Selasa, 08 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 48)



Ratih yang mengerti benar akan kondisi menantunya, sesampainya dirumah segera saja menyuguhkan ramuan mujarab untuk memulihkan kembali tenaga Sahrul dan meningkatkan secara drastis gejolak birahinya.
Sementara usai memberikan ramuan itu, Ratih telah pula mempersiapkan diri di kamarnya untuk menghadapi serangan birahi Sahrul yang sudah dipulihkannya melalui ramuan perangsang yang super dahsyat itu.
Lama menunggu dalam keadaan tubuh yang sudah bugil, namun Sahrul tak kunjung muncul yang tentu saja membuat Ratih merasa curiga akan hasil kerja ramuan mujarab yang diberikannya tadi.

Dicobanya untuk melihat Sahrul melalui sela-sela kain pintu yag tersingkap. Rupanya menantu kesayangannya itu tengah terlelap di kursi tamu. Alangkah kecewanya Ratih yang sedari tadi sudah menahan gejolak birahi namun tak kunjung mendapat pemuasan dari Sahrul. Tak ingin membuang kesempatan terakhir bermain cinta dengan Sahrul, Ratih memutuskan untuk memaksa Sahrul agar mau melayaninya. Dipakainya kembali pakaian yang terlepas tadi, segera disusulnya Sahrul dan membangunkannya.
“Kok tidur? Aku sudah tak tahan menunggu kamu di kamar” katanya sembari membelai lembut wajah dan dada bidang Sahrul.
“Aku mengantuk sekali. Penat sekali rasanya melayani Sang Ratu dan Mayang  selama empat hari empat malam” jawab Sahrul. Dengan malas dia berdiri mengikuti tarikan tangan Ratih yang mengajaknya menuju kamarnya. “Ranti kemana?” tanyanya lagi.
“Dia pergi dengan ayahnya. Ada hal yang perlu diselesikannya beberapa hari ini” jawab Ratih. Dengan tergesa ditariknya Sahrul. Sementara tangannya yang satu lagi sibuk membuka pakaian luarnya. Sementara dibalik pakaian luarnya tak terdapat lagi pakaian dalam karena tadi sewaktu dia menyusul Sahrul keluar sengaja dia tidak memakai pakaian dalamnya agar lebih praktis dibuka.
“Tak usah kau pikirkan benar keberadaan istrimu itu. Yang jelas sekarang adalah waktunya kita memainkan permainan panjang yang tak akan terlupakan” katanya lagi. Diraihnya tubuh Sahrul dan dilucutinya pakaiannya satu persatu. Sahrul yang masih terlihat ogah-ogahan menahan kantuk membiarkan saja Ratih  membukai pakaiannya. Tidak ada aksi serangan balik sebagaimana biasanya dilakukannya. Tentu saja Ratih agak kecewa mendapatkan sikap dingin menantunya yang sebentar lagi tak akan bisa dinikmatinya lagi.
“Nampaknya kamu harus minum ramuanku lagi” kata Ratih. Diraihnya gelas berisi ramuan mujarab yang sedari tadi memang telah dipersiapkannya untuk menambah tenaga dan keganasan Sahrul. Disodorkannya ramuan itu ke bibir Sahrul  yang tanpa semangat menurut saja meminumnya.
Tak lama menunggu bereaksinya minuman itu, perlahan Ratih sudah melihat gejolak birahi dimata Sahrul. Tanpa membuang waktu lagi kedua insan itu memulai aktifitas seks rutin yang selalu mereka buru. Bagi Sahrul ini adalah kali kesekian ribunya dia melayani Ratih dan entah sampai kapan dia harus melayani mertuanya itu, yang jelas dia selalu terangsang dengan obat kuat yang dibuatkan Ratih. Tak terpikir sedikitpun olehnya untuk menolak meminum ramuan obat kuat itu karena diapun memang menikmati permainan gila Ratih yang memiliki kenikmatan tersendiri itu. Sementara bagi Ratih permainan kali ini benar-benar sangat berarti baginya karena ini merupakan permainan terakhir yang dinikmatinya. Usai pemberkatan Sahrul sebagai suami abadi anaknya, dia tidak lagi berhak meminta jatah seks dari Sahrul. Bahkan untuk meminta secara sembunyi-sembunyipun tidak mungkin lagi karena aktifitas apapun yang dilakukannya akan diketahui oleh Sang Ratu yang akhirnya hanya akan menimbulkan kemurkaan Sang Ratu karena dia berani melanggar aturan yang digariskan Sang Ratu dikampung itu. Dia sadar kalau Sahrul tidak mengetahui hubungannya kali ini adalah hubungan yang terakhir. Sangat wajar kalau Sahrul hanya biasa saja dalam melayaninya. Untuk memberitahukannya kepada Sahrul pun tak mungkin bagi Ratih karena dia diamanatkan oleh suaminya untuk tidak memberitahukannya kepada Sahrul.
Beberapa kali permainan yang melelahkan itu mereka lalui. Bahkan Sahrul sendiri meminum ramuan mujarab yang membangkitkan gairah birahinya. Sampai akhirnya ramuan yang diletakkan Ratih dalam kendi tanah itu habis dan Sahrul sudah tergolek lemas, namun nampaknya Ratih masih belum puas akan permainan itu.
“Biar aku buatkan lagi. Tak usah dipakai dulu pakaiannya. Tidur saja dulu” katanya tergesa-gesa begitu melihat Sahrul akan bangkit untuk meraih pakaiannya.
“Tak usah terlalu dipaksakan. Besok-besok kita masih dapat melakukannya. Lebih baik aku istirahat dulu” katanya.
“Tidak bisa, Rul. Tolonglah. Saya belum mau kamu mengakhiri begitu saja permainan indah ini”
“Besok masih bisa” jawab Sahrul tak mengindahkan penolakan Ratih tadi. Namun tiba-tiba  saja Ratih merampas pakaian yang hendak diraih Sahrul dan berusaha menyembunyikannya. Kali ini nampak keseriusan diwajah Ratih yang nampaknya sangat tak rela mengakhiri permainan itu begitu saja.
“Kamu harus melakukannya untuk aku. Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini”
“Kita kan memang tak pernah membuang-buang kesempatan. Tapi kamu harus memberi kesempatan juga untukku beristirahat. Besok kita lanjutkan lagi, ya?” bujuknya.
“Tidak, aku mau sekarang sampai beberapa hari ini kita melakukannya tanpa henti. Soal tenagamu biar aku pulihkan dengan ramuanku” jawab Ratih setengah meratap.  Kedukaan nampak jelas diraut wajah cantiknya. Bukan lagi wajah cantik yang menahan nafsu birahi yang nampak tapi seraut kekhawatiran yang diperlihatkan Ratih dalam memaksa Sahrul.
“Baiklah. Tapi kenapa kamu begitu khawatir seakan-akan kesempatan berikutnya tidak lagi menjadi milik kita. Ayolah. Ceritakan padaku biar aku bisa memahaminya dan berusaha untuk menghibur dan memuaskanmu” bujuknya.
“Benar, Rul? Kamu tidak bohong, kan?” tanya Ratih penuh harap.
“Benar. Aku akan memuaskan kamu dalam permainan panjang seperti apapun. Tapi aku tak ingin melihat kamu begitu khawatir sehingga dengan beban pikiranmu itu, kamu tidak bisa menikmati permainan yang sudah kita lakukan selama ini” pancing Sahrul berusaha mengetahui kekhawatiran mertuanya yang sangat mencurigakan itu.
“Ranti sangat beruntung dengan akan dilakukannya pemberkatan kamu menjadi suami abadinya” kata Ratih memulai cerita yang didengarnya dari suaminya yang merupakan keputusan Sang Ratu. Diceritakannya semua hal yang akan terjadi bila Sahrul telah menjadi suami abadi anaknya itu.  Termasuk juga proses yang harus dilalui dan sebab-sebab wanita lain tak boleh lagi menikmati permainan dengan Sahrul. “Kalau kamu sudah menjadi suami abadi Ranti maka kamu tak akan dapat lagi memuaskan hasrat birahiku yang semakin lama semakin bergejolak ini. Itu makanya aku harus berkeras memaksamu melakukannya sebagai permainan perpisahan yang aku harapkan akan memberi kenangan indah yang tak akan terlupakan sepanjang hidupku” tutupnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar