinya.
Tanpamengenal hari lagi, ternyata Sahrul sudah meladeni kedua wanita binal itu dalam empat hari. Kejadian yang belum pernah dialaminya selama dia berada di kampung itu. Kelelahan justru dirasakannya ketika dia hendak meninggalkan kediaman Mayang. Terniat dihatinya untuk segera sampai di rumah dan beristirahat barang sejenak.
Namun di gerbang depan istana sebagaimana  biasanya dia telah ditunggu. Kali ini yang menunggui Sahrul adalah Ratih yang dari kejauhan sudah tersenyum manis menunjukkan kebahagiannya karena masa menunggunya membuahkan hasil. Segera disusulnya Sahrul untuk diajaknya pulang.
Tanpa banyak cakap Sahrul hanya melemparkan senyum kepada mertuanya yang cantik itu. Kali ini dia tdak lagi menanyakan kemana istrinya atau apa yang menyebabkan mertuanya itu menunggunya di gerbang istana karena jawabannya pasti yang itu-itu juga, secara kebetulan bertemu dan mencari teman pulang.
Sementara Ratih yang tampaknya sudah tak kuasa menahan gejolak birahi di dalamnya dengan isyarat mata yang nakal berusaha melakukan komunikasi dengan Sahrul agar lelaki ini paham akan kegelisahan birahinya yang tak tertahankan lagi. Sahrul sebenarnya mengerti akan maksud Ratih yang ingin menyampaikan keinginannya yang menggebu-gebu itu. Namun karena kelelahan yang teramat sangat membuat Sahrul hanya mampu menghadapinya dengan senyuman lemah tak bertenaga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar