Sebenarnya Ranti sadar
akan berkurangnya secara drastis kemampuan seks suaminya kalau hubungan mereka
harus diabadikan sebagaimana hubungan keluarga di kaum itu. Namun apa boleh
buat, dirinya yang sudah terlanjur mencintai lelaki perkasa itu mau tak mau
harus menerima Sahrul sebagai suami abadinya dengan kemampuan seks yang sangat
terbatas daripada dia harus kehilangan Sahrul yang suatu waktu bisa saja
kembali ingat akan kampung halamannya dan bermaksud untuk pulang. Kejadian
sedih yang menimpa Sang Ratu ketika ditinggal begitu saja oleh suaminya yang
belum diberkati menjadi suami abadi nampaknya tidak ingin dialami oleh Ranti
sehingga dia harus berani mengambil resiko untuk kehilangan kegairahan hidup
bersama dengan suaminya yang biasanya sangat menggebu-gebu dalam berhubungan
seks.
Sebenarnya dengan
adanya pemberkatan itu kemampuan seks seorang suami yang sudah dijadikan
pasangan abadi tidak akan berkurang secara drastis, namun karena lelaki itu
tidak boleh lagi meladeni wanita-wanita lain yang ada di kampung itu, baik
seperti Sang Ratu, Mayang atau Ratih maka kemampuan seks mereka yang diperoleh
dari hasil pijatan khusus seperti yang dilakukan oleh Mayang atau dengan
meminum ramuan-ramuan mujarab seperti yang selalu diberikan oleh Ratih tidak
akan didapatkan lagi oleh seorang suami yang abadi. Sedangkan secara tak
tertulis dikampung itu seakan berlaku ketentuan kalau ramuan mujarab dan
pijatan khusus untuk meningkatkan kejantanan seseorang hanya boleh dilakukan
oleh wanita-wanita yang memang bertujuan untuk menjalin hubungan persetubuhan
dengan suami orang lain. Tidak pernah sedikitpun ada niat wanita-wanita
dikampung itu untuk memberikan ramuan mujarab atau pijatan khusus untuk
meningkatkan kejantanan bagi suaminya sendiri. Entah karena aturan yang
diberikan penguasa melarang wanita-wanita kampung itu melakukannya pada suami
mereka atau memang melakukan hubungan seks dengan suaminya masing-masing kurang
menggairahkan.
Ratih sendiri sebenarnya
memiliki kemampuan untuk membuat ramuan-ramuan mujarab yang langsung bisa
bereaksi meningkatkan kemampuan seks lelaki manapun sehingga tenaganya bisa
berlipat ganda bagaikan kuda jantan yang binal dan susah dikendalikan. Namun
ramuan itu tidak pernah diberikannya kepada suaminya Bandri. Padahal Bandri
sendiri selama ini mengalami masalah kemampuan seks yang sangat
mengkhawatirkan. Bagi Ratih justru sangat menyenangkan jika dia bisa memberikan
ramuan itu kepada menantunya sehingga keberingasan menantunya di ranjang bisa
dinikmatinya dengan segenap nafsu birahinya yang memang tak terbendung. Demi
mencapai tigkat kenikmatan tertinggi dalam hubungan seks dengan Sahrul, Ratih
tak segan-segan menghamburkan ramuan mujarab yang dibuatnya itu sampai dia
benar-benar merasa puas atas pelayanan birahi yang diberikan Sahrul. Kenakalan
dan kemampuan bercumbu Ratih yang cukup unik dan mengesankan ini pulalah yang
membuat Sahrul tidak pernah dapat melupakan
permainan mertuanya yang memiliki ciri kenikmatan tersendiri.
Jadi yang membuat
Sahrul selama ini tidak pernah merasa bosan atau lelah dalam melayani para
wanita tercantik di kampung itu adalah adanya ramuan mujarab yang diberikan
Ratih setiap mereka melakukannya. Ditambah lagi dengan adanya pijatan khusus
penambah kejantanan yang dilakukan Mayang setiap kali Sahrul mengabdikan diri
padanya usai mengabdi pada Sang Ratu. Sisa-sisa ramuan mujaran dan pijatan
khusus itu pulalah yang menyebabkan Sahrul masih memiliki kemampuan yang besar
dalam menghadapi istrinya. Sementara Ranti sendiri yang selama ini tidak pernah
membuatkan ramuan mujarab atau melakukan pijatan khusus tetap masih bisa
menerima kekuatan Sahrul dalam permainan yang luar biasa karena sisa-sisa
ramuan dan pijatan yang masih ada dalam
tenaganya. Sekarang, jika Sahrul diberkati menjadi suami abadi Ranti dan
dilarang untuk melakukan hubungan dengan Mayang dan Ratih, tentu saja dia tidak
akan pernah lagi mendapat ramuan mujarab dan pijatan khusus penambah
kejantanannya. Untuk minggu-minggu pertama dia dengan istrinya tentu saja pengaruh
ramuan dan pijatan itu masih akan tetap ada. Namun setelah mereka melalui
beberapa hari kemudian, secara perlahan kemampuan Sahrul yang begitu perkasa
selama ini akan surut sehingga dia tidak memiliki keinginan lagi untuk
melakukan hubungan itu. Kecuali kalau dia meminum ramuan mujarab.
Sedang Ranti sendiri
kendati masih ingin menikmati hubungan yang harmonis dengan suaminya secara
naluri tidak akan mampu membuatkan ramuan atau melakukan pijatan kepada
suaminya. Entah karena larangan atau memang merupakan kemampuan lama yang
secara otomatis tidak dimiliki seorang istri atas suaminya, yang jelas dia
nantinya harus mau menerima kenyataan kalau suaminya tidak seperkasa ketika dia
masih meladeni beberapa wanita dikampung itu.
Datangnya bulan
purnama yang akan menjadi sejarah bagi pemberkatan Sahrul sebagai suami abadi
Ranti semakin dekat. Tanpa terasa waktu yang tersisa tinggal sepuluh hari lagi.
Sementara Bandri dan Ranti masih belum juga bisa melakukan semedi untuk
memuluskan jalannya upacara pemberkatan dengan menutup jalan yang selama ini
menjadi masalah bagi hubungan anaknya dengan Sahrul. Kendala yang mereka hadapi
dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan semedi ini sebenarnya bukan
karena kesibukan lain yang menyita waktu mereka, tetapi yang lebih mereka
pikirkan adalah mencari waku yang pas untuk dapat mengalihkan perhatian Sahrul
kepada hal lain selain pada jalan itu ataupun pada Ranti. Apalagi kepergian
mereka untuk semedi kali ini adalah selama tujuh hari tujuh malam tanpa adanya
gangguan. Melihat istrinya tidak dirumah untuk jangka waktu yang begitu lama
tidak mungkin Sahrul tidak akan bertanya-tanya dalam hatinya yang akhirnya akan
menimbulkan kecurigaan.
“Sebaiknya kita
lakukan semedi di tujuh hari terakhir sebelum purnama penuh tiba” kata Bandri
mengungkapkan pemikirannya tentang langkah terbaik yang harus mereka ambil.
“Apakah tidak akan menimbulkan kecurigaan bang Sahrul, yah?”
“Kita harus memulainya
ketika dia akan pergi ke istana untuk melakukan pengabdian terakhir kepada Sang
Ratu dan Mayang. Karena itu adalah pengabdian terakhirnya, tentu Sang Ratu dan Mayang
akan meminta Sahrul untuk tinggal lebih lama agar mereka bisa menikmatinya
sepuas-puasnya sebelum kemudian dilarang” jelas Bandri membeberkan rencananya
pada Ranti.
“Kalau memang itu yang
terbaik menurut ayah, aku hanya menurut saja. Yang penting bagiku saat ini
adalah bagaimana agar Bang Sahrul tidak bisa keluar lagi dari kampung kita dan
menjadi suamiku yang abadi” jawab Ranti pasrah. Bagaimanapun juga saat ini dia
sangat berharap agar suaminya tetap menjadi miiknya dan bahkan hanya menjadi
miliknya seorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar