Ratih yang mengerti
benar akan kondisi menantunya, sesampainya dirumah segera saja menyuguhkan
ramuan mujarab untuk memulihkan kembali tenaga Sahrul dan meningkatkan secara
drastis gejolak birahinya.
Sementara usai
memberikan ramuan itu, Ratih telah pula mempersiapkan diri di kamarnya untuk
menghadapi serangan birahi Sahrul yang sudah dipulihkannya melalui ramuan
perangsang yang super dahsyat itu.
Lama menunggu dalam
keadaan tubuh yang sudah bugil, namun Sahrul tak kunjung muncul yang tentu saja
membuat Ratih merasa curiga akan hasil kerja ramuan mujarab yang diberikannya
tadi.
Dicobanya untuk
melihat Sahrul melalui sela-sela kain pintu yag tersingkap. Rupanya menantu
kesayangannya itu tengah terlelap di kursi tamu. Alangkah kecewanya Ratih yang
sedari tadi sudah menahan gejolak birahi namun tak kunjung mendapat pemuasan
dari Sahrul. Tak ingin membuang kesempatan terakhir bermain cinta dengan
Sahrul, Ratih memutuskan untuk memaksa Sahrul agar mau melayaninya. Dipakainya
kembali pakaian yang terlepas tadi, segera disusulnya Sahrul dan
membangunkannya.
“Kok tidur? Aku sudah
tak tahan menunggu kamu di kamar” katanya sembari membelai lembut wajah dan
dada bidang Sahrul.
“Aku mengantuk sekali.
Penat sekali rasanya melayani Sang Ratu dan Mayang selama empat hari empat malam” jawab Sahrul.
Dengan malas dia berdiri mengikuti tarikan tangan Ratih yang mengajaknya menuju
kamarnya. “Ranti kemana?” tanyanya lagi.
“Dia pergi dengan
ayahnya. Ada hal yang perlu diselesikannya beberapa hari ini” jawab Ratih.
Dengan tergesa ditariknya Sahrul. Sementara tangannya yang satu lagi sibuk
membuka pakaian luarnya. Sementara dibalik pakaian luarnya tak terdapat lagi
pakaian dalam karena tadi sewaktu dia menyusul Sahrul keluar sengaja dia tidak
memakai pakaian dalamnya agar lebih praktis dibuka.
“Tak usah kau pikirkan
benar keberadaan istrimu itu. Yang jelas sekarang adalah waktunya kita
memainkan permainan panjang yang tak akan terlupakan” katanya lagi. Diraihnya
tubuh Sahrul dan dilucutinya pakaiannya satu persatu. Sahrul yang masih terlihat
ogah-ogahan menahan kantuk membiarkan saja Ratih membukai pakaiannya. Tidak ada aksi serangan
balik sebagaimana biasanya dilakukannya. Tentu saja Ratih agak kecewa
mendapatkan sikap dingin menantunya yang sebentar lagi tak akan bisa
dinikmatinya lagi.
“Nampaknya kamu harus
minum ramuanku lagi” kata Ratih. Diraihnya gelas berisi ramuan mujarab yang
sedari tadi memang telah dipersiapkannya untuk menambah tenaga dan keganasan
Sahrul. Disodorkannya ramuan itu ke bibir Sahrul yang tanpa semangat menurut saja meminumnya.
Tak lama menunggu
bereaksinya minuman itu, perlahan Ratih sudah melihat gejolak birahi dimata Sahrul.
Tanpa membuang waktu lagi kedua insan itu memulai aktifitas seks rutin yang
selalu mereka buru. Bagi Sahrul ini adalah kali kesekian ribunya dia melayani
Ratih dan entah sampai kapan dia harus melayani mertuanya itu, yang jelas dia
selalu terangsang dengan obat kuat yang dibuatkan Ratih. Tak terpikir sedikitpun
olehnya untuk menolak meminum ramuan obat kuat itu karena diapun memang menikmati
permainan gila Ratih yang memiliki kenikmatan tersendiri itu. Sementara bagi
Ratih permainan kali ini benar-benar sangat berarti baginya karena ini merupakan
permainan terakhir yang dinikmatinya. Usai pemberkatan Sahrul sebagai suami
abadi anaknya, dia tidak lagi berhak meminta jatah seks dari Sahrul. Bahkan
untuk meminta secara sembunyi-sembunyipun tidak mungkin lagi karena aktifitas
apapun yang dilakukannya akan diketahui oleh Sang Ratu yang akhirnya hanya akan
menimbulkan kemurkaan Sang Ratu karena dia berani melanggar aturan yang
digariskan Sang Ratu dikampung itu. Dia sadar kalau Sahrul tidak mengetahui
hubungannya kali ini adalah hubungan yang terakhir. Sangat wajar kalau Sahrul
hanya biasa saja dalam melayaninya. Untuk memberitahukannya kepada Sahrul pun
tak mungkin bagi Ratih karena dia diamanatkan oleh suaminya untuk tidak
memberitahukannya kepada Sahrul.
Beberapa kali
permainan yang melelahkan itu mereka lalui. Bahkan Sahrul sendiri meminum
ramuan mujarab yang membangkitkan gairah birahinya. Sampai akhirnya ramuan yang
diletakkan Ratih dalam kendi tanah itu habis dan Sahrul sudah tergolek lemas,
namun nampaknya Ratih masih belum puas akan permainan itu.
“Biar aku buatkan
lagi. Tak usah dipakai dulu pakaiannya. Tidur saja dulu” katanya tergesa-gesa
begitu melihat Sahrul akan bangkit untuk meraih pakaiannya.
“Tak usah terlalu
dipaksakan. Besok-besok kita masih dapat melakukannya. Lebih baik aku istirahat
dulu” katanya.
“Tidak bisa, Rul.
Tolonglah. Saya belum mau kamu mengakhiri begitu saja permainan indah ini”
“Besok masih bisa”
jawab Sahrul tak mengindahkan penolakan Ratih tadi. Namun tiba-tiba saja Ratih merampas pakaian yang hendak
diraih Sahrul dan berusaha menyembunyikannya. Kali ini nampak keseriusan diwajah
Ratih yang nampaknya sangat tak rela mengakhiri permainan itu begitu saja.
“Kamu harus
melakukannya untuk aku. Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini”
“Kita kan memang tak
pernah membuang-buang kesempatan. Tapi kamu harus memberi kesempatan juga
untukku beristirahat. Besok kita lanjutkan lagi, ya?” bujuknya.
“Tidak, aku mau
sekarang sampai beberapa hari ini kita melakukannya tanpa henti. Soal tenagamu
biar aku pulihkan dengan ramuanku” jawab Ratih setengah meratap. Kedukaan nampak jelas diraut wajah cantiknya.
Bukan lagi wajah cantik yang menahan nafsu birahi yang nampak tapi seraut kekhawatiran
yang diperlihatkan Ratih dalam memaksa Sahrul.
“Baiklah. Tapi kenapa
kamu begitu khawatir seakan-akan kesempatan berikutnya tidak lagi menjadi milik
kita. Ayolah. Ceritakan padaku biar aku bisa memahaminya dan berusaha untuk
menghibur dan memuaskanmu” bujuknya.
“Benar, Rul? Kamu
tidak bohong, kan?” tanya Ratih penuh harap.
“Benar. Aku akan
memuaskan kamu dalam permainan panjang seperti apapun. Tapi aku tak ingin
melihat kamu begitu khawatir sehingga dengan beban pikiranmu itu, kamu tidak
bisa menikmati permainan yang sudah kita lakukan selama ini” pancing Sahrul
berusaha mengetahui kekhawatiran mertuanya yang sangat mencurigakan itu.
“Ranti sangat
beruntung dengan akan dilakukannya pemberkatan kamu menjadi suami abadinya” kata
Ratih memulai cerita yang didengarnya dari suaminya yang merupakan keputusan
Sang Ratu. Diceritakannya semua hal yang akan terjadi bila Sahrul telah menjadi
suami abadi anaknya itu. Termasuk juga
proses yang harus dilalui dan sebab-sebab wanita lain tak boleh lagi menikmati
permainan dengan Sahrul. “Kalau kamu sudah menjadi suami abadi Ranti maka kamu
tak akan dapat lagi memuaskan hasrat birahiku yang semakin lama semakin
bergejolak ini. Itu makanya aku harus berkeras memaksamu melakukannya sebagai
permainan perpisahan yang aku harapkan akan memberi kenangan indah yang tak
akan terlupakan sepanjang hidupku” tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar