“Eh... Abang. Pakai ketuk-ketuk pintu segala. Mau
menggoda, ya...” sapa Siti yang datang menghampirinya. Diraihnya lengan Sahrul
dan membawanya kedalam.
“Ampunkan aku, Siti. Aku telah mengkhianati dan
meninggalkanmu begitu lama tanpa kepastian” kata Sahrul dengan deraian air mata
di pipinya. Sementara tubuhnya berlutut dan kedua tangannya memeluk kaki Siti
yang tentu saja begitu kaget mendapatkan perlakuan yang tak terduga itu.
“Apa-apaan ini, Bang. Kok pakai nangis segala. Sudah
ah bercandanya” katanya sembari menarik kakinya yang hampir oleng oleh ulah
Sahrul yang begitu tiba-tiba itu.
“Ampunkan abang, Sit. Abang memang keterlaluan telah meninggalkan
Siti begitu lama tanpa kepastian dan khabar berita sama sekali. Ampunkan abang,
Sit” pinta Sahrul terus menerus dengan deraian air mata penyesalan yang begitu
dalam.
“Abang kenapa? Kok tiba-tiba begini? Abang keteguran,
ya?” tanyanya. Tapi demi dilihatnya kalau Sahrul menangis tersedu-sedu dan tak mau
melepaskan dekapan tangannya dari kaki Siti sambil meminta ampun, Siti merasa
ada yang tak beres dengan suaminya itu.
“Sudahkah, Bang. Apapun yang terjadi bisa abang ceritakan.
Yang jelas sekarang abang berdiri dulu. Tak enak dilihat sama orang yang lewat”
kata Siti lagi begitu disadarinya kalau kelakuan suaminya itu bisa saja
terlihat sama orang kampung yang kebetulan lewat karena mereka masih berada
dipintu samping rumah itu yang menghadap langsung ke jalan lintas kampung.
Dengan mata yang masih berlinangan, akhirnya Sahrul
berdiri juga. Namun wajahnya tertunduk tak berani menatap pada istrinya yang
ternyata masih cantik jelita seperti puluhan tahun yang lalu ditinggalkannya.
“Abang kenapa?” tanya Siti lagi berusaha menenangkan
suaminya yang dinilainya sudah dirasuki makhluk halus itu.
“Abang telah bersalah telah meninggalkan istri sampai
puluhan tahun. Abang tak bisa juga
menyalahkan kalau Siti tak ingat lagi sama abang” kata Sahrul pasrah.
“Abang sudah gila, ya? Kita baru beberapa hari yang
lalu menikah, abang bilang pula sudah meninggalkan Siti puluhan tahun. Abang
lagi mimpi, ya?” tanyanya lagi.
Alangkah kagetnya Sahrul mendengar apa yang baru saja
diungkapkan istrinya itu. Bagaimana mungkin Siti tidak merasa kalau dia selama
ini sudah ditinggalkan begitu saja tanpa kabar berita dan kepastian. Atau
jangan-jangan Siti menganggap dirinya suaminya yang baru. Bukan Sahrul yang
dulu lagi.
“Ini aku, Sit, suamimu yang dulu meninggalkanmu tanpa
kabar dan kepastian” katanya berusaha meyakinkan Siti kalau dia adalah suaminya
yang dulu.
“Justru abanglah yang perlu diingatkan. Bukan Siti.
Tentu Siti tahu kalau abang itu Bang Sahrul suami Siti. Bukan hanya suami yang
dulu. Kita baru saja menikah dan selamanya abang adalah suami Siti” katanya
mulai tak sabar dengan kelakuan suaminya yang aneh itu. “Sebenarnya ada apa
ini, Bang. Kenapa abang menganggap diri abang sudah meninggalkan Siti begitu
lama dan sekarang meminta maaf segala?” tanyanya lagi.
Namun Sahrul yang nampaknya benar-benar menyesali
perbuatannya itu semakin sedih dalam ratap penyesalannya yang membuat Siti
malah menjadi tidak sabar. Bukan penjelasan yang diperolehnya, malah tangisan
pilu yang terdengar dari mulut Sahrul. Sementara air matanya terus mengalir.
Kali ini Siti bukan lagi bingung, malah dia menjadi
takut akan kelakuan suaminya yang dinilainya sudah melewati batas itu.
Dilihatnya Sahrul tidak mau juga berhenti menangis.
“Abang minta ampun dan minta maaf sama Siti. Tapi
untuk apa abang minta maf? Bukankah abang tidak salah apa-apa sama Siti. Kalau
abang memang merasa bersalah sama Siti, coba abang katakan dulu salah apa abang
biar Siti bisa mempertimbangkan untuk memaafkan abang atau tidak” tanya Siti
semakin tidak mengerti dengan kelakuan aneh suaminya yang dinilainya sangat
aneh dan membingungkan. Betapa tidak membingungkan, baru saja beberapa saat
yang lalu suaminya itu pamit untuk pergi mandi kesungai karena dia mau ke rumah
ibunya di mudik. Tahu-tahu sekarang pulang mandi, Sahrul malah bertingkah aneh
sambil menangis sejadi-jadinya sambil meminta ampun. Tidak mungkin Siti akan
memberi maaf begitu saja atas permintaan maaf yang dilontarkan Sahrul tanpa ada
penjelasan. Apalagi kalau dalam beberapa saat suaminya pergi mandi itu dia
melakukan kesalahan vital yang membuat dia harus bersujud dan meminta maaf.
Tidak juga mendapat penjelasan dari suaminya yang
terus menerus menangis sambil meminta ampun, Siti justru jadi curiga
kalau-kalau suaminya itu sudah melakukan kesalahan berat. Apa mungkin dia sudah
mengganggu gadis-gadis lain di kampung itu sambil mandi tadi? Apakah permintaan
maaf yang disertai tangisan yang terus menerus sekarang ini hanya alasan agar
dia memaafkannya? Berbagai pikiran negatf mulai merasuki benak Siti yang tadi masih
bingung.
“Jangan-jangan abang sudah menggoda gadis-gadis
dikampung ini, ya?” pancingnya.
Tersentak Sahrul mendengar pertanyaan istrinya itu.
“Abang minta ampun karena sudah tergoda dengan
kecantikan gadis itu dan telah pula menikahinya dan meninggalkan Siti begitu saja
tanpa kabar berita. Ampunkan abang, Sit”
pinta Sahrul ditengah isak tangis yang tak henti-hentinya itu. Sementara
matanya mulai bengkak karena menangis terus menerus.
Bersambung...........................
lanjutanya ditunggu kk tdk muncul2 to
BalasHapuslanjutannya ditunggu ya bro !
BalasHapusLanjutannya lama bener nih bro...
BalasHapusMaaf kita tidak bisa membaca lanjutannya karena penulis sudah meninggal pada 27 juli 2018
BalasHapus