Sebagaimana biasa, hari
itu Sahrul kembali berangkat ke istana untuk melakukan pengabdian yang setiap
minggu dilakukannya pada Sang Ratu dan Mayang. Dengan wajah ceria seperti
biasa, Ranti melepas kepergian suaminya yang akan melakukan pengabdian kepada
junjungan mereka. Tidak tampak perubahan diraut muka Ranti yang cantik itu akan
kepergian suaminya kali ini. Bagaimanapun juga dia harus tetap bersikap
biasa-biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan Sahrul. Apalagi waku untuk
menghapus kemungkinan Sahrul mengingat semua masa lalunya tinggal beberapa hari
lagi. Usai pemberkatan Sahrul sebagai suami abadinya nanti, tentu Sahrul tidak
akan pernah lagi memiliki kesempatan
untuk memikirkan kampung halaman dan asal usulnya karena Sang Ratu telah
campur tangan dengan menghilangkan kenangan masa lalu di benak Sahrul yang
selama ini masih juga tertutupi. Dengan adanya pemberkatan itu nantinya,
pikiran dan kenangan masa lalu yang ada di benak Sahrul bukan lagi ditutupi
secara magic, namun akan dibuang oleh Sang Ratu agar tidak ada satu halpun yang
akan mengingatkannya untuk mengingat kampung halaman dan masa lalunya yang
masih kabur.
Di kediaman Mayang,
sebelum Sahrul melakukan pengabdian kepad Sang Ratu, seperti biasanya Mayang
memijitinya agar memiliki tenaga dan stamina
yang prima dalam meladeni permainan Sang Ratu. Tentu saja Mayang tidak ingin
Sang Ratu kecewa akan pelayanan yang diberikan Sahrul nantinya. Itu makanya
Mayang selalu memijiti Sahrul setap dia akan memulai permainan dengan Sang Ratu.
Baru setelah itu sisa-sisa permainan akan dituntaskan oleh Mayang dalam
permainan panas antara dia dan Sahrul.
Kendati kegiatan ini
berlangsung setiap saat sebelum Sahrul
melakukan pengabdiannya kepada Sang Ratu, namun yang janggal kali ini adalah
lama dan seriusnya Mayang memijit Sahrul sehingga beberapa kali Sahrul tidak
mampu menahan gejolak birahi yang seakan mau keluar dan berputar-putar di
pinggangnya. Sedangkan untuk melampiaskan sementara kepada Mayang terlebih dahulu, tentu saja tidak diizinkan
oleh Mayang karena kegarangan rangsangan pertama yang diciptakannya ini adalah
hak Sang Ratu.
“Tidak seperti
biasanya, Mayang. Kenapa kali ini pijatanmu sangat berbeda dan terlalu penuh
sehingga rasa-rasanya anuku mau patah” tanyanya heran.
“Ini adalah kesempatan
istimewa Sang Ratu yang harus kamu layani secara maksimal” jawabnya.
“Maksudnya?”
“Ini rahasia Sang Ratu
yang tidak boleh kamu ketahui. Yang jelas kali ini Sang Ratu sangat
menginginkan permainan panjang dari kamu. Untuk itu kamu harus mampu menaklukan
kebinalan Sang Ratu”
Tanpa banyak tanya
lagi, Sahrul telah siap untuk melayani permainan Sang Ratu yang menurut Mayang
tadi sedang merayakan kesempatan istimewa sehingga harus dilayani
sepuas-puasnya. Tentu saja Sahrul akan sangat gembira sekali melayani Sang Ratu
dengan sepenuh tenaga dan permainan panjang. Apalagi kali ini dia sudah
dibekali Mayang dengan pijatan yang sangat penuh sehingga rasa-rasanya benda
yang terselip diselangkangannya mau meledak.
Kebuasan Sang Ratu
dalam melakukan permainan seperti yang digambarkan Mayang tadi ternyata benar-benar
terbukti. Gairah birahi yang dinampakkan Sang Ratu kali ini benar-benar
melebihi apa yang pernah mereka perbuat selama ini. Apalagi Sahrul juga
memiliki kemampuan untuk mengimbangi permainan gila itu.
Tanpa terasa pagi
telah menjelang sementara kedua insan yang dimabuk cinta itu tidak pernah
mengambil kesempatan beristirahat barang sejenakpun.
Sebenarnya Sahrul
sudah mulai kewalahan dalam menghadapi permainan nonstop Sang Ratu. Namun
setiap gerakan erotis yang ditunjukkan Sang Ratu secara mendadak membangkitkan
kembali gairah kelaki-lakian Sahrul sehingga isirahat tidak pernah lagi
dipikirkannya.
Mulanya dia merasa
heran juga ketika waktu yang seharusnya merupakan waktu kemunculan Mayang
membawakan pakaian Sang Ratu, ternyata gadis itu masih belum muncul juga.
Sementara Sang Ratu yang baru saja dikalahkan Sahrul nampak sudah mulai
memasang jebakan lagi agar lelaki itu kembali dalam kehangatan dekapannya.
Permainan gila itu
ternyata tak hanya berlangsung disitu saja. Menjelang siang kedua insan itu
sudah melakukan lagi permainan ini di taman istana. Entah kali keberapa mereka
menuntaskan permainan di taman itu, namun tetap saja secara mendadak kedua
insan dimabuk cinta ini sudah kembali bugar dan dilanda gejolak birahi yang
sama-sama tinggi sehingga gerakan saling serang kembali terjadi.
Tanpa terasa sudah dua
hari dua malam kedua insan itu melakukan hubungan itu. Tidak satu keluhanpun
yang terlntar dari mulut kedua insan berbeda derajat itu. Waktu istirahat yang
mereka ambil hanya untuk makan dan minum sekedar mengisi tenaga saja. Sedang
kesempatan mereka untuk berpakaian tidak ada sama sekali. Praktis, selama dua
hari ini kedua insan ini tidak mengenakan pakaian.
Permainan yang lebih
gila ternyata harus dialami Sahrul dengan Mayang. Tidak seperti biasanya juga,
kali ini Mayang juga menuntut permainan secara total sehingga tanpa malu-malu
lagi dia menahan Sahrul untuk tinggal selama dua hari juga di kediamannnya.
Tidak ada satu penolakanpun yang dapat dilontarkan Sahrul karena pijatan dan
pancingan erotis yang diberikan Mayang secara spontan telah membangkitkan
gairah kelaki-lakian Sahrul sehingga inisiatif menyerang selalu datang dari dirinya.
Tanpamengenal hari
lagi, ternyata Sahrul sudah meladeni kedua wanita binal itu dalam empat hari. Kejadian
yang belum pernah dialaminya selama dia berada di kampung itu. Kelelahan justru
dirasakannya ketika dia hendak meninggalkan kediaman Mayang. Terniat dihatinya
untuk segera sampai di rumah dan beristirahat barang sejenak.
Namun di gerbang depan
istana sebagaimana biasanya dia telah
ditunggu. Kali ini yang menunggui Sahrul adalah Ratih yang dari kejauhan sudah
tersenyum manis menunjukkan kebahagiannya karena masa menunggunya membuahkan
hasil. Segera disusulnya Sahrul untuk diajaknya pulang.
Tanpa banyak cakap
Sahrul hanya melemparkan senyum kepada mertuanya yang cantik itu. Kali ini dia
tdak lagi menanyakan kemana istrinya atau apa yang menyebabkan mertuanya itu
menunggunya di gerbang istana karena jawabannya pasti yang itu-itu juga, secara
kebetulan bertemu dan mencari teman pulang.
Sementara Ratih yang
tampaknya sudah tak kuasa menahan gejolak birahi di dalamnya dengan isyarat
mata yang nakal berusaha melakukan komunikasi dengan Sahrul agar lelaki ini paham
akan kegelisahan birahinya yang tak tertahankan lagi. Sahrul sebenarnya
mengerti akan maksud Ratih yang ingin menyampaikan keinginannya yang
menggebu-gebu itu. Namun karena kelelahan yang teramat sangat membuat Sahrul
hanya mampu menghadapinya dengan senyuman lemah tak bertenaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar