Minggu, 06 September 2015

Penganten Rang Bunian (Part 46)



Sebenarnya Ranti sadar akan berkurangnya secara drastis kemampuan seks suaminya kalau hubungan mereka harus diabadikan sebagaimana hubungan keluarga di kaum itu. Namun apa boleh buat, dirinya yang sudah terlanjur mencintai lelaki perkasa itu mau tak mau harus menerima Sahrul sebagai suami abadinya dengan kemampuan seks yang sangat terbatas daripada dia harus kehilangan Sahrul yang suatu waktu bisa saja kembali ingat akan kampung halamannya dan bermaksud untuk pulang. Kejadian sedih yang menimpa Sang Ratu ketika ditinggal begitu saja oleh suaminya yang belum diberkati menjadi suami abadi nampaknya tidak ingin dialami oleh Ranti sehingga dia harus berani mengambil resiko untuk kehilangan kegairahan hidup bersama dengan suaminya yang biasanya sangat menggebu-gebu dalam berhubungan seks.

Sebenarnya dengan adanya pemberkatan itu kemampuan seks seorang suami yang sudah dijadikan pasangan abadi tidak akan berkurang secara drastis, namun karena lelaki itu tidak boleh lagi meladeni wanita-wanita lain yang ada di kampung itu, baik seperti Sang Ratu, Mayang atau Ratih maka kemampuan seks mereka yang diperoleh dari hasil pijatan khusus seperti yang dilakukan oleh Mayang atau dengan meminum ramuan-ramuan mujarab seperti yang selalu diberikan oleh Ratih tidak akan didapatkan lagi oleh seorang suami yang abadi. Sedangkan secara tak tertulis dikampung itu seakan berlaku ketentuan kalau ramuan mujarab dan pijatan khusus untuk meningkatkan kejantanan seseorang hanya boleh dilakukan oleh wanita-wanita yang memang bertujuan untuk menjalin hubungan persetubuhan dengan suami orang lain. Tidak pernah sedikitpun ada niat wanita-wanita dikampung itu untuk memberikan ramuan mujarab atau pijatan khusus untuk meningkatkan kejantanan bagi suaminya sendiri. Entah karena aturan yang diberikan penguasa melarang wanita-wanita kampung itu melakukannya pada suami mereka atau memang melakukan hubungan seks dengan suaminya masing-masing kurang menggairahkan.
Ratih sendiri sebenarnya memiliki kemampuan untuk membuat ramuan-ramuan mujarab yang langsung bisa bereaksi meningkatkan kemampuan seks lelaki manapun sehingga tenaganya bisa berlipat ganda bagaikan kuda jantan yang binal dan susah dikendalikan. Namun ramuan itu tidak pernah diberikannya kepada suaminya Bandri. Padahal Bandri sendiri selama ini mengalami masalah kemampuan seks yang sangat mengkhawatirkan. Bagi Ratih justru sangat menyenangkan jika dia bisa memberikan ramuan itu kepada menantunya sehingga keberingasan menantunya di ranjang bisa dinikmatinya dengan segenap nafsu birahinya yang memang tak terbendung. Demi mencapai tigkat kenikmatan tertinggi dalam hubungan seks dengan Sahrul, Ratih tak segan-segan menghamburkan ramuan mujarab yang dibuatnya itu sampai dia benar-benar merasa puas atas pelayanan birahi yang diberikan Sahrul. Kenakalan dan kemampuan bercumbu Ratih yang cukup unik dan mengesankan ini pulalah yang membuat Sahrul tidak pernah dapat melupakan  permainan mertuanya yang memiliki ciri kenikmatan tersendiri.
Jadi yang membuat Sahrul selama ini tidak pernah merasa bosan atau lelah dalam melayani para wanita tercantik di kampung itu adalah adanya ramuan mujarab yang diberikan Ratih setiap mereka melakukannya. Ditambah lagi dengan adanya pijatan khusus penambah kejantanan yang dilakukan Mayang setiap kali Sahrul mengabdikan diri padanya usai mengabdi pada Sang Ratu. Sisa-sisa ramuan mujaran dan pijatan khusus itu pulalah yang menyebabkan Sahrul masih memiliki kemampuan yang besar dalam menghadapi istrinya. Sementara Ranti sendiri yang selama ini tidak pernah membuatkan ramuan mujarab atau melakukan pijatan khusus tetap masih bisa menerima kekuatan Sahrul dalam permainan yang luar biasa karena sisa-sisa ramuan  dan pijatan yang masih ada dalam tenaganya. Sekarang, jika Sahrul diberkati menjadi suami abadi Ranti dan dilarang untuk melakukan hubungan dengan Mayang dan Ratih, tentu saja dia tidak akan pernah lagi mendapat ramuan mujarab dan pijatan khusus penambah kejantanannya. Untuk minggu-minggu pertama dia dengan istrinya tentu saja pengaruh ramuan dan pijatan itu masih akan tetap ada. Namun setelah mereka melalui beberapa hari kemudian, secara perlahan kemampuan Sahrul yang begitu perkasa selama ini akan surut sehingga dia tidak memiliki keinginan lagi untuk melakukan hubungan itu. Kecuali kalau dia meminum ramuan mujarab.
Sedang Ranti sendiri kendati masih ingin menikmati hubungan yang harmonis dengan suaminya secara naluri tidak akan mampu membuatkan ramuan atau melakukan pijatan kepada suaminya. Entah karena larangan atau memang merupakan kemampuan lama yang secara otomatis tidak dimiliki seorang istri atas suaminya, yang jelas dia nantinya harus mau menerima kenyataan kalau suaminya tidak seperkasa ketika dia masih meladeni beberapa wanita dikampung itu.
Datangnya bulan purnama yang akan menjadi sejarah bagi pemberkatan Sahrul sebagai suami abadi Ranti semakin dekat. Tanpa terasa waktu yang tersisa tinggal sepuluh hari lagi. Sementara Bandri dan Ranti masih belum juga bisa melakukan semedi untuk memuluskan jalannya upacara pemberkatan dengan menutup jalan yang selama ini menjadi masalah bagi hubungan anaknya dengan Sahrul. Kendala yang mereka hadapi dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan semedi ini sebenarnya bukan karena kesibukan lain yang menyita waktu mereka, tetapi yang lebih mereka pikirkan adalah mencari waku yang pas untuk dapat mengalihkan perhatian Sahrul kepada hal lain selain pada jalan itu ataupun pada Ranti. Apalagi kepergian mereka untuk semedi kali ini adalah selama tujuh hari tujuh malam tanpa adanya gangguan. Melihat istrinya tidak dirumah untuk jangka waktu yang begitu lama tidak mungkin Sahrul tidak akan bertanya-tanya dalam hatinya yang akhirnya akan menimbulkan kecurigaan.
“Sebaiknya kita lakukan semedi di tujuh hari terakhir sebelum purnama penuh tiba” kata Bandri mengungkapkan pemikirannya tentang langkah terbaik yang harus mereka ambil.
“Apakah tidak akan menimbulkan kecurigaan bang Sahrul, yah?”
“Kita harus memulainya ketika dia akan pergi ke istana untuk melakukan pengabdian terakhir kepada Sang Ratu dan Mayang. Karena itu adalah pengabdian terakhirnya, tentu Sang Ratu dan Mayang akan meminta Sahrul untuk tinggal lebih lama agar mereka bisa menikmatinya sepuas-puasnya sebelum kemudian dilarang” jelas Bandri membeberkan rencananya pada Ranti.
“Kalau memang itu yang terbaik menurut ayah, aku hanya menurut saja. Yang penting bagiku saat ini adalah bagaimana agar Bang Sahrul tidak bisa keluar lagi dari kampung kita dan menjadi suamiku yang abadi” jawab Ranti pasrah. Bagaimanapun juga saat ini dia sangat berharap agar suaminya tetap menjadi miiknya dan bahkan hanya menjadi miliknya seorang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar