“Mana bisa ibu
meninggalkan dia sekejappun. Bahkan kami selesai melakukannya begitu kalian
akan pulang. Sungguh Sahrul sangat luar biasa dalam memberikan pelayanan
sehingga ibu tak jemu-jemu meminta terus darinya dan dia dengan senang hati
melayani ibu sepuasnya” jawab ibunya tanpa merasa malu akan kelakuannya yang
memakai tenaga menantunya disaat anaknya pergi. Karena tindakannya itu sudah
setahu suami dan anaknya.
“Saya hanya tidak
ingin dia mengikuti kami dan mengetahui apa yang kami lakukan pada jalan masuk
itu” harap Ranti.
“Jangan khawatir. Ibu akan
melumatnya habis-habisan selagi kalian tidak ada dirumah” jawab ibunya
memberikan jaminan. Tentu saja dia akan senang menjaga Sahrul selama Ranti pergi
karena dari menjaga itu dia mendapat keuntungan yang sangat besar dapat
bercengkrama sepuas hati.
“Saya harap ibu
benar-benar menjaganya, karena pekerjaan itu masih perlu waktu untuk
diselesaikan sampai jalan itu benar-benar hilang. Sementara setiap dia pulang
dari istana aku akan menjemputnya. Dan untuk tidak menimbulkan kecurigaan Bang
Sahrul, sebaiknya kita secara bergantian menjemputnya seakan-akan kita tidak
sengaja menunggu dan mengawasinya pulang”
Benar saja, sejak saat
itu Sahrul selalu dijemput secara tidak sengaja. Baik oleh Ranti, Ratih ataupun
Bandri yang pura-pura sedang berkunjung kerumah kerabatnya di belakang istana
sehingga mencari teman untuk pulang.
Sebenarnya Sahrul
sudah curiga akan tindakan istri dan mertuanya yang kebetulan harus sama-sama
pulang dengannya dari istana. Namun untuk mengungkapkan kecurigaannya tidak
mungkin dia menghindar atau melakukan tindakan-tindakan lain. Hanya saja untuk
tidak menimbulkan kecurigaan keluarga istrinya itu karena sebelum dijemput dulu
dia sering pulang terlambat, maka begitu dia menyadari dirinya akan selalu
dijemput maka dia dalam melayani Mayang selalu mengulur waktu dan berlama-lama
sehingga harus pulang terlambat. Kendati demikian tetap saja ada yang telah
menunggunya di depan gerbang istana.
Akan halnya taktik Sahrul
mengulur waktu dengan cara melakukan permainan panjang dengan Mayang disisi
lain bagi Mayang sangat menguntungkan
karena dia selalu mendapat porsi bonus dalam pelayanan itu sehingga tanpa
dimintapun Sahrul akan memberikan pelayanan ekstra. Tidak disadari oleh Mayang
kalau taktik Sahrul itu hanya untuk menunjukkan kalau dia sering dipakai Mayang
dalam waktu yang lama.
Kejadian penjemputan itu
berlangsung cukup lama juga. Sehingga Sahrul benar-benar kewalahan karena tidak
pernah lagi punya waktu untuk melihat
jalan itu. Bahkan melalui sudut matanya ketika melewati jalan itu dilihatnya
rumput-rumput dipinggiran jalan sudah mulai menutupi kembali jalan itu secara
perlahan. Untuk melakukan pembersihan rasanya tidak mungkin lagi bagi dia
sehingga tanpa sadar Sahrul hanya memikirkan jalan itu secara terus menerus.
Nampaknya untuk
menutupi jalan itu dari pikiran Sahrul tidak bisa hanya dilakukan oleh Bandri
seorang diri. Kendati sudah banyak perkembangan hasil jerih payahnya itu,
namaun untuk benar-bnenar menutupi jalan itu dibutuhkan waktu yang cukup lama
secara terus menerus. Dan tentu saja harus dilakukan oleh dua orang. Tidak ada
jalan lain, kali ini terpaksa dia kembali mengajak anaknya untuk melakukan hal
itu.
Sangat beruntung
sekali Ranti ketika ayahnya mengajaknya pergi, ternyata Sahrul sedang berada di
istana sehingga kepergiannya itu tidak menimbulkan kecurigaan dan keingintahuan
Sahrul.
Disampaikannya kepada
ibunya kalau dia akan pergi dengan
ayahnya. Tak lupa dia berpesan agar ibunya menjemput Sahrul seusai melakukan
pengabdian di istana agar Sahrul tidak masuk ke jalan itu manakala Ranti dan
Bandri sedang melakukan semedi yang lama di alam terbuka itu.
Benar saja, siang kira-kira
Sahrul sudah akan keluar istana, Ratih telah menunggu menantunya itu untuk diajak pulang bersama. Tak
lama menunggu di gerbang istana, tampak Sahrul sudah keluar dari bangunan megah
tempat kediaman Mayang di lingkungan istana Sang Ratu. Dengan wajah gembira
Ratih menyambut kedatangan menantunya itu.
“Dari mana, bu? Mana Ranti?”
tanyanya ber ibu menanyai Ratih di depan para pengawal istana. Kalau tadi tidak
ada rang lain disitu tentu dia hanya akan memanggil nama saja kepada mertuanya
yang cantik itu. Namun karena ada dihadapan penjaga istana yang sedang berdiri
dengan sikap tegap terpaksa Sarul beribu kepada mertuanya itu.
“Itulah. Ibu baru saja
mengantarkan dia dan ayahnya ke rumah
kerabat di belakang istana ini karena ada keperluan mendadak. Jadi sambil
pulang ibu tunggu saja kamu. Biar ada teman ngobrol dijalan” jawab mertuanya.
“Kalau begitu, ayolah
kita pulang” kata Sahrul tanpa menunggu waktu lagi.
Di jalan seberti
biasanya dia hanya berbincang-bincang dengan ibu mertuanya itu tentang
masalah-masalah yang umum-umum saja. Tidak ada pembicaraan yang menjurus kepada
hal-hal yang berbau seks ataupun akan keberadaan jalan yang selama ini dipikirkannya.
Memang Sahrul sudah bertekad untuk tidak membuka masalah jalan itu kepada
siapapun. Bahkan dia berkeinginan untuk menutup pembicaraan tentang jalan kepada
siapapun seakan tidak ada masalah jalan yang dipikirkannya lagi.
Akan halnya keberadaan
Ranti di rumah kerabatnya di belakang istana juga dia tidak begitu
mempermasalahkannya. Sebab selain Ranti, masih ada Ratih yang akan menemaninya
dalam mereguk hari-hari indah di rumahnya nanti.
Kedua orang itu bahkan
tanpa disekapati sebelumnya seakan sama-sama bergegas menuju rumah untuk
mengejar suatu keindahan yang seakan jauh tertinggal dan harus segera mereka
reguk. Tidak terlihat kecanggungan ataupun tindakan mencurigakan dari Sahrul
ketika mereka berdua melewati jalan yang
selama beberapa bulan sejak dia selalu dijemput ketika pulang dari istana ini
sudah tidak pernah dibersihkannya lagi. Namun dengan sudut matanya yang
berusaha diarahkan ke badan jalan itu, Sahrul berusaha melihat jalan itu agar
keberadaannya tidak hilang sama sekali dari ingatannnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar